"Gak usah memaksakan keadaan, Ta. Sudah jelas kalau kita gak akan bisa bersatu," ucap Saka sebisa mungkin menahan air matanya yang kapan saja bisa luruh.
"Banyak orang yang gak suka kita, dan kita kalah Ta," ucap Saka begitu lirih. Air matanya yang sudah ia tahan mati-matian dengan begitu saja lolos. Ia terlihat lemah di depan gadis yang di cintainya itu.
"Kita gak usah dengerin apa kata orang, Ka. Kita bisa anggap mereka angin lalu, Ka!" sentak Talita. Demi apapun, Talita tak ingin hubungan keduanya berakhir. Ia sangat mencintai lelaki di hadapannya itu.
Hanya Saka di dunia ini, yang satu-satunya yang menganggap kehadirannya itu ada. Di saat semua orang membenci dirinya, bahkan kedua orang tuanya pun yang tampak tak memperdulikannya. Hanya Saka yang selalu menemaninya, bahkan di saat ia sudah berada di titik terendahnya.
"Ta... Berhenti nyakitin diri kamu sendiri. Berhenti pura-pura gak peduli sama omongan mereka. Aku tau kamu sakit kan, Ta? Sama. Aku juga sakit, Ta."
Saka menarik tubuh yang lebih kecil, ia membawanya ke dalam pelukannya. Air matanya pun semakin deras membasahi pipinya, dan begitu pula dengan gadis itu yang sudah menangis tersedu-sedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKATA
Teen FictionSaka dan Talita saling mencintai, namun semuanya seolah memaksa mereka untuk berpisah. "Kita bisa melawan mereka yang nggak suka kita, Ta. Tapi, kita nggak bisa melawan yang mana takdir, Tuhan." - Saka Rain Al Lesmana "Tapi kamu pernah janji sama...