Chapter 19

4 0 0
                                    

Awan berwarna putih dan terang kini sudah berganti menjadi awan berwarna hitam dan gelap. Siang kini sudah berganti menjadi malam.

Di langit yang hitam dan gelap itu, bertaburan titik-titik cahaya yang terlihat begitu sangat indahnya. Titik-titik cahaya itu adalah sang bintang. Dan sang bulan juga hadir di malam itu, memancarkan terang cahayanya yang sempurna. Pemandangan langit malam itu terlihat begitu sangat indah sekali.

Indah, indah, indah sekali. Seindah sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan itu? Sepasang kekasih itu terlihat sangat romantis dan manis sekali.

"Kita duduk di kursi itu mau nggak, Ta?" tawar Saka sembari menunjuk ke arah satu kursi panjang yang berada sekitar lima meteran di depan mereka sana.

Talita mengedarkan pandangannya, ia mengikuti ke arah yang kekasihnya itu tunjuk. Terlihat di matanya satu-satunya kursi yang tidak ada orang yang menempatinya. Sedangkan disekeliling semua kursi sudah dipenuhi dengan orang-orang.

Talita mengangguk semangat."Ayo, Kaa! Ayo duduk di sana," setuju Talita dengan ajakan Saka.

Setelah mendapatkan persetujuan dari orang terkasihnya, Saka tanpa basa-basi lagi ia langsung menarik tangan milik kekasihnya itu dengan lembut, ia menuntun gadis cantik itu untuk duduk di kursi tersebut.

***

"Bunda mau kemana?" tanya David spontan ketika sang istri terlihat beranjak dari duduknya.

"Bunda mau pulang, Yah," jawab Ayla seadanya. David mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari sang istri. Secepat itu? Bahkan belum sampai satu jam sang istri datang lalu sekarang ingin pergi lagi?

David ikut bangun dari duduknya. Ia berjalan mendekati sang istri."Kok cepat sekali, Bund? Ayah aja masih kangen sama Bunda," ungkap David sejujur-jujurnya. Jujur David masih ingin wanita tercintanya itu menemaninya saat ini. Setelah hampir seharian ia berkutik di depan layar laptop dan kertas-kertas itu yang membuat ia rasanya ingin berteriak bahwa ia sangat lelah sekali. Tetapi setelah kedatangan sang istri tadi, ajaibnya rasa lelahnya semuanya hilang lenyap entah kemana. Ketika senyuman manis sang istri menyapanya dan pada detik-detik itulah semua perasaan tak nyamannya hilang dan terganti dengan perasaan tenang dan nyaman. Apakah ini adalah salah satu keajaiban dari orang yang saling mencintai dengan tulus?

"Bunda jadi malas soalnya Ayah terus bahas-bahas dia," Ayla menatap malas wajah suaminya itu.

"Dia? Siapa dia? Yang Bunda maksud dia itu adalah Talita?" bingung David. Siapa yang istrinya sebut 'Dia' itu. Sejak tadi ia merasa tak pernah sedikit pun membicarakan wanita-wanita lain, selain sang putri yang tadi ia sebut-sebut namanya.

"Iya dia. Ayah dari tadi terus-terusan sebut nama dia. Bunda itu muak, Yah. Bunda sudah sangat muak dengan segala yang menyangkut tentang dia. Dia itu hanya bisa menjadi beban saja. Sama sekali nggak ada untungnya dia hadir di kehidupan kita!" ungkap Ayla menggebu-gebu. Dan ini untuk yang pertama kalinya Ayla berbicara kuat kepada suaminya yang bahkan sudah terkesan ia telah membentak suaminya itu.

Entah mengapa saat ini ia begitu sangat sensitif sekali ketika mendengar nama putrinya itu. Contohnya saja sekarang ini, ketika sang suami menyebut nama sang putri namun perasaan marahnya tak bisa terbendung lagi. Emosinya seakan sangat mudah sekali terpancing hanya karena mendengar nama itu disebut.

David menatap tak percaya kepada sang istri. Sang istri yang biasanya selalu berbicara lembut kepadanya, sekarang istrinya itu berbicara kuat kepadanya.

SAKATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang