dari mata sam | 5. pengakuan sam

516 95 21
                                    

[5 | pengakuan sam]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[5 | pengakuan sam]

"Wey, HBD, Bro!"

Sambutan itu ditegaskan dengan jabat tangan, tepuk seruan, dan senyum lebar dari Raka beserta teman-temannya yang lain. Sam diajak duduk di sofa yang terletak di bagian luar kafe bar rooftop hotel, sebuah teras yang cukup luas dan menghidangkan kerjap cahaya Bali di kejauhan.

"Seventeen and still single, cari cewek gih, Sam."

"Tau nih betah amat jomlo. Kasian cewek-cewek di dunia ini kalo harus ketemu cowok kayak Toni dulu karena cowok baik-baik kayak lo nggak gerak."

Toni, lelaki berambut ikal yang menjadi olokan, melempar kentang ke arah teman yang barusan berbicara. "Sialan lo, Bram!"

"Toni mah bukan berniat nyari cewek, tapi musuh anjir. Liat noh mantannya, mana ada yang masih berhubungan baik sama doi."

"Gue aja terus yang dibahas!!!"

Tawa Sam bergabung dengan yang lain. "Tobat sih lo, Ton. Bentar lagi kelas 12 ini," timpal Sam usai tawanya mereda.

Sisa malam terakhir di Bali sekaligus malam ulang tahunnya Sam habiskan dengan kawan-kawannya. Seharusnya badannya sudah mengeluh karena ia baru pulang dari berjalan-jalan di Seminyak bersama teman satu band-nya, Helga, dan Kinar. Tapi dikelilingi orang-orang seperti ini justru membuatnya berenergi.

Apabila mengulur benang waktu, sesungguhnya hari ini terasa panjang bagi Sam. Sedari pagi berlanjut ke sore hari, Sam dilanda bingung karena Nirmala mendadak hilang. Padahal sejak di Bali, Nirmala seolah tidak pernah jauh dari ponsel saking ramainya merecoki notifikasi.

Rasi Samudra
Besok gue mau ke Kuta :p

Lo di kampus atau udah di rumah?
Gue otw Kuta!!
Kak
Tumben amat nggak fastresp

Itu pesan terakhirnya. Dan apapun itu, Sam masih ingin berprasangka baik.

Namun ketika Sam menyaksikan bagaimana Kuta perlahan berubah menjadi tumpukan warna yang indah tadi sore, dadanya terasa begitu penuh-seperti ada yang mendesak hendak keluar.

Lalu Sam menemukan Kinar, lagi-lagi, tengah berjalan di pesisir seorang diri. Tak lama Sam menangkap dua lelaki asing terlihat mengamati Kinar dari jarak yang tak begitu jauh. Di situ Sam tahu ada yang tidak beres. Maka ke sanalah langkahnya pergi. Dan ia memilih tinggal lebih lama di sebelah si gadis.

Di suatu sekon, ketika Sam menoleh ke samping-Kinar dengan helai rambut yang sesekali disapu angin-ada sesuatu yang mengapung di benaknya dan berusaha ia definisikan. Ia jadi teringat Nirmala yang entah kabarnya seperti apa.

Pandangan Sam menerawang ke depan. Kuta jauh lebih hangat dari Pandawa. Entah, barangkali karena Sam berkunjung di sore hari yang menyisakan sinar lembut mentari sebelum tanggal di ufuk Barat. Perpaduan senja dan Kuta jauh lebih magis daripada Pandawa bersama langit birunya. Jenis magis yang merangkul dan seolah berkata ia boleh menumpahkan segala resahnya di sini. Kuta seakan mengulurkan tangannya, membuka pintu di mana kekhawatirannya bersembunyi.

twinkles.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang