Peringatan {20}

9.1K 829 9
                                    

Angin malam terasa menusuk menempel di kulit. Jalanan lumayan sedikit sepi, hanya ada beberapa kendaraan dan pejalan kaki yang berlalu lalang. Tidak ramai seperti biasanya. Keduanya diam, tidak ada yang berani untuk berucap. Bragas menahan mulutnya untuk bertanya, ia rasa ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Laju motornya tidak begitu kencang, masih bisa di nikmati walaupun terasa semilir angin nya yang dingin menerpa.

Tentunya Nata terdiam, enggan berbicara. Ia masih memikirkan perkara tadi. Pikirannya terus berputar di sana, ia harus bagaimana? Besok hari ia harus apa?

"Pulang ke rumah? " Bragas memastikan.

Nata menggeleng cepat, "tidur di rumah lo boleh? " jawab Nata yang terdengar pelan di telinga Bragas.

Bragas tak menjawab, ia paham. Tanpa basa-basi langsung saja ia menancapkan gas menuju rumahnya.

Hanya memakan waktu beberapa menit, akhirnya sampai di rumah Bragas. Nata turun dari motornya, sedangkan Bragas langsung memasukan motornya ke dalam garasi sana. Karena merasa ia tidak akan keluar main untuk malam ini, tidak mungkin kan ia meninggalkan Nata di rumahnya sedangkan dirinya keluyuran.

"Adek-adek lo udah pulang? " suara Nata masih terdengar pelan dan masih sedikit gemetar. Tentu membuat Bragas jadi merasa kasihan.

Bragas mengangguk sebagai jawaban, lalu menggenggam jemari Nata dan menarik Nata untuk mengikutinya masuk kedalam rumah.

"Tidur di kamar gue atau mau di kamar lain? " Bragas menyimpan kunci motornya di meja ruang tengah sana. Lalu bergegas mengambil air ke dapur, hanya air.

"Kamar lo aja boleh? "

Bragas kembali dan mengangguk, lalu menyodorkan segelas air ke arah Nata.

"Yaudah kalo gitu gue yang di kamar sebelah, " akhir Bragas.

Ingat rumah Bragas besar, terdapat ada 4 kamar. Satu kamar Bragas dan tentu sisanya kosong. Hanya kemarin saja di isi oleh adik-adik nya. Dan sekarang kembali kosong seperti biasa.

"Sorry kamarnya berantakan, " Bragas mendahului Nata memasuki kamarnya. Sedikit membereskan kamarnya yang berserakan baju-baju kotornya dan bungkusan rokok di lantai.

Karena sebebas itu Bragas, sampai lupa dengan kondisi kamarnya yang begitu berantakan ternyata. Maklumi dia lelaki, haha.

"Gak papa, " Nata duduk di pinggir kasur empuk milik Bragas, kasur berukuran tidak besar hanya cukup dua orang saja.

"Gue tinggal ya, kamar mandi ada di sana, kalo ada apa-apa panggil gue aja, " setelah menaruh baju-baju kotornya, Bragas segera keluar dari kamarnya. Meninggalkan Nata sendiri disana.

Ia masih ragu untuk bertanya kepada Nata, sudahlah nanti atau kapan saja ia akan membahas hal itu.

Bragas mengambil satu kaleng minuman bir bintang lalu berjalan keluar menuju teras belakang rumahnya. Dengan tangan kanannya sudah mengapit sebatang rokok yang sesekali dihisapnya. Duduk di kursi rotan sana menyamankan diri. Hanya diam, merenung untuk beberapa saat.

Hingga seseorang menyusul nya, dan ikut duduk di sampingnya.

"Gak tidur? " Bragas masih menyesap rokok nya tanpa menoleh ke arah Nata di sampingnya.

Nata hanya menggeleng, "maaf, gue repotin lo lagi, " Nata menatap langit malam, yang cukup banyak bintang-bintang di sana.

"Gak papa, lo kan mau jadi pacar gue, " Bragas ikut menatap langit.

"Gue serius! " Nata menatap lekat lelaki bongsor di sampingnya.

"Gue lebih serius, " jawab Bragas santai, menegak kaleng minuman yang tadi ia bawa.

Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang