4

1.8K 156 15
                                    

Gimana kabar kalian? Baik, Alhamdulillah.

Makasih buat yang udah vote dan baca cerita ini. Sama-sama.

Gak jelas? Emang. Soalnya kalian gak jelas juga kalo mau ngevote, ataupun komen. Aku ngambek pren.

Tapi tetep up kok buat kalian. Hehe.
.
.
.
.
.

Happy reading✨
.
.
.
.
.

Sedari ruangan Bu Titin, Reyhan memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat berjalan menuju kelas, tak salah sekolah ini terlihat begitu hening dan sepi bak kuburan. Karena tiap kelas sedang melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Memang sekolah milik orang tua Reyhan, memang begitu elit dan harus tertib pada aturan yang telah ditetapkan. Maka dari itu sekolah ini terlihat begitu sepi pada saat pembelajaran. Lain halnya dengan sekolah lain, sekolah lain meskipun pada saat selesai upacara pasti ada diantara mereka yang menangkring di kantin,  rofftop, atau di halaman belakang sekolah untuk sekedar melepas penat mereka saat selesai upacara sampai mereka puas.

Tetapi tidak semua sekolah begitu, pasti ada aturannya masing-masing. Karena memang sekolah milik orang tua Reyhan ini adalah sekolah yang begitu elit, bahkan aturannya pun berbeda dengan sekolah lain. Apa yang tidak ditetapkan oleh sekolah lain, ditetapkan oleh sekolah milik orang tua Reyhan. Intinya sekolah ini benar-benar ketat terhadap aturan.

Tepat didepan kelasnya, Reyhan langsung meraih knop pintu kelas untuk membukanya.

"Permisi pak." ucap Reyhan, dengan sopan sambil membuka pintu kelasnya dengan pelan.

"Masuk, Reyhan." suruh pak Ridwan menatapnya sekilas dan melanjutkan kembali aktivitasnya.

"Kenapa telat masuk?" Tanya pak Ridwan lagi yang sedang fokus dengan buku yang ada dihadapannya.

"Tadi baru nganterin murid baru ke kelasnya pak"

"Baiklah. Sekarang kamu boleh duduk" final pak Ridwan.

"Terima kasih pak" setelah menjawab Reyhan, berlalu dari sana dan langsung ke tempat duduknya.

"Wiihh ada yang lagi proses pdktan sama cewe ni!" Celetuk Bagas, tiba tiba yang menyodongkan tubuhnya kedepan agar ucapannya di dengar oleh Reyhan.

Posisi duduk Bagas, tepat dibelakang Reyhan, deretan kedua. Bagas duduk bersama Iwan, sedangkan Reyhan bersama Raka didepan.

"Apaaan sih lu!" Ketus Reyhan.

"Heh Bagas, kamu kenapa?! Apa kamu doyan sesama jenis?!" Tanya pak Ridwan tegas, saat mendengar seperti ada yang bisik-bisik, ternyata ulah anak muridnya.

Seluruh siswa yang ada dikelas ini tentu saja terkejut bukan main saat mendengar tuturan pak Ridwan barusan. Bagas, membelalakkan matanya, tanpa bergeming sedikitpun bahkan dirinya masih dengan posisi yang sama seperti tadi.

Merasa tidak ada jawaban, pak Ridwan, berusaha menetralkan emosinya ketika menghadapi muridnya yang satu ini.

"BAGAS!" Gertak pak Ridwan.

Saat mendengar suara yang begitu nyaring, lagi-lagi Bagas dibuat terkejut, tetapi keterkejutannya ini menyadarkannya dari lamunannya.

"Eh iya pak?" Tanya Bagas yang membenarkan posisinya menjadi duduk kembali.

"Apa kamu tidak dengar apa yang barusan saya katakan?"

Bagas berfikir sejenak, "Denger pak. Bapak yang bilang saya doyan sesama jenis kan? Wah, bapak salah besar. Kalo bapak mau tau, diluar sana banyak cewek-cewek cantik yang ngantri sama saya pak, tapi saya tidak mau mempermainkan hati seorang perempuan, maka dari itu saya tidak memilih salah satu diantara mereka. Apakah itu masih dibilang doyan sesama jenis pak?" Bagas menjeda ucapannya dan menampilkan smirknya.

KETOS My Enemy Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang