Jenis manusia gampang salting {03}

18.8K 1.5K 20
                                    

Rutinitas seperti biasa, pergi ke sekolah di pagi hari. Dan seperti biasa juga Nata akan di antar oleh sang Ayah menggunakan mobil pribadi mereka. Nata turun dari mobilnya, melambaikan tangan kepada sang Ayah sebagai tanda pamit darinya.
Senyuman yang mengembang di wajahnya. Hari nya akan terasa sama seperti hari-hari yang lalu pasti, menyenangkan dan akan melelahkan juga.

Nata membalikkan badannya, lalu berjalan gontai melewati gerbang dan memasuki area sekolah. Dengan menyapa satpam sekolah, ramah seperti biasanya.

"Anak ayah, " ucap Bragas yang jelas terdengar di telinga Nata begitu motornya tepat lewat di depan Nata.

Bragas memarkirkan motornya, dan jelas nampak seseorang dengan langkah cepat menghampiri dirinya.

"Maksud lo apa ya goblog ? " ketus Nata, mukanya sudah memerah ketara dengan kulitnya yang memang putih.

Bragas membuka helmnya santai, mengacak pelan rambut fluffy nya agar sedikit kembali mengembang dan nampak akan lebih maskulin. Lalu ia menoleh ke arah Nata yang mana mukanya sudah terlihat masam kecut.

"Kasar pisan yang katanya Ketum MPK, " cibir Bragas mendekat kan tubuhnya dengan tubuh Nata. Jarak keduanya hanya tinggal beberapa sentimeter aja, benar-benar dekat.
Saling menatap untuk beberapa saat, dengan Bragas yang harus sedikit menunduk untuk menatap orang dihadapan nya.

* pisan = banget

"Netral aja deh, gak usah bawa bawa jabatan! " Nata menukik kan kedua alisnya mendorong tubuh Bragas agar sedikit menjauh darinya.
Jujur dirinya tidak nyaman, jantung berdebar tiba-tiba membuat dirinya merasa aneh juga.

Bragas menaikan sebelah alisnya bagian kiri.

"Ada masalah apa si lo sama gue? Lo gak ikhlas nebengin gue kemaren? " Nata melipat kedua tangannya di dada, matanya menatap tajam ke arah Bragas.

Nata merogoh saku bajunya, hendak mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalamnya, "berapa bensin sih, gue ganti nih! " lanjutnya.

Bragas kemudian menyungging kan senyuman nya.

"Kalo gue maunya lo buat gue gimana? " bisik Bragas tepat di telinga kanan Nata, dan berlalu meninggalkan Nata yang tiba-tiba diam meremang.

°

°

°

Nata berlari kencang segera menuju kelasnya. Tidak, kondisi nya saat ini tidak baik. Jantungnya berdetak kencang, sepertinya ini yang dinamakan sekarat. Tolong, ia tidak mau meninggal terlebih dahulu. Nata membelokkan larinya, masuk kedalam kelas. Lalu berhenti di salah satu meja, yang sudah nampak seorang perempuan yang bahkan menatapnya bingung dengan tingkah Nata pagi ini.

Remaja lelaki dengan bagian poninya yang menghalangi pandangan nya itu tengah mengatur nafasnya, capek nya tidak terasa dengan kondisi jantungnya yang masih berdetak kencang. Untung keadaan kelas masih sepi, hanya ada beberapa orang saja disana. Jadi dirinya tidak begitu jadi pusat perhatian dengan kondisinya saat ini.
"Kenapa sih? Ada apaan? " Adel berdiri mengusap punggung Nata pelan.

Kedua bagian bahunya nampak naik turun, nafas Nata masih belum normal kembali seperti biasanya, "minum! " ucapnya dengan deru nafas yang masih tersendat.

"Ck, repot banget sih diri lo, " Adel mengambil sebotol air dari dalam tasnya dan menyodorkan nya kepada Nata.

Nata menenggak setengah minumnya. Nafasnya mulai kembali normal, namun jantungnya masih tidak.

"Kenapa? " Adel kembalu duduk di kursinya.

Nata menyeret kursi tempat duduk nya, mendekat kan ke arah samping Adel, yang mana memang tempat duduk Nata berada tidak jauh dari sebelah bangku Adel.

"Bragas, " Nata mengusap dadanya beberapa kali, detak jantungnya lumayan mereda kembali normal perlahan.

Adel mengerutkan dahinya, menatap bingung Nata, "apasi njir?! " tanyanya.

Nata menarik nafasnya, lalu mulai menjelaskan secara rinci apa yang terjadi padanya beberapa menit lalu.

"Mana ngomong nya pas ditelinga gue lagi, kan itu sensitif banget ya buat gue, " lanjut Nata.

Adel menata lekat teman disampingnya itu, "dia suka sama lo. " tekannya.

"Gak mungkin ah bego, " Nata memutar bola matanya malas, menyenderkan tubuhnya lemas di kursi.

"Dia homo kayaknya, sama kayak lo, percaya deh sama gue deh, " Adel beberapa kali menggoyangkan kepalanya yakin.

"Gak usah ngasih kesimpulan kayak gitu! Gue gampang salting, nanti gue baper sama dia najis banget, " Nata memejamkan matanya.

"Terus kenapa tadi bilang gitu goblok! " Adel menoyor kepala Nata kasar. Adel memang gemas dengan tingkah teman satunya ini, yang kadang diluar nalar.

"Dia homo ya? " gumam Nata.

"Ck, dibilangin dia suka sama lo ,anying, " Adel dibuat emosi di pagi hari.

"Yaudah bodo amat dah, gue mau ketemu Deon pujaan hati gue di sekretariat, dia udah nungguin gue soalnya, hehe, " ucap Nata lalu beranjak dari duduknya setelah menaruh tas miliknya.

Adel hanya menggelengkan kepalanya. Miris sekali Nata suka kepada Deon si Ketua Osis yang bahkan sudah memiliki pacar. Haha, kasian nasib Nata.

°°°

jangan lupa minum air yaa, tapi jangan air conditioner awokawok.

Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang