06:00
PagiJingga yang mudah terbangun ketika mendengar suara, langsung mematikan alarmnya agar tak membangunkan Tegar yang sedang tidur dengan pulasnya.
Setelahnya, dia pun berjalan keluar kamar dengan sangat pelan.
"Huft! Selamat," ujar Jingga sambil mengelus-elus dadanya.
Dia pun melanjutkan langkahnya menuju dapur rumahnya. "Masak apa ya?" tanya Jingga ke dirinya sendiri. Dia sendiri bingung akan masak apa, karena memang tidak ada bahan untuk dimasak.
"Apa aku keluar rumah aja ya? Manatahu ada yang jualan sayur di dekat-dekat sini."
Tanpa berpikir panjang lagi, Jingga langsung keluar rumahnya untuk mencari toko yang menjual sayur-sayuran.
"Halo, mbak," sapa si penjual setelah Jingga memasuki tokonya.
Jingga menjawabnya dengan anggukan dan dia langsung mengambil beberapa bahan makanan untuk di masaknya nanti.
"Udah mbak. Ini aja," ujar Jingga sambil memberikan bahan makanan yang dipilihnya.
"Oke. Totalnya, jadi 45 ribu ya mbak."
Jingga pun membayarnya. Lalu, bergegas menuju rumahnya untuk masak masakan buat Tegar sebelum pergi kerja.
****
"Kamu masak sendiri?" tanya Tegar.
"Iya dong. Gimana? Udah cantik belum?"
Jingga sengaja menata masakannya dengan cantik agar Tegar terpesona dengan masakannya.
"Udah dong. Sangking cantiknya, aku jadi ga tega makannya."
"Ga gitu dong konsepnya. Ini itu makanan ya harus dimakan dong. Yakan? Apalagi ini masakan pertamaku untukmu"
Tegar mengangguk. Dia pun menyendok masakan Jingga.
Saat masakannya masuk ke dalam mulut Tegar, ingin rasanya Tegar memuntahkannya langsung. Tapi ditahannya dia tak mau Jingga merasa kecewa nantinya.
"Bagaimana? Enak?" tanya Jingga.
Tegar menjawabnya dengan anggukan. Dia juga menelannya dengan terpaksa. "Enak kok. Ini aja rencananya aku mau tambah lagi."
"Seenak itu ya?"
Tegar mengangguk.
"Kalau gitu cepat kamu habisin, biar aku tambahkan lagi."
Tegar menurut. Dengan sangat terpaksa dia memakan masakan Jingga hingga habis. Setelah selesai, Jingga pun menambahkan lagi nasi dan lauk di piring Tegar.
"Pintar banget kamu makannya," ujar Jingga sambil mengelus-elus kepalanya Tegar. "Yang ini dihabisin juga ya," suruh Jingga.
"Jelaslah," jawab Tegar dengan semangat. "Tapi, aku boleh minta tolong gak?"
"Minta tolong apa?"
"Ambilin flashdisk aku. Kayaknya ketinggalan di kamar," ujar Tegar sambil mencari-cari flashdisknya di tas kerjanya yang berada di atas meja makan.
"Boleh. Yaudah, kalau gitu aku ambil dulu."
Tepat setelah Jingga pergi. Tegar langsung bangkit dari kursinya untuk mengambil plastik di dapur. Setelahnya, dia memasukkan makanannya ke dalam plastik itu dan juga menaruhnya ke dalam tas kerjanya.
Tegar juga kembali duduk dan berpura-pura ngunyah seperti orang yang sedang makan.
"Aku ga tahu dimana flashdisknya," ujar Jingga dari kejauhan.
"Maaf ya sayang. Ternyata ada di kantong bajuku. Sekali lagi maaf ya karena udah merepotkan kamu," jawab Tegar sambil menunjukkan flashdisknya.
"Oh, ok. Gapapa kok. Namanya juga manusia pasti ada aja kesalahannya," jawab Jingga. "Eh, udah habis ya nasinya?"
"Iya. Habisnya enak banget."
Jingga langsung tersenyum. "Hmmm. Makasi ya pujiannya."
"Iya, sama-sama." Tegar berdiri dari duduknya untuk mencium Jingga yang sedari tadi berdiri di sebelah kursinya. "I love you."
Sontak, Jingga langsung terkesima. "Love you too."
"Yaudah. Aku berangkat dulu ya."
"Tunggu dulu."
Tegar mengikuti perintah istrinya. Dia menunggu Jingga yang sedang mengambil sesuatu.
Memberikan bekal ke Tegar. "Ini untuk kamu di kantor. Di habisin ya!"
'Mampus aku' ujar Tegar di dalam hatinya.
"Kamu tenang aja, pasti ku habisin sih," jawab Tegar sambil menerima bekalnya.
****
21:00
Malam"Aku kok jadi makin cinta ya sama kamu?" tanya Jingga sambil menyisir-nyisir rambut Tegar dengan tangannya.
"Aku juga sama. Malah cintanya sekarang udah bertambah jadi 8 juta ribu persent," jawab Tegar dengan tetap berada di posisinya, dimana kepala Tegar berada di pahanya Jingga.
"Mana ada yang namanya 8 juta ribu."
Tegar langsung bangkit dari posisinya. "Kalau untuk kamu sih ada. Lagian, mana mungkin ga ada yang begituan, apalagi untuk bidadari secantik kamu."
Sontak, Jingga langsung terpesona. Pipinya juga langsung berubah warna menjadi ke pink-pink an.
"Bisa aja kamu."
"Bisa dong. Namanya untuk istrinya Tegar, apasih yang gabisa?"
"Ga ada, karena suaminya Jingga akan menuruti dan melakukan apapun yang istrinya mau."
"Yaps. Seratus untuk kamu."
Setelahnya, mereka berdua saling tersenyum dan tertawa kecil. Sungguh, hal ini bukanlah apa yang mereka pikirkan setelah tahu kalau mereka adalah pasangan hasil perjodohan.
Aneh memang. Tapi, itulah cinta. Dia aneh dan tak bisa di deskripsikan dengan kata-kata.
"Kan aku gombalin kamu tadi." Jingga mengangguk. "Terus, apa ekspresi kamu saat ini dengan ekspresi kamu dengan 33 mantanmu itu sama saat digombalin?" tanya Tegar penasaran.
"Hmmm, mulai deh. Kita itu pasangan baru. Jadi, please jangan ajak berantam."
"Siapa yang ngajak berantam sih?" tanya Tegar. "Aku itu gak ngajak berantem, tapi aku itu memang penasaran. Kan kamu tahu sendiri, kalau aku belum pernah pacaran selama hidup aku."
"Iya sih. Kasian banget sih si jomblo akut ini," goda Jingga sambil mencubit pipi Tegar.
"Siapa yang jomblo sih? Akukan sekarang udah laku," protes Tegar.
"Iya deh, yang udah punya istri seperti bidadari itu."
Tegar langsung tersenyum dan mencium bibir Jingga.
"Mau buat?"
Tegar mengangguk.
"Tapi, maaf. Aku lagi datang bulan."
Tegar pun langsung kecewa. Dia membatalkan niatnya untuk bertempur di malam ini.
******
Versi videonya ada di tiktok mimin yak :)
@za_storryy
KAMU SEDANG MEMBACA
Tegar & Jingga
Fiksi PenggemarTegar & Jingga adalah sepasang pasangan yang dijodohkan. Anehnya, bukannya marah dan menolak, mereka malah menyukai perjodohan mereka. Mereka juga membuat beberapa komitmen agar hubungan mereka selalu terlihat harmonis.