77

510 16 14
                                    

Brakk

Rio meletakkan kembali mangkok berisi bubur itu diatas nakas dengan emosi, sehingga menimbulkan bunyi yang keras dan membuat Nayla terkejut.

Rio menatap Nayla dengan tatapan yang penuh dengan emosi. Gadis itu hanya menunduk tanpa ingin melihat wajah Rio yang sangat menakutkan baginya.

Cowok itu mendekat. Meletakkan dagunya diatas bahu gadis itu. Nayla memejamkan matanya kala Rio meniup tepat dibagian telinganya.

"Mau lu apasih, sayang?" Tanya Rio pelan tepat dibagian telinga Nayla.

Nayla semakin memejamkan matanya menahan rasa takut yang ada di dalam dirinya. Ia takut jika Rio akan melakukan hal diluar dugaan.

Detak jantungnya pun berdegup dua kali lebih cepat disaat Rio semakin mendekatkan wajahnya. Disaat jarak antara wajah Rio dan Nayla sangat tipis, tiba-tiba cowok itu tertawa keras.

"HAHAH!"

Nayla menoleh dan menatap kearah Rio yang sudah menjauh dari wajahnya dengan tatapan bingung.

"Lu kenapa? Lu pasti ngira gua bakal macem-macemin lu kan?" Suara tawa Rio semakin kencang.

Nayla bener-bener tidak mengerti apa maksud dari ucapan Rio. Tidak ada cewek satupun yang bisa berpikir kalau dirinya akn baik-baik saja jika mendapatkan perlakuan seperti itu.

Rio kembali menatap wajah Nayla dengan dekat. "Apa lu siap kalau gua macem-macemin, hm?"

"Gak usah macem-macem lu!"

"Cukup satu macem aja sayang."

Rio tersenyum miring mengambil garpu yang terletak diatas nakas. Setelah itu ia arahkan ke baju bagian bahu Nayla.

Cowok itu mulai memegang baju bagian bahu Nayla. Menusuknya hingga merobek baju itu. Untung sana tidak mengenai kulit Nayla.

Srettt

Di hadapan Rio bahu putih dan mulus milik Nayla terpampang jelas. Nayla menganga tak percaya bagian tubuhnya terlihat jelas sekarang.

Merasa tidak puas Rio kembali merobek dan membuang baju bagian bahu di sebelahnya lagi. Nayla sudah berusaha menghindar tetapi tidak membantu karena tangan dan kakinya terikat.

Akhirnya kedua bahu Nayla terlihat jelas. Hanya ada baju di bagian depan yang masih menutupi badannya.

"Brengsek!" Ucap Nayla keras.

"Gua? Brengsek? Baru tau lu!" Bentak Rio.

"Lepasin gue bangsat! Lepasin!"

"Oh, tidak semudah itu sayang." Balas Rio seraya keluar dari kamar dan menutup kembali kamar itu. Tidak lupa untuk menguncinya.

"WOY LEPASIN GUE!"

"DASAR BRENGSEK! ARGGHH!"

Nayla menangis menatap bagian tubuhnya yang terlihat jelas. Disana tidak ada sehelai benang pun yang menutup bagian bahunya.

"Ayah, tolongin Nayla." Gumamnya.

 
 
.....
 
 

Di tengah perjalanan dengan kecepatan diatas rata-rata, tiba-tiba mobil Raka ingin mati di tengah jalan. Raka menatap stoikiometer bensinnya ternyata sudah memerah.

Sebelum mobilnya bener-bener mogok mereka mencari terlebih dahulu pom bensin terdekat.

"Guys, kita cari pom bensin dulu. Bensinnya udah mau abis." Ucap Raka.

"Ah, lu! Bukannya sebelum otw di cek dulu bensinnya! Kalau sahabat gue keburu kenapa-napa gimana!" Balas Nindy tidak santai.

"Gua juga kaget pas lu ngabarin. Gua gak sempet cek lah!" Sahut Raka tak mau kalah.

KETOS My Enemy Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang