71

607 16 1
                                    

Happy reading✨

Sejak kejadian tadi pagi di taman membuat Reyhan berdiam diri di kamar. Bahkan pintu kamar yang diketuk oleh mamanya pun tak ia buka.

Di dalam kamar kata-kata yang diucapkan Nayla selalu saja berputar di otaknya. Semua kegiatan yang Reyhan lakukan di kamar sepulang dari taman selalu gagal untuk Reyhan melupakan kata-kata itu.

Sampai malam tiba Reyhan masih saja terus di kamar. Berusaha belajar untuk persiapan ujian nasional besok pun dirinya tak fokus, kata putus yang dilontarkan Nayla masih terus terngiang-ngiang.

Reyhan memukul meja belajarnya dengan keras lantaran otaknya tak berhenti untuk memikirkan Nayla.

"Arrghh! Sialan! Kenapa sih lu mikirin Nayla mulu! Lu harus fokus ujian besok!" Ucap Reyhan seraya menutup kedua wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Tapi gua gak bisa gak mikirin lu, Nay. Secara gua udah nyakitin lu banget. Maafin gua."

Kemudian Reyhan merenung dan memikirkannya sejenak bagaimana untuk menjelaskan semuanya kepada Nayla, meskipun memang sudah jelas bahwa tantangan itu memang nyata adanya.

Tetapi, tidak sepenuhnya Reyhan mencintai Nayla hanya dengan tantangan itu. Reyhan terus memikirkan cara agar Nayla tidak salah paham sepenuhnya dengan masalah itu.

Tidak ada pilihan lain, Reyhan dengan cepat bangun dari kursi belajarnya dan meraih kunci motor yang terletak di atas meja belajarnya untuk menuju ke rumah Nayla.

Ketika dilantai bawah Hans dan Dewi sedang bercerita, kedua orang itu terkejut melihat anaknya tiba-tiba turun dari lantai atas dengan tergesa-gesa.

"Rey, mau kemana kamu?!" Teriak Dewi.

"Ada urusan, mah bentar!" Jawab Reyhan dari luar.

"Makan dulu hey! Kamu belum makan dari pagi!"

Breeemm

Ucapan Dewi tak digubris oleh Reyhan. Sebelum Dewi menyelesaikan ucapannya, Reyhan sudah melajukan motornya terlebih dahulu.

Tak memikirkan keadaan jalanan yang sedang ramai, Reyhan terus menancapkan gas motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Bahkan kendaraan lain pun hampir dia serempet, tetapi dia tidak memedulikan hal itu.

Umpatan berbagai umpatan yang dilontarkan pengendara lain untuk Reyhan tak di dengarkan oleh cowok itu. Reyhan seakan menulikan pendengarannya, tujuannya hanya satu, yaitu Nayla.

Hanya memakan waktu lima menit saja, akhirnya Reyhan sampai di depan rumah Nayla dengan keadaan selamat.

Reyhan turun dari motornya dan akan segera mengetuk pintu pagar Nayla, tetapi niat itu dia urungkan takutnya akan menganggu kenyamanan orang rumah Nayla.

Langsung saja Reyhan mengambil ponsel di dalam saku celananya, mencari kontak Nayla dan menelpon gadis itu. Sudah sepuluh kali Reyhan menelpon Nayla, tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari gadis itu.

"Nak Reyhan?" Sapa Andika, ayah Nayla pelan.

Reyhan menoleh ketika mendengar namanya disebut oleh seseorang. "Eh, iya yah."

Andika membuka pintu pagarnya dan menghampiri Reyhan. "Lagi nungguin siapa malem-malem disini?"

"Gak lagi nungguin siapa-siapa, yah. Rey, emang lagi pengen kesini."

Andika mengernyitkan dahinya bingung. Reyhan yang menyadari Andika bingung, ia pun tersenyum. "Sebenernya, Reyhan kesini pengen ketemu sama Nayla, yah. Ada yang mau Rey omongin sama dia."

"Nayla ada diatas lagi belajar,"

"Boleh dipanggilin gak, yah? Ini penting banget soalnya."

Andika mengangguk dan merogoh saku celananya untuk mengeluarkan ponselnya. Jemarinya menekan kontak anak perempuannya, lalu menelponnya.

KETOS My Enemy Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang