Istirahat kedua yang lumayan panjang sekitar 15 menit lamanya. Nata tidak sendiri, melainkan bersama ketiga temannya, Adel, Nara, juga Naren tentunya. Tengah santai saling menikmati makanan masing-masing setelah jam istirahat pertama tadi tidak mereka dapatkan. Sambil bercerita banyak tentang hal-hal konyol mereka. Dengan iringan ketawa mereka yang hampir menggelegar selalu membuat orang-orang menatap mereka spontan.
Namun tidak dengan Nata, wajah lesu ditekuk terpampang. Nampak tak ada semangat gairah untuk hidup kali ini. Mengaduk acak mie goreng nya dan hanya sedikit-sedikit dimakan olehnya.
"Kenapa lo? " celetuk Naren yang ada di sampingnya.
Jujur saja sedari tadi Naren gemas kepada Nata yang tidak menghabiskan mie-nya lahap seperti biasa. Aneh saja, bukan hanya Naren tapi Nara dan Adel juga tentunya."Tampang galau gitu, kaya bocah SMP abis diputusin pacarnya aja lo, " timpal Nara sambil memakan camilan nya.
"Pasti Bragas nih, " Adel mendelik ke arah Nata sana.
Sedangkan Nara dan Naren, hanya membuang nafasnya. Duh, bocah ini ternyata sudah bisa bucin juga. Oh iya, tentang hubungan Bragas dan Nata, Naren juga Nara sudah mengetahui tentunya. Namun mengenai kejadian malam itu, Naren dan Nara tidak tahu menahu, hanya Adel saja dan teman-teman tongkrongan Bragas.
"Samperin aja kerumahnya Nat, " ucap Naren santai sambil menyeruput kuah mienya.
"Dia gak ada, " lesunya.
"Sotoy banget lo, makanya gaul, minimal masuk grup Ultras lah biar tau gosip hangat anak SMAKHAT, haha, " Nara memutar bola matanya malas.
"Haha, dia mah kureng banget emang gak asik, grupnya formal semua, " ketawa renyah Adel lalu melahap es batu dari gelas miliknya. Dengan Naren dan Nara yang ikut tertawa.
"Maksud lo? " Nata menegakkan badannya, menatap bingung ke arah ketiga temannya.
"Dia ada di rumahnya, besok juga sekolah kali, " lanjut Nara mengedikkan bahunya dan segera menghabiskan makannya. Dan beranjak pergi bersama Naren meninggal Adel dan Nata di sana.
"Beneran? " tanya Nata meyakinkan apakah ucapan Nara benar.
"Lagi-lagi lo gak tau, lo pacar macem apaan? " jawab Adel terkekeh pelan.
Nata kembali melemaskan tubuhnya, menatap malas ke arah Adel. Dan menunjukkan kepalanya, lemas.
°
°
°
"Agas, "
Bragas menoleh kan kepalanya, mengalihkan fokusnya dari layar televisi ke arah sumber suara. Suara yang ia rindukan saat ini. Kini ada di depannya langsung tanpa perantara. Controller yang tengah dipegang, ia lepaskan. Segera berdiri dan menghampiri remaja yang lebih kecil darinya dengan masih menggunakan seragam sekolah.
"Kenapa bisa kesini, hm? "
Nata hanya menggeleng, mengerjapkan matanya yang hampir berkaca-kaca. Lalu dengan cepat memeluk tubuh Bragas begitu saja.
"Lo tuh,, bener-bener brengsek ya, hiks... bajingan!!! " Nata menangis kali ini. Meskipun hanya pelan.
Dan kenapa Nata bisa masuk begitu saja kedalan rumah Bragas? Itu karena tadi bibi pengurus rumah Bragas yang biasanya kebetulan keluar untuk pulang, dan mendapati Nata yang mau mengetuk pintu rumah. Alhasil langsung di persilahkan juga karena sebelumnya Nata pernah bahkan sering kesana, jadi bibi sudah bisa memastikan orang terdekat Bragas.
"Heii!! Gak usah nangis, haha, " Bragas tak kuat menahan gemasnya saat ini. Sekaligus merasa bersalah tentunya, jangan lupakan hal itu. Mengusap lembut punggung Nata yang sedikit bergetar. Dan suara sesenggukan khas orang menahan tangis yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Zero [COMPLETED]
Teen Fictionketua ultras? siapa? dia? pantes sih, begajulan kayak gitu.