Cabut jabatan {50}

6.4K 573 44
                                    

   Sore hari, menuju malam Sabtu. Banyak anak remaja sekolah yang sudah hilir mudik keluar bersama gandengan masing-masing. Yang baru pulang, hingga niat yang baru akan bermain sudah nampak lalu lalang di jalanan sore kota Bandung. Termasuk Bragas, sudah rapi dengan pakaian santainya. Hanya mengenakan kaos putih polos dan tambahan jaket varsity lengan ungu kesayangannya dengan celana cargo army yang ia kenakan. Sangat cocok terpakai di tubuh bongsornya.

   Mendapatkan kabar dari seseorang bahwa Bragas dengan senang hati di undang untuk makan malam bersama keluarga mereka. Tentu Bragas tidak akan menolak, ini kesempatan baik baginya. Tidak akan menyia-nyiakan hal ini begitu saja. Kesempatan tidak akan datang dua kali kecuali keberuntungan kalian belum terpakai. Maka dari itu Bragas semangat mengambil keberuntungan kali ini.

   Dengan motor biasanya, si gahar tanpa nama. Sudah menyala mesinnya untuk pemanasan beberapa menit, selagi Bragas merapikan tampilannya. Merapikan setelannya. Tampan, baru kali ini dirinya merasa tampan.

  "Mau kemana A? " bibi yang sudah siap akan pulang dari pekerjaannya pun, diam terheran menatap Bragas yang masih sibuk bergaya di hadapan jendela teras depan rumah.

  "Mau ketemu calon mertua bi, ganteng kan? " ucapnya merapikan ala-ala jaketnya dari luar.

   Bibi hanya tersenyum, ada-ada saja tuan mudanya ini, "Aa mah dari lahir juga udah ganteng, " celetuknya.

  "Bisa wae bibi mah, " santai Bragas, dan kembali fokus merapikan gayanya.

  Perempuan hampir tua itu hanya menggeleng terheran, "yaudah atuh bibi pulang dulu, jangan lupa di kunci rumahnya kalo mau berangkat, " peringatnya lalu pergi meninggalkan kediaman Bragas saat itu juga.

   Cukup dengan pemanasan nya, Bragas segera bersiap menaiki motor gaharnya. Siap berangkat menuju tujuan.

   Santai, melajukan motornya tanpa terburu. Sedikit menikmati suasana jalanan sore hari. Dengan keadaan jantungnya yang semakin berdetak gugup. Baru kali ini ia bersemangat dengan detak jantungnya yang tak beraturan. Bagaiman nanti? Pikirannya kesana kemari menayangkan hal-hal lain yang ia akan lakukan sebentar lagi.
  
    Berhenti tepat di depan pagar rumah luas bergaya jadul. Membuka helmnya, dan tersenyum menyapa seseorang yang berdiri tegak di depan pagar dengan mukanya yang begitu datar. Bragas tidak akan tersinggung sama sekali. Tujuannya sudah jelas, dirinya tidak akan tumbang sama sekali. Ingat itu!

   "Buka dong pagernya, " goda Bragas ancang-ancang mendorong motor beratnya agar pagar itu segera dibuka dan motornya bisa memasuki pekarangan.

   Membuang nafasnya malas, Nata dengan perasaan terpaksa dan tidak niat membuka pagarnya. Mempersilahkan Bragas dengan tidak sopan untuk memasuki area rumahnya.

   Bragas terkekeh, sambil menstandarkan motornya, "jutek amat mukanya, " goda Bragas.

  "Kenapa Ayah nyuruh lo kerumah si, males banget, " Nata memutar bola matanya, lalu berjalan mendahului Bragas, meninggalkan remaja blasteran itu disana.

   Tidak formal, hanya acara makan malam keluarga biasa ditambah Brahas sebagai tamu tambahan di meja makan mereka. Anggota keluarga yang komplit, dan terasa harmonis serta hangat. Membuat Bragas tersinggung sendiri, iri, itu sudah tentu. Tapi sudahlah lupakan masalahnya, itu hanya hal yang tidak penting untuk pikiran nya. Mendingan memikirkan Nata-nya daripada hal lain.

   Suasana meja makan cukup asik, dengan lelucon Genta dan Tisa, kedua kakak dari Nata. Dengan Bragas yang selalu menimpali lelucon dari kedua orang itu. Bahkan kadang-kadang semuanya menjadikan Nata sebagai bahan lelucon mereka. Begitu suka melihat Nata yang tersudutkan oleh lelucon. Lucu melihatnya. Alisnya yang menukik, bibirnya yang selalu mencebik lucu. Apalagi mukanya yang nampak masam apabila dirinya terkena bullyan keluarganya sendiri.

Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang