Bab 20 - KANGEN

59.9K 4.3K 596
                                    

Maapin ya lama up soalnya ada meeting di Jakarta. Ini ngetik di kereta otw balik Semarang. Ada orang Semarang di sini?

Tinggalkan jejak vote dan komen gak berat, kan?

Spam ❤️ buat cerita ini!

"Nin, baju gue mana?" Naren membuka pintu kamar Anin dan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nin, baju gue mana?" Naren membuka pintu kamar Anin dan kosong.

Pria berkulit putih itu menghela napas, perlahan menutup pintu kamar yang biasa ditiduri Anin. Setelahnya Naren memilih baju yang hari ini akan dikenakan. Biasanya setiap pagi Aninlah yang menyediakan pakaian dan sarapan. Berbeda dengan hari ini karena perempuan itu berada di Yogyakarta.

Naren membuka kultas, mengambil persediaan sosis siap saji. Tanpa memanaskannya dia melahap makanan itu. Lagi-lagi pria itu menghela napas. Tidak ada Anin di pagi hari rasanya seperti ... hampa?

Naren mengecek pop-up notifikasi di ponselnya. Banyak pesan yang masuk, tetapi tidak ada satu pun dari Anin. Entah ini kali ke berapa pria itu menghela napas. Pandangannya beredar, terasa ... kosong?

"Huft." Naren membuka kunci ponselnya. Tak tahu dengan tujuan apa pria itu membuka room chat-nya dengan sang istri. Terakhir Anin hanya mengabari kalau dia sudah sampai.

Anin
(Kemarin)
Aku udah mendarat Mas

Aku dijemput Mas Lukman sama Umi.

Naren memang hanya membacanya. Setelah itu, tidak ada pesan apa pun hingga detik ini. Apa mungkin Anin marah karena dia tidak membalas pesan kemarin?

"Tidak mungkin," kata Naren pada diri sendiri seraya menggeleng-gelengkan kepala. Di luar kontrol jarinya memperbesar foto profil Anin. Perempuan itu memasang foto tengah berdiri mengenakan gamis pink sambil menutup wajah dengan tangan. Meskipun wajahnya tidak terlihat, pancaran cantik itu tetap terpancar.

Naren mengusap wajahnya. Daripada sikapnya semakin aneh, pria itu memutuskan berangkat kerja.

Saat membuka pintu, ternyata Nada sudah berdiri seperti hendak mengetuk pintu. "Pas banget. Gue nebeng ya."

Wajah Naren datar. Dia melewati Nada begitu saja.

"Anin mana? Kok gue gak lihat?"

Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Naren. Nada pun menyadari kalau sahabatnya masih marah. "Gue bawain sarapan. Lo udah sarapan?"

Naren menekan tombol lift. Tidak ingin menanggapi pertanyan Nada.

"Gue minta maaf." Akhirnya Nada mengatakan kalimat yang paling jarang diucapkannya kepada Naren. Karena selama ini jika dia salah pria itulah yang akan lebih dulu minta maaf, jadi ini memang kali pertama setelah sekian lama Naren mendiamkannya.

Nada mengeram. "Gue minta maaf, NARENDRA."

Tidak ada siapa pun di lift itu, Nada memeluk Naren dari belakang. "Gue nyesel. Gue minta maaaf. Harusnya gue gak gitu kemarin." Nyeri sekali diabaikan oleh Naren.

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang