Bab 24 - Macaron Kebahagiaan

60.2K 4.6K 776
                                    

Spam ❤️ buat Janji yang Ternoda

Ke mana kok 2 hari gak update Kak? Cari cuan bestie hehe... kan tau sendiri kalo nulis di Wattpad gak dibayar berapapun pembacanya. Jadi aku harus prioritasin yang lain, di sini hobi aja. Syukur bisa buat kalian terhibur 🥰

Ok! Ayo menyelami kisah hidup Anin!

Jangan lupa vote dan komen 🙏🏼

***

"Jangan kira Papa serius menginginkan menantu seperti dia! Kamu hanya perlu menikahinya tapi tidak untuk mencintainya, Narendra Salim!"

"Kenapa Pa? Apa tujuan Papa sebenarnya minta Naren nikah sama dia? Jangan bilang Papa manfaatin anak sendiri buat mencapai tujuan papa?" Naren menggeleng tidak habis pikir.

Suasana tegang di antara keduanya dapat dirasakan oleh Anin. Apalagi mereka berdiri searah dengan posisinya duduk.

"Jika kamu memang menginginkan kedudukan dan harta Papa, kamu harus bantu papa." Salim mengambil tisu untuk mengeringkan tangan. "Ada perempuan yang mengaku mencintaimu. Orang tuanya sangat berpengaruh untuk bisnis kita. Dia ingin menjadi istrimu. Buat Anin pergi, buat dia menceraikan kamu!"

Naren mengibaskan tangannya yang masih basah. Tanpa mengambil tisu dia berbalik meninggalkan sang papa. "Naren gak habis pikir sama papa."

Anin menatap sang suami penuh tanda tanya, begitu juga dengan Lin.

"Ayo kita pergi Nin!"

"Tapi mas ..." Anin menoleh ke mama lalu ke pelayan. "Anin udah pesen makanan."

"Sebenernya ini kenapa?" Suara Lin naik satu oktaf. Dia menoleh kepada suaminya yang masih berjalan menuju meja, meminta penjelasan.

"Mama tanya ke papa saja."

"AYO, NIN!" Tidak ingin menunggu lagi. Naren meraih ponsel yang semula ada di meja, memasukkannya ke saku celana. Tanpa menatap Salim ataupun Lin lagi, Naren melangkah pergi. Mimik wajah kesalnya begitu ketara.

Anin yang masih kebingungan hanya membungkukan badan sebelum pergi. Dia mempercepat langsung mengejar sang suami. "Tadi papa kenapa Mas?"

"Cuma marah gara-gara kita telat." Naren menahan pintu kaca sampai Anin keluar. Padahal biasanya dia membuka pintu tanpa berusaha menahan, jadi Anin sering nyaris tertabrak pintu.

Tampak seorang pelayan yang menjaga pintu berlari. Dia mengucapkan terima kasih atas kunjungan sekaligus menyesal tidak membukakan pintu untuk mereka.

Kali ini Naren tidak berjalan meninggalkan Anin. Langkahnya berangsur pelan menyesuaikan dengan Anin.

"Papa marah sama gue soal perusahaan. Sejak awal papa gak setuju gue bangun perusahaan itu sama Bayu dan Nada." Anin tidak akan puas dengan jawabannya yang awal.

"Perusahaan lagi kacau banget ya Mas? Dari kemarin aku lihat mas sibuk tapi kan aku gak ngerti juga. Cuma bisa doain."

"It's ok."

"Dunia memang melelahkan Mas. Gak cuma soal manusia-manusia tapi juga segalanya tentangnya; lelah memenuhi ekspektasi, kecewa ketika realita tidak sesuai harapan, dan berlari mengejar dunia tapi tak segera dapat." Anin masuk ke mode setelah aslinya. "Jangan lupa Mas segala masalah itu diaduin ke Allah. Kalau kata orang bijak 'jangan bilang masalahku besar, tapi bilang ke masalah kalau aku punya Allah yang Maha Besar' gitu."

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang