"Jadi kemaren si Gery yang nganterin cewek lo pulang?" tanya lelaki yang memakai hoodie hitam. Lelaki itu menutupi kepalanya dengan tudung hoodie-nya itu.
"Ya begitu," jawab Saka apa adanya saja.
"Lo gak aneh-aneh kan, Ger?" todong lelaki satunya lagi yang memakai setelan kaos lengan pendek berwarna putih.
"Gila lo Za, lo pikir gua macem-macem apa sama ceweknya Saka?" ucap Gery menatap teman yang menuduhnya itu dengan malas.
"Siapa tau aja. Lo kan liar makanya mesti kita waspadai," ucap Reza santai.
"Parah lo Za! Sama sahabat sendiri kagak percayaan," Varo yang sedari tadi hanya diam saja menyimak, sekarang mengompor-ngompori.
"Ampun dah lo Var. Sedari tadi diem ae, sekalinya nimbrung langsung ngomporin," ucap Tezi geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Lelaki yang tadi memakai hoodie berwarna hitam ialah Tezi.
"Alah Zi, lo kayak gak tau si Varo aja? Mulutnya kan jleb banget kebiasaan ngomong gak di filter dulu," ujar Reza sudah tak kaget lagi. Karena ia sudah paham betul dengan sifatnya para sahabatnya itu termasuk Varo ia sudah hapal betul dengan anak itu.
"Di filter mata lo. Lo kira mulut gue mesti gue pakein efek instagram gitu? Biar ter-filter kayak yang lo bilang?" Varo menatap sinis ke arah Reza. Reza sendiri hanya memutar matanya malas. Varo ini makin ke sini makin ke sana omongannya itu semakin di luar nalar.
"Dongo amat sih lo! Mahamin apa yang diomongin Reza gitu aja lo malah nangkapnya begitu?" Gery sedikit jengah dengan Varo yang menurutnya sangat-sangat lemot menangkap apa yang diomongin orang. Terlebih lagi dengan mulut sahabatnya itu yang sangat blak-blakan sekali, tak jarang juga ucapan yang dilontarkan oleh Varo menyakiti hati orang lain.
Tapi mereka berempat tak pernah menjauhi Varo karena memang mereka berlima sudah berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar dan hingga sekarang.
Mereka juga memang sudah tau memang begitulah sifatnya Varo. Mau di bagaimana kan lagi?
Toh, mereka juga tidak mempermasalahkan itu karena dibalik Varo yang bicaranya suka blak-blakan itu sisi lain Varo itu banyak baiknya. Dan dari pada punya teman yang baik omongannya di depan saja tapi di belakang malah nusuk? Mending punya teman seperti Varo yang cukup mulutnya saja yang terkadang omongannya nyelekit di hati.
"Udah-udah lo pada malah debat. Noh liat si Saka dari tadi diem aja. Kalian tuh berisik tau gak," lerai Tezi dan menunjuk ke arah Saka yang hanya diam saja menonton perdebatan mereka tadi.
Keempatnya kini menatap ke arah Saka semuanya. Mereka terkejut melihat wajah yang terlihat lelah di sana dan bibir Saka itu dapat mereka lihat sangat pucat.
"Ka, lo sakit?" tanya Gery begitu sadar bahwa lelaki itu terlihat sedang tidak baik-baik saja.
"Lo kenapa, Ka?" ucap Reza juga menyadari bahwa lelaki itu sepertinya sedang menahan kesakitannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKATA
Teen FictionSaka dan Talita saling mencintai, namun semuanya seolah memaksa mereka untuk berpisah. "Kita bisa melawan mereka yang nggak suka kita, Ta. Tapi, kita nggak bisa melawan yang mana takdir, Tuhan." - Saka Rain Al Lesmana "Tapi kamu pernah janji sama...