Saka menatap penuh kebingungan ketika melihat di ruangan tamu yang terlihat kosong dan seperti sudah ada yang hilang di sana.
Beberapa saat Saka tersadar bahwa kursi sofa beserta dengan mejanya entah hilang kemana. Pantas saja ruangan itu terlihat sangat kosong sekali. Pikirannya langsung tertuju kepada sang Ibu. Di mana sang Ibu? Apakah ia baik-baik saja? Apa yang sebenarnya telah terjadi?
Tanpa berpikir panjang lagi, Saka langsung berlari menaiki tangga, tujuannya sekarang adalah kamar sang Ibu. Di dalam hatinya tak henti-hentinya ia berdoa untuk dijagakan sang Ibu dari hal-hal yang buruk.
"Mama!" panggilnya ketika sudah di depan kamar Mamanya itu. Ia mendorong pintu kamar itu yang tidak terkunci.
Matanya berkaca-kaca ketika yang ia lihat ketika pintu terbuka adalah sang Ibu yang tengah menunaikan ibadah sholat Dzuhur. Air matanya menetes, ia merasa sangat tersentuh hatinya ketika melihat bagaimana khusyuk-nya sang ibu dalam melaksanakan sholat-nya.
Tubuhnya tiba-tiba merasa lemas. Ia sengaja menjatuhkan tubuhnya di depan pintu kamar itu. Ia terduduk dengan bersandar pada pintu yang sudah ditutupnya. Matanya terus berfokus kepada sang Ibu yang membelakanginya itu, sang Ibu telah selesai sholat-nya dan sekarang ia tengah menengadahkan tangannya, ia berdoa kepada Allah SWT.
30 menit berlalu dan sang Ibu masih belum selesai dengan doanya. Ia tanpa merasakan bosan menunggu sang Ibu selesai dengan doanya. Dirinya masih seperti awal tadi, ia menatap penuh keharuan pada sang Ibu.
Sang Ibu selesai dengan doanya. Sang Ibu melepaskan mukena yang dipakainya itu, ia melipatnya merapikannya bersamaan dengan sajadah, dirinya belum menyadari sama sekali bahwa di belakangnya sana sudah ada sang putra yang tengah menunggunya.
Wanita itu menyimpan mukena dan sajadahnya itu di dalam lemari. Di saat ia telah selesai dengan semuanya itu, ia membalikkan badannya dan pemandangan yang membuatnya sangat terkejut sekali, dirinya melihat sosok putra satu-satunya itu yang tengah terduduk bersandar di depan pintu yang tengah memperhatikan kegiatannya sedari tadi.
"Saka?" gumamnya tak percaya akan apa yang ia lihat.
"Mama..." lirih Saka. Ia langsung berdiri dari duduknya, ia berjalan dengan cepat mendekati sang Ibu.
"Mama..." ia memeluk mamanya itu. Matanya kembali berkaca-kaca, sungguh ia sangat tak bisa sekali jika sudah berurusan dengan Mamanya itu maka sifat cengengnya itu yang seperti anak kecil itu pasti seketika kumat.
"Mama ada di sini sayang, Saka kenapa hm? Cerita sama Mama tentang bagaimana harinya anak Mama ini, apakah anak Mama happy hari ini hm?" ucap Siyra lembut. Ia mengusap punggung lebar putranya itu lembut. Hatinya terasa begitu tenang sekali ketika putranya itu selalu ada di sampingnya, selalu menemaninya dan tak pernah meninggalkannya atau menyakitinya. Dalam hal ini, dirinya kembali merasakan rasa syukur sekali. Sungguh, Tuhan memang baik sekali yang tidak pernah putus memberikan nikmat kepada hambanya, meskipun terkadang hambanya sendiri malah ada yang sampai melupakannya tetapi tak pernah sekalipun ia menolak ketika sang hamba datang meminta ampun kepadanya meskipun dosa-dosa sang hambanya sebesar apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKATA
Teen FictionSaka dan Talita saling mencintai, namun semuanya seolah memaksa mereka untuk berpisah. "Kita bisa melawan mereka yang nggak suka kita, Ta. Tapi, kita nggak bisa melawan yang mana takdir, Tuhan." - Saka Rain Al Lesmana "Tapi kamu pernah janji sama...