Absen dulu, kalian dari kota mana?
Koreksi typo plisss!
Komen di setiap paragraf sabilaah
Selamat membaca 🥰
***
"Pak Naren mau ikut badminton gak nanti malam?" tanya salah satu karyawan laki-laki yang berdiri dari balik kubikelnya.
"Iya Pak. Badminton date sama istri baru pasti romantic," sahut yang lain.
Naren yang berdiri di depan ruangan hendak makan siang pun menatap Anin. "Kamu bisa badminton?"
"Bisa, little little." Anin mengambarkan kemampuannya bermain badminton yang seadanya dengan jari yang seperti menjumput.
Naren menaikkan satu alisnya, nyaris tertawa mendengar jawaban sang istri yang menerjemahkan sedikit-sedikit dengan kata 'little little' .
"I can little. Harusnya kamu jawab gitu, Nin." Nada begitu semangat mengoreksi sambil tertawa ringan. "Makanya balajar bahasa Inggris dulu. Masak istri seorang Naren gak bisa bahasa Inggris.
"Laa tatakalam!" Anin mulai kesal. Dia berbicara bahasa Arab tapi tak ada yang tahu artinya. Rasanya ingin menyumpal mulut Nada dengan kaus kaki yang tidak dicuci seratus abad. Sayangnya Anin punya etika. "Memang sengaja mau hibur Mas Naren."
"Oooo..." Mulut Nada membentuk huruf O. Dia lalu menepuk bahu Naren dengan santai. "Biasanya lo juga badminton sama gue."
"Aku bisa kok Mas. Pernah juara satu tingkat RT malahan." Anin meyakinkan. Tidak akan ia biarkan Nada bersama suaminya.
"Ok. Saya dan istri saya ikut," putus Naren.
Dua karyawan itu tampak ceria. "Arena biasa ya Pak punya Lyodra Ginting."
"Woy, itu mah penyanyi. Anthony Ginting kali."
"Sejak kapan Ginting punya arena badminton?"
"Boking di Taufik Hidayat Arena saja. Nanti minta ke Bu Rini yang atur sekaligus payment." Naren kemudian berjalan keluar ruangan.
Kedua karyawan pun tos. "Asyik dapet gratisan."
"Saya ikut ya," kata Bayu mendaftar.
"Siap, Pak!"
"Bu Rini, 3 lapangan ya," pesan karyawan berkemeja biru muda itu dengan percaya diri. Sedangkan Bu Rini hanya geleng-geleng kepala sambil mengelus dada. Kalaupun dia menolak, pasti Naren mengizinkan. Jadi tidak ada pilihan selain menelepon pihak CS dan menuruti mereka.
Bayu setengah berlari, mengejar Naren, Nada, dan Anin. "Nad."
Nada yang sebelumnya menggandeng tangan Anin sok kenal sok dekat pun menoleh. "Lo gak usah ikut. Lo harus atur scadule rapat sama gue."
"Gak. GUE IKUT. Gue kan suka badminton."
Padahal tujuan Bayu agar perempuan itu tidak mengganggu Anin dan Naren. "Yaudah gue ikut juga ya, Ren."
Ngedate apaan kalo satu kampung berangkat semua, batin Anin bete.
***
"Padahal kita harus mampir beli baju olahraga buat aku, tapi mereka malah belum pada datang ya Mas."
Naren tidak menjawab. Dia terus berjalan memasuki arena lapangan yang sudah disewa. Anin meletakkan barang bawaannya sebelum menirukan gerakan pemanasan sang suami.
"Mas ini raket kamu pasti mahal ya?"
"Bawel."
"Kalau bawal mah ikan Mas. Kalau yang bawel baru deh istrimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji yang Ternoda [Lengkap]
EspiritualPernikahan terpaksa itu terjadi bukan karena perjodohan. Bukan juga karena cinta. Semua itu karena ada rahasia. "Gue gak pernah anggap pernikahan ini berharga. Pernikahan impian? Itu cuma halu. Gue gak akan cinta sama lo sampai kiamat." Pernikahan...