76

520 18 32
                                    

Setelah mendapat kabar yang tidak mengenakan dari Adit, dengan lihai jari jemari gadis itu mencari room chat grupnya bersama Nayla, Rara, dan Sasha. Setelah ketemu Nindy langsung memencet tombol call pada room chat grupnya.

"Woy kenapa? Tumben nelpon grup?" Tanya Rara setelah memencet tombol berwarna hijau.

Saat mengangkat Vidio call grup Sasha mengerutkan dahinya melihat Nindy yang tengah sibuk bersiap-siap. Bahkan Nindy menjawab pertanyaan Rara pun tidak terdengar oleh mereka berdua di telpon.

"Ngomong apaan sih lu?! Gak kedengaran anjir!" Geram Sasha.

"Eh tumben, Nayla gak join." Ucap Rara pada Sasha.

"Sibuk kali."

Tiba-tiba Nayla tersambung oleh Vidio call grup itu. Orang pertama yang Sasha dan Rara lihat di panggilan Nayla adalah Rio.

"Rio?" Gumam Rara.

"Kenapa? Lu semua kaget kalau gua yang angkat?" Tanya Rio dengan songong. Kamera Rio terus bergerak membuat Rara dan Sasha pusing melihatnya.

"Kenapa hp, Nayla ada sama lu? Mana, Nayla woy?!" Tanya Sasha yang sudah emosi.

"Tenang dong tenang. Sahabat lu gak gua apa-apain."

Mendengar suara yang tidak begitu asing baginya, Nindy mengambil tas selempang diatas meja rias dengan terburu-buru. Setelah itu ia mendekat kearah ponsel yang dia letakkan diatas meja lampu tidurnya.

"Woy bangsat! Mana sahabat gue!" Bentak Nindy yang sudah tersulut emosi.

Rio mengarahkan kameranya kearah Nayla. "Ndy, tolongin gue. Gue gak mau mati." Ucap Nayla yang sedang menangis.

Kemudian Rio mengarahkan kameranya kearah jalanan. Nindy, Sasha, dan Rara melihat betapa kencangnya Rio mengendarai mobilnya.

Dilihatnya Rio memasuki daerah pegunungan. Dengan jalan-jalan yang begitu Lika liku.

"Rio, bangsat dimana itu!" Teriak Rara .

"Dasar setan!" Umpat Sasha.

"Aaa!" Teriak Nayla. Mobil Rio hampir menabrak pohon besar. Untung saja cowok itu cepat mengelak.

"Berisik lu semua! Hampir nabrak gua!" Ucapnya setelah mengarahkan kembali kameranya kearah wajahnya.

Tut

Rio memutuskan sambungannya. Sekarang tinggal mereka bertiga yang masih menyambung di Vidio call grup itu.

"Ndy, ini gimana?" Tanya Rara yang hampir menangis.

"Cepetan lu berdua siap-siap gue jemput. Begitu gue sampe lu berdua harus udah selesai."

"Oke." Jawab mereka serempak.

Tut

Nindy langsung mematikan sambungannya dan berlari menuju lantai bawah dengan tergesa-gesa.

"Mama, Nindy ke rumah Nayla ya! Soalnya, Nayla hilang!" Teriak Nindy seraya berjalan kearah pintu keluar.

"Apa?! Hilang! Sana cepetan cari temen kamu! Kalau ada apa-apa kabarin mama, biar mama sama papa nyusul!" Balas Ririn, mama Nindy seraya keluar dari kamar.

"Oke, mah. Dadah!"

 
 
.....
 
 

Sore telah berubah menjadi malam. Sudah hampir dua jam Nayla dalam perjalanan yang membuatnya ketakutan. Sekarang mobil telah berhenti membuat Nayla bernafas lega.

Gadis itu melihat di sekelilingnya terdapat begitu banyak pohon dan tempat itu tampak gelap sekali. Nayla mulai panik dan ketakutan.

"Rio, ini dimana?" Tanya Nayla ketakutan.

KETOS My Enemy Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang