"Oke sekian buat kumpulan hari ini, jangan lupa buat semuanya soal tanggung jawab masing-masing, silahkan untuk pulang ke rumah masing-masing, "
"....hati-hati bagi yang membawa kendaraan, jangan sampai ada laporan lagi," akhir Deon dan di ikuti dengan pulangnya anggota OSIS dan MPK.
"Lo jangan dulu pulang bisa? " ucap Laras begitu Deon akan berdiri dari duduknya.
Jam masih menunjukkan pukul empat sore, kumpulan untuk hari ini memang tidak terlalu lama karena hanya pembahasan kembali mengenai pengarahan untuk tugas para panitia sebelum hari-H nanti. Tentunya Deon hadir, sebagai Ketum MPK yang rajin, ia harus memantau lancarnya kegiatan apapun yang OSIS selenggarakan. Meskipun agak sedikit malas, tentunya.
"Gue duluan ya, " pamit Nata kepada Deon. Dan hanya di angguki oleh Deon cepat.
Mungkin ada pembahasan penting, pikir Nata.
Ia tidak ingin ikut campur terlebih dahulu, dirinya sudah mulai merasakan lelah, ingin segera pulang saja.Nata mengedikkan bahunya pelan acuh, lalu pergi meninggalkan Deon yang mulai serius berbicara dengan Laras di dalam ruangan sana.
Tentunya Nata ingin segera pulang, jujur hari ini sangat melelahkan baginya, acara semakin dekat menuju hari-H, dan ia banyak dibutuhkan untuk membantu kelancaran acara nantinya.
Sebuah acara yang cukup besar untuk sekolahnya. EXPO SMAKHAT, seperti acara bazar dan ada hiburan yang di tampilkan juga. Menggunakan tema kebudayaan yang di ambil. Diadakan selama 3 hari berturut-turut. Dengan partisipasi dari semua murid sekolah SMA KHATULISTIWA, di wajibkan untuk setiap kelas mengisi satu stand jualan dan menampilkan minimal satu kreasi seni. Dengan tujuan acara sebagai meningkatkan jiwa wirausaha setiap murid dan menjadi ajang promosi bagi sekolah. Karena mereka juga mengundang beberapa sekolah SMP di sekitar sana untuk ikut beserta hadir di acara itu. Dan bahkan menjadi acara untuk umum di hari kedua karena ada spesial guest, tentunya dengan keamanan yang sudah mereka persiapkan.
"Hey, " seseorang menepuk pundak Nata dari belakang, tentunya mengejutkan sang empu yang segera menoleh ke belakang.
Nata hanya menaikkan sebelah alisnya, malas.
"Kita emang jodoh, gue coba buat gak ketemu sama lo hari ini tadinya, eh malah ketemu, " jelas Bragas dan terkekeh pelan.
"Ih najis, " Nata memutar bola matanya malas.
Tolong Nata, kenapa ia harus bertemu manusia aneh satu ini lagi di saat dirinya sudah lelah. Ia ingin sekali marah dan kesal namun apa daya, ia benar-benar sudah kehabisan tenaga untuk hari ini."Pulang bareng? " goda Bragas, ia tahu Nata terlihat begitu lesu.
Nata mengedikkan bahunya, lalu berjalan mendahului Bragas yang dengan segera juga menyusul Nata.
Bragas memaksa Nata untuk menggunakan helmnya. Demi apapun Bragas hanya tidak ingin Nata lecet walaupun sedikit. Meskipun awalnya Nata menolak, tapi apa daya Bragas yang keras kepala melebihi dirinya. Terpaksa lah Nata harus mengalah dan membiarkan semau Bragas saja. Ia malas berdebat.
Namun baru saja setengah jalan menjauh dari area sekolah. Hujan mulai turun, awalnya memang hanya rintik-rintik berusaha untuk menerobos, namun ternyata tidak. Malah semakin deras dan tidak memungkinkan untuk mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka.
Dengan segera Bragas meminggirkan motornya. Berhenti di salah satu bengkel tutup, dan mengajak Nata untuk berteduh sementara disana.
Diam, keduanya hening. Saling menghangatkan tubuh masing-masing. Hujannya pun semakin deras, bahkan sekarang dibarengi angin yang lumayan kencang. Nata yang hanya menggunakan seragam batik sekolah hanya memeluk tubuhnya sendiri mencoba mencari kehangatan. Ini benar-benar mengerikan, angin kencang, hujan deras, baju basah. Nata ingin segera pulang, ia ingin tiduran di kasurnya segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Zero [COMPLETED]
Teen Fictionketua ultras? siapa? dia? pantes sih, begajulan kayak gitu.