Bab 41 - Kembali Bertemu

56K 3K 281
                                    

Assalamualaikum

Lama gak update. Kamu apa kabar?
Polusinya lagi gak bagus, stay safe

Maaf ya telat bulan ini aku sangat hactic dengan kerjaan 😭

Sekalian aku mau info. Novel Janji yang Ternoda GAK DIJUAL DI GRAMEDIA. Hanya online kamu bisa order via TikTok Shop atau Shopee. Kemarin aku cetak lebih cukup banyak, ternyata udah habis aja. Jadi kalo order selagi ready akan langsung dikirim, kalo habis dicetakin dulu ya. Beruntung kalo ikut PO kemarin ada ttd aku, Anin, sama Naren.

Jangan lupa like dan komen ya☺️

***

"Ambilin!" seru lelaki bertato yang menjadi teman satu ruangan Naren di jeruji besi.

Naren diam di atas sajadah, sibuk merapalkan doa. Dia terus mengkhawatirkan Anin. Bahkan dia bermimpi kalau Anin mengalami operasi cesar. Padahal waktu kelahiran bayinya dengan Anin juga masih lama.

"Anin, apa kamu baik-baik saja?"

"Ya Allah, lindungi anak dan istri saya. Maafkan kesalahan saya. Saya memang banyak dosanya, tapi saya ingin bertaubat di jalanmu. Lindungi mereka, lindungi kami Ya Allah."

"Tiada tempat teraman selain tempat yang Kau lindungi, Ya Allah. Tiada tempat paling nyaman selain tempat yang Kau rahmati, Ya Allah."

Naren mendengar langkah kaki yang mendekat. "Lo denger kagak gue ngomong apaan?" tanya pria itu menendang punggung Naren.

Naren merasa tulang punggungnya linu. Dia menahan sakit sampai meringis. Dengan kesabaran dia berusaha untuk tidak membalas. Naren menoleh sekilas lalu sedikit menggeser tubuhnya.

"Ambilin selimit gue bego. Gak usah sok islami setelah berbuat dosa. Lo kagak mikir waktu jahatin orang, sekarang lo tobat berharap bisa keluar dari penjara kan? Sok suci. Sok alim. Nyesel juga kan lo."

Daripada mendengar pria bertato itu mengoceh, Naren pun mengambilkan selimut. Memberikan kepadanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Jangan mentang-mengang lo punya duit kagak mau gua suruh-suruh ya!"

"Jangan mentang mentang punya otot bisa berkuasa," saran Naren.

Mimik wajah pria bak preman itu langsung memerah. Tangannya mengepal dan tidak lama sudah mendarat di pipi Naren. Suami Anin itu merasakan perih. Dia mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Ber—" Belum juga Naren menyelesaikan satu kata, lelaki itu menendang perut Naren hingga tubuhnya meringkuk kesakitan.

Beruntung seorang polisi mendengar kerusuhan itu. "Berhenti! Apa yang kamu lakukan?" tegur Polisi itu panik bukan main. Dia bergegas membukakan pintu.

Petugas lain yang menyusul pun mengancam, "kamu akan ditambah hukuman karena tindak kekerasan yang kamu lakukan."

"Dia yang songong! Gua kagak ngapa ngapain dia." Jelas preman itu berbohong.

"Pak Naren mari ikut saya." Polisi itu merasa ketakutan. Kalau sampai atasannya tahu bisa-bisa dia terkena sanksi. "Maafkan saya karena teledor. Seharusnya saya tidak menjadikan Anda dengan dia dalam satu ruang. Dia penjahat kekerasan fisik sedangkan Anda hanya karena dijebak. Mohon jangan laporkan atas kejadian ini. Saya tidak ingin jabatan saya turun lagi."

"Anda tenang saja." Naren menjawab lirih. "Saya tidak akan melapor." Entah mengapa Naren merasa ini ganjarannya karena pernah berkata kasar dengan Anin. Dia pantas mendapat prilaku buruk seperti ini.

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang