Bab 34 - Protektif Bukan Main

63.8K 4.6K 1.1K
                                    

Pengacara
Pak Anda sudah mendapat surat somasi yang ketiga. Kapan Bapak ada waktu untuk bertemu? Banyak hal yang harus kita bahas

Suara pintu terbuka membuat Naren meletakkan begitu saja ponselnya. Dia tersenyum melihat Anin yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan pada rambut hingga menjulang tinggi.

"Sayang, ke sini!" pinta Naren.

Anin sudah berganti pakaian, hanya saja dia malas mengeringkan rambut jadi dia balut saja agar tidak membasahi lantai. Dia mengikuti arahan sang suami yang membawa selembar kertas dan pena.

Naren mengenakan kaus polos selengan berwarna cokelat disetelkan celana cargo setempurung lutut. Alih-alih duduk di sofa, pria itu malah lesehan di karpet, menggulirkan layar tablet, lalu membuka tutup pena dengan gigi.

Anin duduk bersila di samping Naren. "Kenapa Mas?"

Naren menuliskan di selembar kertas.

Do and Don't

"Ini beberapa hal yang harus kamu lakukan dan tidak boleh kamu lakukan."

Anin mengerutkan dahi. Tidak protes tapi tidak juga mengiyakan. Perempuan itu masih membiarkan Naren melakukan apa yang ingin dilakukan.

"Aku udah riset di internet dan cariin dokter kandungan yang bagus atas rekomendasi mama. Ini ada beberapa hal yang gak boleh kamu lakukan."

Naren menjelaskan seperti mentor. Sesekali dia mengulir layar lalu mencatat poin penting di kertas. "Pertama, gak boleh melakukan aktifitas fisik yang berat."

"Gak pernah juga. Kesehariannya cuma murojaah, masak, kadang bersih-bersih."

"Sekarang udah gak boleh bersih-bersih. Biarkan Bu Salma yang mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak."

"Jangan dong Mas. Nanti yang ada aku jenus kalau gak ada kegiatan."

"Kata siapa gak ada kegiatan, hm? Aku udah daftarin kamu ke beberapa kelas ibu hamil."

Anin mengangguk.

"Bagus. Jadi istri yang patuh." Tangan Naren mengusap kepala sang istri yang dibalut handuk.

"Kedua gak boleh minum kopi."

Anin memang tidak begitu suka minuman berkafein itu.

"Lebih tepatnya makanan atau minuman berkafein," jelas Naren.

"Ok."

"Ketiga, tidak boleh mengonsumsi makanan mentah."

"Gak suka juga kok sama sushi atau makanan yang mentah begitu." Anin hendak bangkit. "Udah ah Mas, itu larangan yang Mas kasih tau palingan juga udah gak Anin lakuin."

"Duduk lagi," titah Naren.

"Aku mau ngeringin rambut."

"Duduk gak?"

"Nanti ah," jawabnya enteng.

"Duduk di sebelah aku atau aku dudukin paksa di pangkuanku? Kalau di pangkuan harus bonus cium."

Anin memutar bola mata malas. Dia pun duduk lagi dengan perasaan terpaksa. "Gak boleh apa lagi?" Ada nada kesal pada pertanyaannya.

"Dilarang mengonsumsi nanas dan ikan laut tinggi merkuri contohnya ikan hiu, ikan pedang, ikan marlin, dan ikan king makarel."

Anin suka seafood, tapi ikan-ikan yang Naren sebutkan memang jarang ia konsumsi. Jadi, itu mudah. "Ok. Udang masih boleh, kan?"

"Gak. Kalau makan udang kamu harus minum obat alergi. Padahal saat hamil begini kamu tidak boleh minum obat sembarangan itu. Sesimpel obat pilek harus konsultasi dokter."

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang