"Ayah berangkat dulu ya Bund?"
"Iya Yah hati-hati yaa."
David mencium kening Ayla sang istri. Ayla tersenyum manis, pipi nya memerah merona bagaikan kepiting rebus. Sederhana saja ia selalu dibuat salting kala sang suami bersikap romantis seperti itu.
David memang dapat dikatakan jarang sekali bersikap romantis. Dan tanpa hujan tanpa petir tiba-tiba pagi ini sang suami mencium dirinya. Bagaimana dirinya tak dibuat merona di sana?
"Tumben Yah?" tanya Ayla spontan saja.
David yang tadinya mau menjauhkan wajah nya dari wajah sang istri, David mengurungkan niatnya itu tadi. Sekarang posisinya masih seperti tadi, wajah David dan Ayla sedang berdekatan.
"Tumben gimana Bund?" tatapan mata nya yang tajam yang biasa dilihat oleh orang di luar sana itu, kini tatapan mata itu berubah menjadi tatapan sendu.
"Tumben Ayah romantis sama Bunda," jawab Ayla lalu ia menundukkan pandangannya ke bawah.
"Ayah di sini Bund kenapa liatin meja hm. Apa meja makan ini lebih menarik di mata Bunda di bandingkan dengan suamimu ini?" ucap David sedikit menahan tawanya di sana.
"Arghh Bundaa..." jeritan kecil David kala sang istri dengan teganya mencubit perut nya.
Ayla hanya cengengesan di sana dirinya membalas tatapan kesal dari sang suami dengan wajah tanpa dosanya itu.
"Ayah sih!! Jangan salahin Bunda yaa!! Salah Ayah sendirii!"
"Lah? Kok Ayah sih? Kan Bunda tadi yang cubit-cubit Ayah." David menatap sang istri penuh heran.
"Ayah buat Bunda salting tau," ucap Ayla dengan suara sangat kecil sekali. Tapi untunglah, David yang berada di dekatnya masih dapat mendengar samar-samar suara itu.
"Hahahaa..." David tak dapat menahan tawanya saat itu juga. Sang istri memang tak pernah berubah. Dari dulu semenjak mereka masih pacaran di masa-masa sekolah, sang istri selalu salting dengan segala perlakuan manis yang diberikannya itu. Dan ternyata hingga sekarang masih tetap sama.
Cup cup cup
David mencium wajah Ayla berulang kali. Terserahlah ia tak peduli mungkin sekarang detak jantung istrinya itu tengah tak baik-baik saja di dalam sana. Tapi, ia tak dapat menahan rasa gemasnya terhadap sang istri.
Cup cup cup
Kembali ia menghujani kecupan di wajah sang istri.
"Tuhan, sayangilah aku. Aku tak mau menghembuskan nafas terakhir karna suamiku terus menciumku."
****
Di dalam kelasnya, gadis itu sekarang berada. Ia duduk di bangku nya. Pandangannya mengamati ruangan kelas. Sepi, tidak ada orang di sana bahkan hanya ia sendiri satu-satunya yang berada di kelas itu. Talita tersenyum tipis, kemudian ia sedikit terkekeh. Sangat lucu keadaannya sekarang pikirnya, sangat berbanding terbalik dengan sebelum tragedi itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKATA
Teen FictionSaka dan Talita saling mencintai, namun semuanya seolah memaksa mereka untuk berpisah. "Kita bisa melawan mereka yang nggak suka kita, Ta. Tapi, kita nggak bisa melawan yang mana takdir, Tuhan." - Saka Rain Al Lesmana "Tapi kamu pernah janji sama...