Apa kamu sudah bosan dengan cerita ini?
Apa kamu suka bagian cerita yang Naren bucin?
***
Di rumah sakit Nada duduk dengan wajah penuh kekhawatiran. Matanya terpaku pada layar monitor yang tertulis nama-nama pasien yang sedang di operasi, salah satunya ada ibunya. Beberapa kali dia mencoba mengalihkan pikiran dari kecemasan yang menggelayut di dalam hati tetapi gagal. Tatapan matanya mencerminkan kegelisahan dan harapan yang mendalam.
Perawat dan petugas sesekali berlalu-lalang. Suara langkah mereka yang terdengar di lantai ubin menciptakan irama yang konstan, seolah menjadi detak jantung ruang tunggu yang mencekam.
"Duduk, Nad," saran laki-laki yang sudah membantunya.
"Thanks, Bay. Gue gak tau gimana kalau gak ada lo."
Dini hari tadi Nada mendapat telepon dari panti bahwa sang ibu mencoba melakukan aksi bunuh diri. Dengan tubuh gemetar dan hati yang hancur Nada merasa takut sekaligus bingung. Beruntung di tengah keadaan sulit itu ada Bayu yang siap membantu. Kali ini bukan lagi Naren yang menjadi orang pertama yang Nada andalkan, melainkan Bayu.
"Udah kewajiban gue buat bantu lo."
"Gue tadi mau hubungi Naren tapi gak jadi. Anin lagi hamil, gue gak mau jadi perusak hubungan mereka."
"Anin hamil?" Bayu cukup terkejut. Dia belum mendengar kabar itu.
Nada mengangguk. Keduanya duduk berdampingan di ruang tunggu. Di sudut lain beberapa orang bersandar di kursi. Mata mereka terpaku pada koran yang dipegang tegang dengan pikiran tidak karuan. Sama seperti Nada, mereka mengandalkan tim medis untuk membawa kabar baik. Menunggu operasi anggota keluarga yang sedang berlangsung.
"Lo udah bisa rela dengan kondisi sekarang?" tanya Bayu lagi. Dia tahu Nada akan sangat kehilangan sosok Naren.
"Meskipun gue sedih, gue mulai bisa menerima kalau sekarang Naren memilih untuk memprioritaskan Anin. Gue berharap dia bahagia dengan pilihannya."
"Lagian Anin juga gak salah. Anin itu agen perubahan buat Naren yang jauh lebih baik dari segi agama. I think, mereka emang udah seharusnya dipertemukan."
Nada mengangguk perlahan, mengakui kenyataan itu. Dalam hati dia merasa bahwa Anin memang berada di tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengannya.
"Ya, lo bener. Anin jauh di atas sana. Dia memiliki kualitas yang luar biasa. Gue gak bisa nyangkal kalo dia pantas mendapatkan tempat istimewa di hati Naren."
Nada terkekeh meratapi dirinya yang tampak miris. "Apa baiknya gue? Ayah gue tukang selingkuh yang meninggalkan gue dengan hutang ratusan juta. Ibu bahkan kehilangan keseimbangan pikiran karena perlakuan buruk dari ayah. Sedangkan Anin, dia dari garis keturunan yang mulia ... terhormat."
Nada terkekeh pahit saat merenungkan situasinya yang mengenaskan. "Jauh sebelum Naren bertemu dengan Anin. Gue udah sadar kalau Naren gak pantes buat gue. Kita gak satu level untuk menjadi pasangan. Selama ini Naren adalah sahabat yang sangat berarti buat gue. Gue mengandalkan Naren sebagai seseorang yang selalu ada buat gue, mendengarkan keluh kesah gue, dan kasih gue dukungan tanpa syarat. Makanya waktu dia nikah, gue gak siap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji yang Ternoda [Lengkap]
SpiritualPernikahan terpaksa itu terjadi bukan karena perjodohan. Bukan juga karena cinta. Semua itu karena ada rahasia. "Gue gak pernah anggap pernikahan ini berharga. Pernikahan impian? Itu cuma halu. Gue gak akan cinta sama lo sampai kiamat." Pernikahan...