Ya Allah, apa artinya cinta manusia jika itu bisa mengorbankan cinta-Mu. Maka, buatlah hati hamba menghangat meski berhadapan dengan dingin sikapnya.
~Janji yang Ternoda~
Wattpad Mellyana DhianFollow Instagram @mellyana.i dan @janjiyangternoda
***
"Pergi piknik bersama papa—"
"Cakep!"
"Papa! Mama gak lagi pantun." Lin geram dengan suaminya yang sedikit-dikit dianggap pantun. Memangnya Lin Jarjit?
Salim tengah asyik bermain dengan ayam jago yang baru dibeli kemarin. "Hehe ... maaf Ma. Udah siap semua, kan? Nanti kita nginep di Puncak sekalian mama bisa beli bunga anggrek sepuasnya."
Lin tersenyum sumpringah. Waktu luang bersama suaminya sudah di depan mata. Dia sudah janjian dengan salah satu pemilik pesantren di Bogor akan mengadakan pengajian kecil-kecilan besok. Salim pun sudah cuti 2 hari demi acara itu. "Papa mau bawa ayam itu ke Puncak?"
"Iya. Takut nangis kalau ditinggal di rumah, Ma." Salim memasukkan ayamnya ke kandang. Kandang itu ada ditaruh mobil bagian belakang. Tidak hanya ayam tapi ada juga keong, anak bebek, kupu-kupi, dan tupai.
"Harusnya kita mengajak Anin kali Pa. Dia pasti suka ikut acara pengajian seperti ini."
"Coba aja ditelpon."
"Eh, eh, pas banget Naren telpon." Saat Lin mendial nomor menantunya, panggilan masuk dari Naren.
"Hallo Naren."
"Ini papa sama mama lagi mau ke Bogor. Mama mau ajak An—"
"Loh. Sakit? Cederanya kambuh?"
"Panik gara-gara ke rumah Wai Poh? Emang diapain tadi?"
"Yaudah ... mama ke sana."
Salim memang tidak mendengar suara Naren, tapi dari sahutan Lin sudah jelas kalau menantunya tidak baik-baik saja.
"Ke penthouse Naren dulu ya Pa. Anin drop. Katanya diserang kepanikan waktu di rumah mama."
"Mamamu mencelakakan Anin?" tanya Salim.
"Aku juga kurang tahu Pa. Tadi waktu mau ke arisan, aku langsung hubungi Naren buat temani Anin. Aku kira kondisinya aman terkendali ... tadi Naren bilang bukan karena mama. Mungkin Anin memang punya trauma." Tepian bibir Lin tertarik ke bawah. "Yaudah, pokoknya kita ke rumah Naren dulu lihat kondisi Anin. Aku gak akan tenang pergi kalau kayak gini."
Salim setuju dengan sang istri. Tidak butuh menghabiskan waktu puluhan menit untuk sampai di kawasan appartemen Naren. Tujuh belas menit saja mobil mereka sudah terparkir rapi.
"Ma!" panggil Salim sambil menepuk-nepuk bahu sang istri yang masih duduk di samping kemudi. "Gawat Ma!"
"Kenapa Pa?" Dahi Lin mengerut. Jantungnya nyaris copet karena khawatir dengan Anin dan sekarang malah suaminya heboh.
"Cipung ilang Ma."
"Cipung siapa?"
"Keong Papa. Papa tadi bawa keong tapi sekarang tinggal rumahnya aja. Dia kabur Maa." Salim mencari-cari. "Maaa... aduh Ma gimana."
"Udah Pa nanti beli lagi aja. Itu di depan sekolah anak SD juga paling harganya lima ratus rupiah."
"Mama enak aja. Itu papa beli ke kolektor keong harganya 50 juta Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji yang Ternoda [Lengkap]
SpiritualPernikahan terpaksa itu terjadi bukan karena perjodohan. Bukan juga karena cinta. Semua itu karena ada rahasia. "Gue gak pernah anggap pernikahan ini berharga. Pernikahan impian? Itu cuma halu. Gue gak akan cinta sama lo sampai kiamat." Pernikahan...