Kedatangan orangtua Jingga

60 12 0
                                    

Tegar sedang sibuk membersihkan rumah mereka untuk menyambut kedatangan ibunya Jingga.

Sedangkan Jingga, sedang sibuk dengan sesi konsumsi. Dia menyiapkan beberapa makanan ringan berupa biskuit dan beberapa jenis kue dari toko. Dia juga menyiapkan minuman dingin.

Untuk makanan beratnya, Tegar mengusulkan untuk memesan saja. Karena apa? Udah jelas dong, karena masakan Jingga yang kurang sedap.

Untungnya, Jingga tak curiga ke arah sana. Dia malah setuju, karena alasannya Tegar yang selalu bilang kalau dia ga mau Jingga kecapean nantinya.

Setelah selesai mempersiapkan segalanya, Tegar dan Jingga pun beristirahat sejenak di sofa ruang keluarga.

"Capek juga ya." Tegar memulai percakapan.

"Capek?" Tegar mengangguk. "Berarti kamu ga suka dong, orangtuaku datang?"

"Enggak dong. Ga gitu."

"Tadi Kan kamu yang bilang capek."

"Tapi ga gitu maksudnya. Yakali, aku gak suka dengan kedatangan orangtuanya istri aku," ujar Tegar dengan ekspresi cemberutnya.

Jingga tertawa kecil karena melihat wajah Tegar yang mirip seperti anak kecil.

"Kenapa?" tanya Tegar.

"Lucu." Jingga mencubit pipinya Tegar. "Suaminya Jingga lucu banget sih. Apalagi cemberut-cemberut gitu. Jadi, pengen digigit pipinya."

"Habisnya kamu godain aku."

"Jadi marah ni ceritanya?" Tegar mengangguk. "Yaudah deh, aku janji ga godain kamu lagi."

"Janji?" tanya Tegar memastikan.

"Janji," jawab Jingga. "Yaudah yuk, kitanya yang bersiap. Bau soalnya."

"Yaudah yuk. Berdua tapi ya, mandinya."

Jingga berdiri, "Hmmm? Gimana ya?" Tegar mengangguk. "Yaudah, iya."

Tegar langsung bersemangat. Dia pun ikut berdiri dan langsung menggendong tubuh Jingga ke arah kamar mandi

******

Sembari menunggu kedatangan orangtuanya Jingga, mereka menyalakan televisi untuk menonton series yang belum selesai mereka tonton.

Karena keasyikan, mereka tak menyadari ada yang mencet bel dan memanggil-manggil mereka.

Sampai pada akhirnya, Jingga ditelpon oleh mamanya. Barulah mereka membuka pintu rumah.

"Maaf ma, kami keasyikan nonton soalnya. Jadi, ga kedengaran deh suara bel-nya," ujar Tegar setelah memasukkan barang-barangnya mama Jingga (Bu Tika) ke dalam rumahnya.

"Iya, gapapa kok. Namanya juga pasutri baru," jawab Bu Tika. "Tapi, kalian beneran nonton kan?"

"Iya ma, kami beneran nonton. TV-nya aja masih nyala itu." Kali ini, Jingga yang membuka suara.

"Oh, baguslah."

"Kalian gimana? Ga ada bertengkar atau saling memisahkan diri kan?" tanya papanya Jingga (Pak Rudy).

"Maksudnya pa?" tanya Tegar.

"Kalian ga kayak yang di film-film kan? Yang dimana ketika kalian berdua, kalian akan saling berpisah," jawab Pak Rudy. "Jujur aja ya, saya sebenarnya gamau nikahin anak saya sama kamu. Kalau bukan karena wasiat dari neneknya, ga akan saya nikahin kalian," lanjut Pak Rudy lagi.

Bu Tika langsung menatap Pak Rudy dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Kenapa sih ma?" tanya Pak Rudy.

Bu Tika berbisik, "kalau kamu gini lagi, aku ga akan bukain pintu kamar untukmu." Seketika Pak Rudy langsung terdiam. "Yaudah, yuk kita masuk." Bu Tika mengajak anak dan menantunya masuk dan meninggalkan Pak Rudy yang terdiam.

Jingga mendekati mamanya, "mama bilang apa? Papa kok langsung terdiam?"

"Ada deh. Rahasia," bisik Bu Tika.

"Mama."

******

Kamar

Setelah mengantar orangtuanya Jingga, mereka masuk ke kamar tidur mereka. Di sana Jingga melihat Tegar yang sedikit murung.

"Maafin papa aku ya. Dia gak bermaksud untuk..."

"Iya gapapa kok." Belum sempat Jingga menjelaskannya, Tegar sudah memotong kalimatnya. "Kamu ga usah minta maaf. Bukan salah kamu kok." Jingga mengangguk pelan. "Yaudah, aku keluar dulu ya. Mau pendekatan sama mertua."

Tegar pun pergi meninggalkan Jingga yang masih duduk di atas kasurnya.

******

Versi videonya ada di tik-tok @za_storryy yak :)

Tegar & JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang