dari mata sam | 6. menelusup lebih jauh

527 89 24
                                    

[6 | menelusup lebih jauh]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[6 | menelusup lebih jauh]


BUG!

"BRENGSEK! LO APAIN KAKAK GUE?!"

Lelaki yang terkapar di depan Sam meludahkan darah. Terkekeh sinis. "Lo mau jadi pahlawan kesiangan?" Lalu ia berdiri, susah payah. "Sekolah dulu yang bener. Sok jagoan."

Kalau bukan karena Nirmala yang berjongkok dan menunduk di suatu sudut seolah-olah sekitarnya merupakan bahaya baginya, Sam sudah pasti menghajar lelaki tidak tahu diri itu. Haris. Bahkan mengingat namanya Sam tidak sudi. Namun begitu Sam hendak menghampiri Nirmala, sesuatu menghantam punggungnya. Ia terempas ke tanah. Beruntung Sam tak sampai hilang kesadaran. Badannya melenting berbalik saat mantan pacar kakaknya menyerang.

Pukulan demi pukulan Sam lempar dan terima. Sampai di suatu titik Sam melumpuhkan lawannya, lelaki itu bersimpuh kelelahan. Dadanya berdentum. Tubuhnya meruap panas karena emosi juga gerak fisik yang menyedot energinya.

Sam meremas leher baju Haris dan mengangkatnya hingga pandangan mereka beradu. "Sekali lagi lo deket-deket kakak gue, gue bersumpah nggak akan biarin lo hidup tenang," lontar Sam geram.

Haris terbatuk-batuk, berusaha menyahut. Seringainya memanjang. "Lo pikir gue bakal biarin hidup dia tenang tanpa gue di sampingnya? HAH!? Mala punya gue, dari dulu! Lo semua yang bikin dia ninggalin gue! Bajingan!"

Sam meredam gemuruh yang mendorongnya untuk menghabisi Haris saat itu juga. "Orang gila," desis Sam final, menyentak Haris ke posisi awalnya.

Sam bangkit, langkahnya berantakan mendekati Nirmala.

Bibir Sam kelu dan dadanya seperti dihujani jeruji saat melihat Nirmala masih meringkuk ketakutan. Gadis itu merapatkan tubuhnya yang gemetar pada badan mobil yang pasti milik Haris-seolah ingin lebur dan menghilang dari situasi menyeramkan ini. Perlahan, Sam berjongkok di depan Nirmala.

"Kak," panggil Sam sehalus mungkin, tidak ingin mengejutkan Nirmala. "Kak Mala ... ini gue. Samudra."

Butuh beberapa kali bicara hingga Nirmala merespons. Sam menggigiti bibir dalamnya kuat-kuat, menahan gejolak emosi yang menyerbu begitu kepala Nirmala patah-patah terangkat. Mata kakaknya berair dan wajahnya merah mengusut. Pandangannya tidak fokus. Bibirnya berdarah. Sam ingin percaya bahwa itu hasil pertahanan Nirmala untuk melawan kecemasannya, bukan ulah Haris si brengsek. "Sam?" lirih Nirmala bersuara, penuh getar.

Tangis Sam sudah mencapai tenggorokan ketika ia memilih untuk menelannya kembali, lalu mengembangkan senyum tipis. Mengangguk. "Ayo pulang," ujar Sam lembut. Menggenggam tangan Nirmala yang dingin. Meyakinkan Nirmala bahwa gadis itu sekarang baik-baik saja.

Hari itu memang berjalan terlalu mulus sedari awal. Dunia seolah menimang-nimang Sam dalam kebahagiaan sebelum membiarkannya jatuh patah berkeping-keping. Usai menyelesaikan penampilannya di kafe, datang sebuah telpon yang kental dengan nada panik. Saat itu juga pikiran Sam berkabut, pun selama ia mengendarai motornya membelah jalanan yang ramai.

twinkles.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang