Bab 30 - Menimang-nimang

61K 4.6K 718
                                    

Wajib lihat gambar ini sebelum baca 🤭

Wajib lihat gambar ini sebelum baca 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ngopo toh Nduk kok besengut?" (Kenapa sih Nak kok wajahnya suram?)

Anin yang masih berusia 12 tahun menoleh ke arah abahnya yang berjalan menyebrangi sungai. Melompat dari batu satu ke batu lainnya. Lelaki pemimpin pesantren itu mengenakan pakaian berkebun.

"Anin takut Bah kalau ndak masuk pesantren yang Anin mau."

"Loh Cah Ayu, awakmu pinter. Abah yakin awakmu biso."

Anin menunduk. Kakinya memainkan air sungai yang mengalir ke hilir. Bibirnya masih maju beberapa senti.

"Nduk, diterima atau tidak nantinya, itu sudah kuasa Allah. Allah selalu tahu yang terbaik buat kamu. Cintanya Allah itu besar. Dia memiliki bermiliyaran makhluk dari Nabi Adam sampai kita, dari manusia, jin, iblis, malaikat. Allah tidak pernah melupakan satu pun makhluknya. Malah kita yang melupakan Allah, padahal Allah hanya satu. Anin, ndak boleh melupakan Allah. Libatkan Allah, serahkan kepada Allah, terima takdir Allah. Ingat rukun iman yang keenam?"

Anin menjawab. "Iman kepada qada dan qodar."

Kyai Zubair tersenyum sambil mencolek hidung gadis kecil yang beranjak remaja itu. "Cantiknya anak Abah. Suamimu akan menjadi manusia paling beruntung karena memiliki istri sepertimu. Anindita seperti namanya yang sempurna, berbudi luhur, tanpa cela."

"Ya mana ada manusia sempurna selain Nabi Muhammad toh Bah Bah."

"Satu pesan Abah buatmu Nduk. Jangan pernah merasa Allah tidak adil seberat apapun takdir atau cobaan yang kamu hadapi. Karena siapakah kita yang pantas bilang Allah ndak adil saat Allah ambil sesuatu dari kita, sedangkan Dia pemilik segalanya yang ada di langit dan bumi."

Anin meneteskan air mata saat melihat Abahnya terbaring di ranjang ICU. Dia teringat masa-masa kebersamaan dengan sang abah. Beliau tidak tahu saja kalau Naren—dulu tak menginginkan Anin

Sesuai nasihat abah Anin akan menerima takdir Allah nanti; baik atau buruk. Meskipun dia tidak rela dan dia sangat takut abahnya pergi selama-lamanya. 'Nduk, iblis keluar dari Surga karena cemburu sama Nabi Adam. Perasaan cemburu atas anugerah orang lain itu akan menimbulkan yang namanya tidak bersyukur. Akhirnya menganggap Allah ndak adil'

Setelah menghapus air matanya, Anin keluar dari ruangan. Betapa terkejutnya dia saat semua orang menyambutnya di depan pintu dengan senyuman penuh arti. Memang sejak dia kembali dari parkiran kelakuan keluarganya aneh, tapi dia abaikan saja tadi.

"Kenapa?" tanya Anin kebingungan.

Naren memeluknya. "Selamat sayang atas kehamilanmu."

"HAMIL?" Anin langsung melepas pelukan Naren. "Aku hamil?"

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang