"Mau aku anterin ke dalem?" tawar Saka, diiringi gelengan kepala oleh sosok gadis di hadapannya.
"Gak usah," tolak Talita, gadis itu tampak kesusahan membuka tali helm yang dipakainya.
Saka tersenyum tipis. Ia meraih tangan kecil itu, dan sengaja membuat tubuh gadis itu mendekat ke arahnya.
"Kalau gak bisa itu bilang, sama pacar sendiri masa sungkan?" ucap Saka lembut.
"Hm iya makasih," balasnya.
Saka pun selesai membukakan helm dari kepala gadis itu. Beberapa detik ia terdiam sembari memandangi wajah cantik itu. Ia menggerakkan tangannya naik ke atas kepala yang lebih kecil, ia mengacak rambut itu sedikit pelan.
"Yang rajin belajarnya, nanti siang aku jemput lagi," ucapnya, dan diangguki oleh sosok mungil itu.
"Aku pergi ya?"
"Iya, hati-hati Kaa?"
"Iyaa"
Gadis itu menatap nanar kepergian kekasihnya itu. Ia menghela nafas berat. Andai saja ia dan kekasihnya itu satu sekolah? Selalu tak rela kala ia harus berpencar karena berbeda sekolah dengan sang kekasih.
"Ta... Lo dipanggil ke perpustakaan sama buk Gina tuh."
Salah satu siswi di kelas itu menghampiri meja, yang pemiliknya sedang membenamkan wajahnya di sana.
"Ta, lo dipanggil buk Gina tuh," ucap siswi itu lagi, kala ia sudah berada di dekat meja gadis itu.
"Hm" balasnya yang dipanggil. Gadis itu masih mempertahankan posisinya menidurkan kepalanya di atas meja.
"Ta, lo tidur?" tanya siswi itu menatap penuh heran padanya. Siswi itu menepuk bahu gadis itu pelan, guna memastikan apa si empuhnya sedang tertidur atau tidak.
"Engga Jasi"
"Yaudah kalau gak tidur, lo bangun gih. Temuin buk Gina sana"
"Iya wait, five minutes, please!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKATA
Teen FictionSaka dan Talita saling mencintai, namun semuanya seolah memaksa mereka untuk berpisah. "Kita bisa melawan mereka yang nggak suka kita, Ta. Tapi, kita nggak bisa melawan yang mana takdir, Tuhan." - Saka Rain Al Lesmana "Tapi kamu pernah janji sama...