Bab 5 - Celaka yang Indah

60.9K 3.6K 485
                                    

Siapa yang belum pernah naik pesawat kayak Anin? Ayo jujur!

Siapa kenal Janji yang Ternoda dari TikTok? Absen yuk!

Guys maaf lama update kemarin aku ada kerjaan di Jakarta sama tim Black Swan + habis nonton Black Pink 🤣😭 aye aye. Aku gak bohong kalian gak akan nyesel nunggu bab ini lama soalnya adegannya bagus. Selamat membaca!

Koreksi typo plis!

***

Apakah itu peduli karena cinta? Aku takut pedulimu adalah harapan yang palsu.

~Janji yang Ternoda~
Karya Mellyana Dhian

***

Gawat! Lampu wajib mengenakan sabuk pengaman di pesawat sudah aktif, pemberitahuan kalau kendaraan yang Naren tumpangi segera landing pun terdengar. Dada Naren bergemuruh, tangannya sudah mencekram kuat tangan Anin, sambil melihat jijik bekas muntahan perempuan itu. Mendadak perutnya ikut mual.

"Maaf Mas. Tolong maafin aku ya," pinta Anin sambil membersihkan bekas muntahan di celana sang suami dengan tisu.

"Bisa saya ke toilet?" Naren bertanya kepada pramugari yang sudah duduk di tempatnya.

"Mohon maaf Bapak. Tiga menit lagi pesawat mendarat. Mohon tunggu sebentar. Saat ini siapa pun harus di posisi aman."

Naren kesal, dia menyampar tangan Anin. "Jauh-jauh lo!"

Plak. Anin mengaduh kesakitan lalu mengusap lembut lengan yang perih karena tampikan yang keras dari Naren. Saat ini Anin nyaris menangis, tapi ia kembali menguatkan diri. Agar Naren tak melihat mata yang sudah berkaca-kaca, Anin mengalihkan tatapan ke jendela. Berusaha dengan cepat mengatur napas agar dadanya tak terasa hampa.

Begitu turun dari pesawat Anin menunggu Naren yang berganti pakaian di toilet. Setelah itu ia mengikuti langkah pria yang sengaja meninggalkannya.

"Mas tunggu! Kaki aku itu kecil, kalo kaki kamu panjang. Satu langkahmu aja itu 2 langkah aku loh. Jangan cepet-cepetlah!" keluh Anin terengah-engah.

"Dasar ngerepotin!" Naren masih terlihat bete.

Sebagai pelanggan sky priority Naren dan Anin tidak perlu mengantre dan menunggu koper di pengambilan bagasi seperti orang lain, mereka bisa duduk diam sambil menikmati hidangan di lounge yang ada di Bandara Ngurah Rai Bali. Nanti pelayan akan menjemput mereka menggunakan gold car.

Meskipun tidak diratukan oleh Naren, Anin mereka menjadi istri pria itu selalu dijadikan ratu oleh orang lain. Ke mana pun dia pergi, ia akan selalu dihormati, dilayani, dan mendapat perlakuan baik dari orang sekitar. Tentu itu karena harta dan tahta seorang Naren Narendra Salim.

Ponsel Anin berdering. "Mas, mama telpon."

Naren tak menjawab. Pria itu sibuk mengambil makanan di meja. Anin pun memutuskan duduk di meja nomor 19 yang sudah ada ponsel sang suami.

"Assalamualaikum, Ma," salam Anin malu-malu melakukan video call dengan mama mertua.

"Waalaikumsalam." Pelafalan Lin tidak begitu jelas karena wanita itu tengah mengenakan masker wajah. "Kamu sudah sampai ya?"

"Iya Ma."

"Naren mana?"

Anin mengarahkan kamera depan ke posisi Naren. "Lagi ambil makanan Ma."

Tiba-tiba layar ponsel menampilkan wajah Salim—Papa Naren. Anin nyaris melongo melihat wajah sang mertua yang berwarna kuning.

"Halo, Guys! Dengan saya Papa Salim di Jakarta, bagaimana kondisi di Bali saat ini?" tanyanya dengan nada lawak. Anin pun sukses tertawa kecil.

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang