Bandrek {34}

8.8K 719 64
                                    

"Ahhahhss, AgGHhASshsh, " Nata meremas bahu kekar Bragas yang terpampang di atasnya. Dengan benda pusaka berurat milik Bragas sudah berada di dalam lubang hangat Nata. Penuh, rasanya sesak dan tidaklah nyaman. Nata terus saja meracau sedari tadi, padahal Bragas belum bergerak sama sekali.

Sedangkan Bragas begitu anteng, menyedot puting merah muda milik Nata dengan lahap bergantian kanan kiri. Dengan tangan kekarnya yang mengelus paha bagian dalam Nata dan pinggang ramping remaja submissive dibawahnya itu.

Kedua remaja lelaki yang sudah tak menggunakan pakaian itu, tengah melakukan pemanasan sebelum inti. Iya, setelah kejadian di ruang tengah. Bragas tidak bisa mengontrol dirinya. Dan berakhir dengan membujuk Nata sampai melakukan hal diluar dugaan saat ini juga.

"AGASHHH gerakhhhkh, euuhh, " Nata menggeliat, hingga tak sengaja menggoyangkan pantat penuhnya. Membuat Bragas sedikit ke enakan.

"ERGGH ANJINGH, " erang Bragas, merasakan pergerakan Nata di bawah sana yang membuatnya merasakan sensasi nikmat sebentar.

"Jangan di ketatin, nanti sakit, erggh, " Bragas menarik pusatnya yang sudah basah karena pelumas dan precum nya, sedikit mengeluarkan nya dan ancang-ancang untuk kembali memasuki lubang hangat itu.

Nata hanya mengangguk dengan raut mukanya yang begitu sayu menatap Bragas dengan menggigit bibir bawahnya menahan.

"Jangan di gigit bibirnya, " Bragas mengusap bibir Nata dengan tangannya lembut.

Tanpa aba-aba apapun, karena bawahnya dan lubang Nata sudah sama-sama licin. Di rasa pas, Bragas langsung saja menghentakkan nya sekali, membuat Nata mendesah dengan matanya yang juling ke atas merasakan sensasi nikmat yang baru saja ia rasakan kali pertama ini. Ternyata rasanya campur aduk.

"AaAHhhh, eEnNakh, " Nata meremas sprei dan bantal di atasnya kuat, merasakan setiap perlakuan Bragas di bawah sana.

Melihat Nata di bawahnya yang merasakan kenikmatannya. Bragas segera mempercepat hentakan membuat tubuh Nata bergetar hebat. Dan tak lama Nata mengeluarkan putihnya, di barengi dengan hentakkan kuat dari Bragas.

"Euhhh agasssh phipissh, " desah Nata ta kuasa.

Malam ini seperti nya akan terasa melelahkan bagi kedua anak remaja itu. Apalagi Bragas yang masih belum mendapatkan puncak keluarnya. Siap-siap Nata akan di gempur habis-habisan oleh dominan tubuh bongsor itu.

°

°

°

22.33

Setelah melakukan hal di luar dugaan barusan. Kini Nata sudah membersihkan tubuhnya, bersih dan sudah menggunakan kaos putih milik Bragas yang jatuhnya jadi kaos oversize pada dirinya. Dan menggunakan celana kolor pendek setengah paha, hampir tertutup oleh bajunya. Tengah berbaring memainkan handphone nya di kasur Bragas, yang baru saja Bragas ganti tadi saat Nata mandi. Jujur bagian belakangnya masih agak sedikit terasa nyut-nyutan, meskipun sudah di beri salep dan dibersihkan. Mungkin karena ini pertama kali untuknya, makanya sensasi nya masih terasa. Apalagi Bragas menggempur nya habis dua ronde berturut-turut.

Tak lama, lelaki setengah bule dengan rambut Fluffy hanya menggunakan celana boxer tanpa atasan itu. Keluar dari kamar mandi sana, menggasak rambutnya dengan handuk agar kering.

Bragas berjalan menghampiri Nata, dan ikut berbaring di samping Nata dengan memeluknya perlahan.

"Sakit? "

"Tolol, " jawab Nata pelan, tak peduli. Ia terus saja mengscroll handphonenya tak memperdulikan manusia di sampingnya yang sudah hampir menggerayangi tubuh bagian atas Nata.

"Enak tapi kan? " Bragas menaikan kaos yang di kenakan Nata, menyelusup jari jemari kekarnya untuk mengusap dada Nata yang sedikit berisi dengan puting yang masih mencuat.

"Akhkhhh, diem deh lo, " Nata membelakangi Bragas, ia tidak bisa seperti ini.

Grraokkk grkkskak

Bunyi yang berasal dari perut Nata. Lupa, sejak sore tadi Nata belum makan. Tentunya sang perut meminta jatahnya. Apalagi ditambah melakukan kegiatan panas tadi, cukup menguras energi normalnya.

"Lapar? " tanya Bragas lembut.

Nata menoleh sedikit untuk melihat Bragas di belakang punggungnya. Meletakkan handphone nya di nakas dekat kasur sana.

"Mau apa? " Bragas mendudukkan posisinya, menatap Nata yang masih berbaring disampingnya yang kini sudah menatap dirinya.

"Bandrek, " Nata menatap Bragas canggung.

"Bentar, " Bragas beranjak dan berjalan ke arah lemari, menggunakan kaosnya dan bersiap untuk keluar.

"Mau makan apa? " Bragas berdiri di samping kasur dengan kunci motor yang sudah menggantung di jemarinya.

"Mie aja, " Nata duduk, malu-malu.

Ini kenapa Nata jadi canggung begini rasanya.

"Mie ada di dapur, gak usah beli, mau yang lain gak? " jawab Bragas santai.

"Yaudah beli bandrek aja, gue masak mie aja kalo gitu, " Nata ikut berdiri.

"Gak sakit? " Bragas sedikit ancang-ancang begitu Nata berdiri dengan kaku nya.

"Cih, gue masih cowo ya, awh, " Nata meringis ketika menegakkan tubuhnya berdiri dan spontan menegang bagian pantatnya.

"Yaudah, kebawah ayo, " Bragas segera merangkul pinggang Nata untuk memapah Nata agar kuat berjalan, karena kasihan juga Nata berjalan sedikit mengangkang seperti itu.

Hingga tiba di lantai bawah, Nata segera menuju dapur. Dan Bragas, keluar untuk mencari Bandrek kemauan Nata malam hari ini. Cuaca dingin seperti ini memang cocok meminum Bandrek hangat-hangat. Apalagi di dampingi dengan singkong rebus dan umbi-umbian lainnya. Cocok dengan udara dingin Bandung malam hari.

Nata segera merebus dua bungkus mie kuah kedalan panci. Mie kuah rasa soto untuk Bragas dan rasa seblak untuk dirinya. Duduk menatap sekeliling rumah Bragas dari arah dapur sambil menunggu mienya matang.

Rumah besar, hening, kosong, terasa hawa dingin menusuk di setiap sudut ruangan. Itu yang Nata rasakan. Jujur saat ini Nata sedikit merinding, apalagi ditinggal sendiri oleh Bragas. Terasa sekali kosongnya rumah ini. Miris rasanya, ikut terasa sakit bagi Nata membayangkan malam-malam Bragas sendiri di rumah ini. Pacarnya kuat juga ternyata, hebat bisa bertahan sendiri disini. Apa daya Nata yang di tinggal sebentar seperti ini saja rasanya seperti ada yang memantaunya dari setiap tembok dinding.

"Bragas lama banget anjing, gak tau apa gue merinding disini, " gerutu Nata mengaduk bumbu mienya di mangkok yang ia siapkan tadi dengan kasar. Padahal baru saja Bragas pergi, emang dasarnya Nata penakut dan tidak sabaran saja.

"Pantat gue sakit lagi, "

"Bunda maafin Ade udah gak perjaka lagi, hikssrot, " gumam Nata seolah akan menangis begitu mengingat kejadian beberapa jam lalu.

Makin malu saja ia pada Bragas rasanya. Harga dirinya sudah tidak bisa tertolong, image yang ia bangun rasanya runtuh ketika di hadapan Bragas. Nyalinya begitu kecil, memang cupu. Sudahlah, toh yang tahu hanya Bragas saja. Ia tidak ingin ambil pusing. Biarkan jadi rahasianya saja. Jangan sampai ada yang mengetahui.

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang