Sesampainya di mobil, Jingga langsung mengintrogasi suaminya. Dia mau tahu jenis dan tujuan dari ramuan yang dipegangnya.
"Ini apa?"
"Obat tradisional."
"Untuk?"
"Katanya sih, obatnya untuk membuat orang hamil. Udah banyak juga yang nyoba dan rata-rata manjur. Makanya aku bawa kamu ke sini."
"Ahhh! Berati kamu mau nyoba obat tradisional?"
Tegar mengangguk. "Kalau tidak dicoba kita tak tahu." Tegar mulai melajukan mobilnya dengan perlahan.
"Semoga berhasil ya."
Tegar menoleh kearah Jingga untuk sesaat. "Amin." Dia kembali fokus pada jalanan. "Kamu tahu gak, kalau aku sangat takut."
"Takut?"
"Iya. Pas lihat kamu nangis karena test pack waktu itu, rasanya sangat sakit." Tegar memegang dada bagian kirinya. "Di sini terasa sangat sakit. Jadi, aku berusaha cari cara. Dan entah kenapa kak Ana yang terlintas di benakku. Makanya aku bawa kamu ke sini."
"Terimakasih ya karena udah jadi suami aku."
Tegar menoleh ke arah Jingga. "Seharusnya aku yang berterimakasih."
"Iya, iya. Udah lihat jalan aja, nanti kita ketabrak."
Tegar buru-buru memperhatikan jalanan lagi. Untung saja tadi sepi, jadi dia tak menabrak apapun, walaupun dirinya memandang Jingga dalam waktu yang cukup lama.
********
Di perjalanan, Tegar melihat taman bermain yang buka di siang hari. Dia pun membawa Jingga ke sana.
"Ayo kita main."
Tegar menarik tangan Jingga, tapi ditahan oleh Jingga.
"Kenapa?" tanya Tegar.
"Beli itu dulu yuk. Lapar."
Jingga menunjuk abang-abang penjual bakso bakar.
"Boleh. Tunggu sebentar ya, biar aku beliin."
Jingga mengangguk. Dia mencari tempat duduk untuk menunggu Tegar selesai dengan baksonya.
Sambil menunggu, Jingga memainkan handphonenya. Dia melihat video tik-tok.
"Nah baksonya," ujar Tegar sambil memberikan bakso yang dibelinya.
"Terimakasih."
Jingga mengambil baksonya dan memakannya. Dia juga memberikannya ke Tegar.
Setelah habis tak bersisa, barulah mereka menjelajahi permainannya satu per satu.
"Habis ini mau naik apa?" tanya Tegar. Saat ini mereka sedang menaiki wahana air.
"Hmm? Kalau itu bagaimana?"
Jingga menunjuk wahana roller coaster.
"Oke. Siapa takut," ujar Tegar.
Tegar memenuhi permintaannya Jingga. Dia ikut menaiki roller coaster dengan Jingga di sebelahnya. Tapi, berbeda dengan Jingga yang biasa aja setelah turun dari roller coaster, Tegar malah muntah-muntah.
"Huek! Huek! Huek!"
Jingga memijit-mijit tengkuknya Tegar agar dia dapat mengeluarkan semua isi perutnya.
"Bagaimana? Udah enakan?"
Tegar mengangguk. "Enggak lagi deh naik itu."
"Makanya jangan asal iya aja. Aku kan ga tau kalau kamu gak bisa naik itu, makanya aku ajak kamu. Kalau tahu, gak akan mau aku ajak kamu. Mana tadi kamu muntah di baju aku. Untung ada air, jadi bisa dibersihkan."
Tegar menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Hehehe! Ya udah, kita pulang yuk. Biar kamunya gak masuk angin."
Jingga menganggukkan kepalanya. "Yuk."
**********

KAMU SEDANG MEMBACA
Tegar & Jingga
FanfictionTegar & Jingga adalah sepasang pasangan yang dijodohkan. Anehnya, bukannya marah dan menolak, mereka malah menyukai perjodohan mereka. Mereka juga membuat beberapa komitmen agar hubungan mereka selalu terlihat harmonis.