Chapter 25

8 0 0
                                    

"Talita Putri Bintang, ada?" tanya seorang guru yang berdiri di depan kelas.

Semua mata tertuju kepada si pemilik nama tersebut. Seluruh murid kelas itu menatap heran gadis yang terlihat sedang melamun itu.

"Ta, lo dipanggil tuh," bisik seorang murid yang duduk di belakangnya. Ia terperanjat."Iya apa, Ree?"

"ABSENNN!" pekik seluruh murid di dalam kelas itu kepadanya.

Talita menunduk malu. Ia sedang merutuki kecerobohannya itu. Harusnya ia tidak melamun. Ini sama saja dengan dirinya mempermalukan dirinya sendiri di hadapan teman-teman dan gurunya.

"Aku kenapa ya, rasanya nggak enak banget. Kenapa aku tiba-tiba khawatir sama Saka yaa."

"Sudah-sudah. Diam semuanya!" suara lantang guru tersebut. Semuanya seketika terdiam.

"Talita, apa yang kamu pikirkan? Apa sedari tadi kamu tidak menyadari jika ada guru yang sudah masuk?" serang guru tersebut dengan pertanyaan.

Talita diam. Sepertinya ia tak akan menjawab di depan teman-teman kelasnya itu. Terlihat jika ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju depan kelas mendekati seorang guru yang tengah bertugas mengajar kelas mereka hari ini.

Suara bisik-bisik mulai terdengar. Kelas yang tadinya berisik kini hening bertepatan dengan Talita yang sudah berdiri di hadapan guru tersebut. Rasa penasaran tentunya yang tengah dirasakan oleh murid-murid di dalam kelas.

Di keadaan hening seperti ini, maka sangat dapat dengan mudah sekali mendengarkan dengan jelas ketika ada yang tengah berbicara.

Semua murid menunggu Talita mengatakan sesuatu. Mereka semua sangat penasaran dengan semua itu, apa yang akan dikatakan oleh gadis itu.

Apa yang diharapkan oleh mereka?

Tetapi, Talita tak sebodoh itu. Dan Talita juga tak akan pernah rela jika apa-apa tentangnya selalu dijadikan tontonan dan menjadi olok-olokkan mereka yang tak suka padanya itu.

Talita memberikan kepada guru sebuah kertas yang sepertinya ada tulisan penting di sana.

Sehingga ketika membacanya guru tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian guru tersebut memerintahkannya untuk meninggalkan kelasnya.

"Terima kasih, Buk," ucap Talita yang terdengar jelas di dalam ruangan itu.

"Sama-sama, Nak," balas guru tersebut dengan nada bicaranya yang 120 derajat sangat berbeda dengan yang pertama tadi. Suara guru tersebut sangat lembut sekali.

"Ada apa sih itu?"

"Kenapa sikap Buk Reva tiba-tiba beda banget?"

"Apa sih yang dikasih tunjuk dia ke Buk Rev?"

"Penasaran banget gue."

"Sok misterius banget tuh orang."

"Nggak bisa apa tuh orang nggak bikin geger sekolah ini?"

Kelas yang tiba-tiba ramai setelah Buk Reva pergi keluar, tentu dengan Talita yang pergi bersama Buk Reva.

Lagi dan lagi Talita menjadi bahan perbincangan anak kelasnya hari ini. Ah, bukan hanya sekelas saja tapi sepertinya nanti akan menjadi perbincangan oleh murid satu sekolahan.

Entah, mengapa kalau itu menyangkut tentang Talita pasti itu akan secepat kilat menyebarnya. Berita tentangnya itu seakan-akan adalah hal yang wah, sehingga semua orang tak akan melewatkan satu kali saja.

Tak sadar kah mereka? Jika mereka telah menyakiti hati seorang gadis yang sebenarnya sangatlah rapuh itu namun selalu ingin tetap terlihat untuk baik-baik saja di depan semuanya.

SAKATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang