Mama Tegar memang begitu

40 9 0
                                    

Tegar & Jingga

👫

👫

👫

👫

______________

ⓢⓔⓛⓐⓜⓐⓣ

ⓜⓔⓜⓑⓐⓒⓐ

_____________

Setibanya di rumah Papa mertua, Jingga dan Tegar langsung merapikan barang mereka di kamarnya Tegar.

Setelahnya, Tegar duduk di tempat tidurnya dan menyuruh Jingga untuk duduk di sebelahnya.

"Enggak mau," tolak Jingga.

"Terus mau kemana? Ini rumah papa lo, kamu ga bisa sebebas di rumah kita. Terus, kitanya juga gak bisa beradu mulut, karena nanti bisa di dengar sama mama dan papa aku."

"Masih bisa keluar rumah kok."

Jingga tetap bersikeras untuk mendiami suaminya.

"Ooh, yaudah. Baik-baik ya di luar nanti. Hati-hati sama tetangga yang julid."

Tak mau menanggapi suaminya, Jingga langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Tapi, setibanya Jingga di halaman rumah, dia mendengar ada keributan. Karena penasaran, Jingga pun mengintip dari balik gerbang. Dan ternyata, ada Bu Sonya yang sedang beradu mulut dengan tetangganya di jalanan.

Ketika Jingga ingin menghampiri Bu Sonya, Tegar malah menarik tangan Jingga dan membawanya kembali ke kamarnya.

"Kenapa ditarik sih? Nanti, bisa lebih ribut lagi lo, kalau merekanya gak di lerai," protes Jingga.

"Udah biasa mereka begitu, nanti juga baikan lagi."

"Ha?"

Jingga masih belum mengerti dengan penjelasannya Tegar.z

"Mereka memang begitu, suka beradu mulut. Terus, nanti sore juga merekanya baikan dan besoknya juga bakal begitu lagi."

"Ha? Kok?"

"Aneh ya?"

Jingga mengangguk, dia bingung karena ini kali pertama dia melihat orang yang begitu.

"Untuk kamu aneh, untuk aku mah udah biasa aja. Oh, iya. Ga jadi keluar nih?"

"Enggak ah, bagusan disini aja ternyata."

"Bagus."

"Tapi, aku masih marah ya sama kamu."

"Yaudah, silahkan."

Tegar tersenyum melihat tingkah istrinya yang makin-makin aja.  Apalagi dia melihat Jingga yang memasang wajah cemberut tapi sambil memainkan handphonenya.

"Gemes banget sih."

Tegar ingin mencubit pipinya Jingga, tapi dia langsung mengurungkan niatnya karena Jingga memasang bombastic side eyenya.

Walaupun begitu, Tegar tetap suka menatap wajah Jingga. Dia bahkan melakukan hal itu sampai 15 menit.

"Gak ada kerjaan lain ya?"

"Enggak ada."

"Kan ada handphone. Gunain lah. Risih tahu, dilihatin begitu," protes Jingga.

"Enggak ah. Lebih menarik lihatin wajah kamu daripada mainin handp...mph..."

Jingga menutup mulut Tegar karena dia mendengar suara keributan.

"Itu suara apa?"

"Oh, itu suara mama."

"Ha?"

"Iya. Itu suara mama lagi ribut sama mbak. Biasalah, masalah dapur itu."

Jingga ingin menghampiri mama mertua, tapi Tegar menahannya.

"Jangan! Nanti bisa jadi lebih panjang lagi urusannya. Biarin aja mama ngomel, nanti juga diam sendiri."

Entah kenapa Jingga mau menurut dengan suruhannya Tegar.

*****

20:00

Kalau bukan karena papanya Tegar, makan malam ini mungkin akan menjadi situasi yang awkward. Apalagi ditambah dengan kejadian yang lalu. Bisa jadi perang dingin lagi.

Tapi, syukurnya tidak. Mereka bahkan tertawa-tertiwi karena celetukan dari Pak Yogi.

"Jingga!" Jingga menoleh. "Bagaimana masakannya? Enak?" tanya Pak Yogi.

"Enak pa."

Tanpa mikir panjang lagi, Jingga langsung menjawab pertanyaan dari sang mertua.

"Iya, tentu. Masakannya Mbak Laras memang yang terbaik."

Jingga terheran, dia pikir yang masak makanannya adalah mamanya Tegar.

"Kenapa begitu wajahnya? Seperti tak percaya gitu?"

"Enggak pa. Enggak apa."

Jingga tak mau menjawab. Dia takut mama mertuanya akan marah dan kecewa nantinya.

"Ah, papa tahu. Pasti kamu ngira ini masakannya mama. Iya kan?"

Dengan cepat Jingga menggelengkan kepalanya. "Eng..gak pa. Enggak begitu kok," bohong Jingga.

Karena tahu kalau Jingga takut dengan istrinya, Pak Yogi tak melanjutkan lagi pembicaraan ini. Dia mengganti topiknya dengan topik  baru agar sang menantu merasa nyaman.

____________

Versi videonya ada di tik-tok mimin di @za_storryy
Linknya ada di bio :)

Tegar & JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang