Tentu yakin? {15}

11.5K 1K 49
                                    

            Remaja lelaki berbadan bongsor itu sudah berada di depan kelas Nata. Jam pulang sekitar sepuluh menit lagi, tapi anak itu sudah siap menunggu sang pujaan hati di luar kelas sana.
            Tentunya kelas Nata masih sibuk dengan kegiatan belajar mengajar, kelas anak IPA memang Bragas akui sangat rajin-rajin. Apalagi anak kelas Nata, hampir semua anak ambisius.
            Dan bagaimana dengan dirinya?  Sudah bisa di tebak seratus persen, jika dirinya bolos di jam terakhir, itu sudah menjadi kebiasaan buruk untuk Bragas.
            Guru-guru sudah angkat tangan dengan tingkah Bragas yang sering bolos di jam pelajaran mereka. Hingga guru BK sudah bosan dengan wujud Bragas yang hampir setiap minggu rutin keluar masuk ruang BK memberi manusia itu teguran dan peringatan.

            Akhirnya setelah lama ditunggu, akhirnya bel pulang berbunyi di setiap penjuru sekolah. Guru keluar dari kelas Nata, sempat berpapasan dengan Bragas tentunya. Dengan senyuman paling ramah yang Bragas berikan kepada sang guru. Sampai gurunya berhenti sebentar lalu menatap Bragas malas murid di depannya itu, tak heran. Pasti ada hal konyol yang akan Bragas lakukan, tebak guru itu. Lalu tentunya sang guru melengos pergi, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

             Anak kelas 11 IPA 1, bergantian keluar dari kelasnya. Setiap orang yang keluar pasti menatap heran ke arah Bragas disana. Jelas mereka bingung, ada apa Bragas di depan kelas nya itu? Anak yang dikenal pentolan sekolah jauh dari kata rajin, tiba-tiba berada di depan kelas 11 IPA 1 yang terkenal kelas anak-anak rajin.

            "Eh ada Bragas, nungguin Nata ya? " Adel menghentikan jalannya spontan begitu akan keluar kelas. Tentunya Nata juga sama, terdiam di belakang Adel menatap penuh tanya ke arah Bragas disana.

            Bragas mengangguk santai.

            "Ngapain lo?! " ketus Nata.

            "Pulang bareng, " ucap Bragas.

            Wajah Nata sudah nampak kesal saat itu juga, "gak!! Gue ada kumpulan duly, " tolaknya.
            Hari-hari nya sekarang harus berhadapan dengan orang aneh yang selalu mengganggunya setiap hari tanpa alasan. Dan itu cukup sedikit menganggu untuknya. Jujur saja.

           "Gue duluan, semangat kumpulan nya ya ketum! " Adel hanya tersenyum menatap keduanya bergantian untuk segera pamit, lalu menepuk bahu Nata pelan dan segera pergi meninggalkan dua orang disana.

           "Gue tungguin kan bisa? " Bragas memang bebal, keras kepala, ingat itu.

            Nata membuang nafasnya kasar, apalagi selain berpasrah? Biarkan orang aneh itu berbuat semau nya saja. Ia tidak mau membuang tenaganya sia-sia hanya untuk mencari alasan agar manusia dihadapannya itu tidak mengganggunya lagi.

°

°

°

              Semua anggota MPK dan Pengurus OSIS sudah berkumpul di sebuah Aula serbaguna yang begitu luas atau biasa mereka sebut dengan gedung GOR sekolah. Yang luasnya memuat hingga satu lapangan basket dengan tribun-tribun penonton luas di sisi sebelahnya.

               Sekitar 63 orang termasuk Deon sang ketua OSIS dan Nata sebagai Ketua Umum MPK. Semua anggota dikumpulkan duduk melingkar di tengah-tengah ruangan besar itu. Deon dan Nata berada di tengah sebagai pemimpin kumpulan kali ini.

              Dengan pantauan Bragas dari tempat duduk di tengah tribun sana. Ia terus saja melihat tingkah kedua orang yang berada di tengah lingkaran orang-orang sana. Bragas tau, Deon selalu mengambil momen untuk berinteraksi lebih dengan Nata. Liat saja, siapa yang akan menang nantinya.

Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang