Berbaikan

60 12 0
                                        

Tegar & Jingga

👫

👫

👫

👫

______________

ⓢⓔⓛⓐⓜⓐⓣ

ⓜⓔⓜⓑⓐⓒⓐ

_____________


Karena penasaran, Jingga diam-diam ngelirik Tegar. Dia ingin bertanya banyak hal, tapi dia gengsi. Jadilah dia mengurungkan niatnya.

Untungnya Tegar selalu peka akan situasinya. Dia pun menyuruh Jingga untuk bertanya apapun kepada dirinya.

"Itu, soal.."

''Mama?" Jingga mengangguk. "Yaudah. Mau nanya apa?"

"Emang iya mama gabisa masak?"

Tegar mengangguk. "Mama itu ga bisa masak. Dia tahunya cuma marah-marah aja, apalagi ke mbak. Untungnya mbak udah kebal, kalau enggak, bisa ganti banyak pembantu karena ga tahan sama omelannya mama."

Jingga mendengarnya dengan seksama tanpa memotong pembicaraannya Tegar.

"Untuk aku sama papa, kami juga udah terbiasa sama sifat dan sikapnya mama. Makanya aku gamau bela kamu waktu itu. Karena aku tahu, semakin mama dilawan dia bakal menjadi-jadi."

"Maaf!"

Disaat Tegar akan melanjutkan ceritanya, Jingga meminta maaf. Dia merasa bersalah.

"Apa?" tanya Tegar memastikan.

"Maaf! Karena aku ga mau dengerin penjelasannya kamu. Aku malah marah-marah gak jelas ke kamu. Coba aja aku dengerin kamu..."

Tegar menghentikan omongannya Jingga dengan menutup mulutnya menggunakan jari telunjuknya.

"Gapapa kok. Namanya juga pasangan suami-istri, pasti ada yang namanya kesalahpahaman." Tegar mendekatkan tubuhnya ke Jingga. "Yang penting sekarang, kamunya udah tahu dan kitanya jadi baikan."

"Baikan?" potong Jingga.

Tegar yang tadinya bersemangat, langsung menjadi lemas dan dia pun menunjukkan wajah cemberutnya.

"Bercanda." Jingga mencubit kedua pipinya Tegar. "Gemes banget sih kalau udah cemberut."

"Hmm! Ga seru bercandaannya. Kan jadi takut akunya. Mana kamu kalau lagi marahan nyeremin, buat aku ga bisa berkutik sedikitpun."

"Separah itu?" Tegar mengangguk. "Yaudah, aku minta maaf. Janji deh, ga mau merajuk lagi."

"Janji?"

Jingga mengangguk mengiyakan pertanyaan Tegar. Setelahnya dia memeluk tubuh Tegar dengan pelukan hangatnya.

*****

Keesokannya, Jingga bangun dengan perasaan yang lebih semangat. Dia mau mengenal sang ibu mertua lebih dalam lagi.

"Bangun! Banguun! Banguuuun!"

Sebelum menemui ibu mertuanya, dia membangunkan Tegar terlebih dahulu.

"Apa sih?"

Dengan nyawa yang belum terkumpul, Tegar membuka matanya dan menanyakan hal itu.

"Bangunin kamulah," jawab Jingga.  "Yuk, bangun yuk. Ngobrol sama papa tuh, kasihan dia sendirian, ga ada yang ajak dia ngobrol," lanjut Jingga lagi.

"Enggak ah! Masih ngantuk."

Tegar mengambil kembali selimut yang sempat dijauhkannya.

"Oke. Aku marah lagi nih."

Mendengar itu, Tegar menjauhkan lagi selimutnya dan turun dari tempat tidurnya.

"Oke, aku akan mandi. Setelah itu, baru temani papa."

"Nah, gitu dong."

"Kamu gak mandi?"

"Mandi."

"Bareng aja yuk. Biar hemat waktu."

Jingga mengiyakan usulannya Tegar. Dia pun mengikuti Tegar dari belakang.

Setelah selesai, mereka kembali lagi ke kamar untuk merapikan rambut mereka yang masih basah.

"Bisa gak ya, aku dekatin mama?" tanya Jingga sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

"APA?"

Karena suara hair dryer yang cukup kuat dan juga Jingga mengeluarkan suaranya dengan pelan, jadilah Tegar tak terlalu mendengarkannya.

Jingga mengulangi lagi pertanyaannya, namun dengan sedikit teriakan.

"Bisa," jawab Tegar singkat.

"Tapi aku ga yakin, apalagi kemarin sempat ada perdebatan sama mama."

Dan terjadi lagi, Jingga berkata dengan suara yang pelan.

Tak mau ambil pusing, Tegar mencabut colokan hair dryernya. Dan menyuruh Jingga mengulangi lagi omongannya.

"Ga usah dipikirin lagi yang kejadian kemarin. Anggap aja, kemarin ga pernah ada, kejadian itu. Ok." Jingga mengangguk. "Kalau gitu, aku yakin kamu bisa deketin mama asal kamu ingat kalau mama itu ga suka di lawan. Sabar aja, jangan kepancing."

Jingga menganggukkan kepalanya.

"Nah gitu." Tegar mencolok lagi colokan hair dryernya Jingga. "Keringkan dulu rambutnya. Setelah itu, kita keluar dari kamar ini dan memperbaiki semuanya."

Kata-kata semangat yang diberikan Tegar, jadi berpengaruh untuk Jingga. Dia jadi lebih percaya diri lagi untuk menghadapi sang mama mertua.

Dia juga jadi lebih sabar lagi dan menganggap apa yang mamanya katakan hanyalah sebuah omelan yang tak berarti.

******

Versi videonya ada di tik-tok mimin yak di @za_storryy

Link ada di bio :);)

Tegar & JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang