Ting!
Suara notifikasi itu membuat Jingga mengambil lagi handphonenya yang baru ia letak.
Dia pun membalas isi pesannya yang dimana berasal dari grup teman-teman seperkumpulannya.
"Siapa sih yang ngechat? Sampe suaminya di cuekin."
"Ha?" Jingga menatap datar wajah Tegar.
"Itu. Siapa yang ngechat sampe buat kamu cuekin aku?"
"Ooh ini. Teman aku."
"Teman?"
"Iya, teman. Mereka ngajak ketemuan besok."
Jingga berfokus lagi ke handphonenya untuk membalas pesan-pesan dari grupnya.
"Terus gimana? Kamu ikut?" tanya Tegar.
Jingga tak menjawab. Dia masih fokus dengan handphonenya.
"Gimana JINGGA?"
"Ha? Apa?"
"Kamu ikut enggak?"
"Ikut lah. Kamunya gimana?"
"Aku?"
"Iya. Mereka ngajakin kamu. Mau ikut gak?"
"Kalau kamu yes, aku yes juga."
"Ok. Berati kita ikutan ya."
"Iya."
*****
Setelah Tegar menunggu 1 jam lamanya, akhirnya Jingga keluar dari kamarnya dengan berpakaian yang rapi, wajah yang sudah ia poles dengan sedikit riasan, serta rambut yang sudah ia tata dengan indah.
Dia benar-benar terlihat sempurna hanya untuk pergi menemui teman-teman seperkumpulannya.
Sangking sempurnanya, Tegar hanya bisa menganga dan memuji Jingga dari dalam hatinya.
"Gimana?"
Tegar masih kagum atas kecantikan dan kesempurnaannya Jingga, sehingga dia tak mendengar suara Jingga.
"Tegar!"
"Ha? Iya. Apa?"
"Kamu ngelamunin apa sih?"
"Kamu."
"Maksudnya?" tanya Jingga bingung.
"Iya kamu. Aku lagi ngelamunin kecantikannya kamu."
"Apaan sih, gombal."
"Enggak gombal. Emang beneran cantik."
Jingga menanggapinya dengan senyuman. "Yaudah, yuk kita pergi."
*****
Begitu Tegar memasuki cafe tempat teman-temannya Jingga berkumpul, dia langsung terkejut dan terdiam, karena semua teman Jingga adalah lelaki.
Dia gak menyangka kalau teman Yang dimaksud oleh Jingga adalah lelaki. Yang dia pikirkan, kalau temannya Jingga itu adalah perempuan.
"Kok diam aja? Yuk duduk yuk."
Jingga membuyarkan lamunannya Tegar. "Ha? Apa?"
"Duduk yuk."
Tegar mengangguk dia mengikuti Jingga dari belakang.
"Hai semua," sapa Jingga.
"Hai. Datang juga anda," ujar Rian, temannya Jingga.
"Iya dong," ujar Jingga. "Eh, kenalin ini suami aku."
Tegar maju selangkah dan menyalami Rian. "Tegar."
"Rian."
Setelahnya dia menyalami semua teman-teman Jingga yang ada disana.
"Duduk yuk."
Tegar mengangguk dan berjalan mengikuti Jingga. Tapi, ketika dia akan duduk di sebelah Jingga, salah satu temannya Jingga menempatinya. Jadilah, dia duduk berjauhan dengan Jingga.
Tegar juga merasa tertekan, karena teman-temannya Jingga selalu menatapnya dengan tatapan tak suka.
Dia bahkan tak mengeluarkan sepatah kata pun selama dia duduk di sana.
Sedangkan Jingga malah asik mengobrol. Dia tak sadar kalau Tegar merasa tertekan.
*****
Dari perjalanan tadi hingga sampai di rumahnya, Tegar tak mengeluarkan sepatah katapun.
Dia membuat Jingga kebingungan. "Kamu kenapa sih?" tanya Jingga.
"Gapapa."
"Gapapa. Tapi kok diemin aku terus?"
"Siapa yang diemin kamu?"
Jingga menghela napas, "dari tadi kamu itu diemin aku terus. Pas aku ngajak kamu bicara, kamunya malah diam."
"Ya, siapa suruh tadi cuekin aku," gumam Tegar dengan suara yang pelan, tapi masih terdengar oleh telinga Jingga.
"Aku?"
"Iya, kamu dari tadi cuekin aku terus dekat-dekat terus sama teman-teman kamu."
Jingga tersenyum lebar. "Ah, jadi kamu cemburu?"
"Enggak kok."
"Enggak? Apanya yang enggak? Bibir kamu aja manyun gitu."
"Iya deh, iya. Aku ngaku," jawab Tegar. "Aku cemburu kamu dekat dengan mereka."
Jingga tersenyum lagi. "Kan mereka itu cuma teman. Gausah cemburu kali. Ingat! Walaupun aku dekat dengan mereka, hatinya aku itu tetap punyanya kamu."
Tegar tersenyum kecil. "Iya, juga ya. Ngapain aku iri sama mereka. Kamu kan punyanya aku."
"Yaps benar sekali," ujar Jingga. "Jadi gimana? Udah ga marah lagi kan?"
Tegar mengangguk. "Boleh peluk gak?" tanya Tegar.
"Boleh." Jingga memeluk Tegar. "Dasar bayi gedek."
"Emang. Aku kan bayinya kamu," jawab Tegar. "Btw, teman-teman kamu itu aneh ya," sambung Tegar setelah melepaskan pelukannya.
"Aneh?"
"Iya. Mereka natap aku dengan tatapan kebencian seolah-olah mereka tidak suka kalau aku adalah suaminya kamu."
"Masa sih? Ga mungkin tahu. Mereka aja senang pas tahu aku sudah menikah." Jingga tak setuju dengan perkataannya Tegar.
"Itu mah di kamu, di aku? Yang ada kena tatapan mulu. Lagian, kok bisa sih teman kamu isinya laki-laki semua?"
"Suka-suka aku dong. Kan, emang lebih enak berteman dengan laki-laki dibanding sama perempuan."
"Kok gitu?" tanya Tegar penasaran.
"Perempuan itu, kalau ngumpul kerjanya gossipin teman segeng. Makanya aku malas punya teman perempuan. Cukup si Rose aja."
"Ah, iya, Rose. Kenapa dia ga ada tadi?"
"Dia ada janji sama yang lain. Makanya ga ikut."
Tegar ber'oh ria.
*****
Versi videonya ada di tik-tok mimin yak :)
Di @za_storryy
KAMU SEDANG MEMBACA
Tegar & Jingga
FanfictionTegar & Jingga adalah sepasang pasangan yang dijodohkan. Anehnya, bukannya marah dan menolak, mereka malah menyukai perjodohan mereka. Mereka juga membuat beberapa komitmen agar hubungan mereka selalu terlihat harmonis.