Ketidak yakinan {06}

15K 1.3K 46
                                    

               Nata berdiri mematung dengan sepiring batagor di tangannya. Menatap ke arah sepasang remaja yang tengah bermesraan sambil makan di meja pojok kantin sana.
               Deon dan pacar nya, Diska.

               Baru saja Nata akan membalikkan badanya untuk mencari meja lain. Namun Deon dengan suaranya nyaring memanggil nama Nata cepat. Sontak membuat Nata menoleh ke arah Deon.

              "Duduk disini aja, " Deon menepuk-nepuk sampingnya yang kosong, memberi isyarat agar Nata duduk di sebelahnya segera.

              Nata mengangguk kan kepalanya kecil. Lalu menghampiri bangku kantin disana, dan segera duduk di samping Deon.

              Diska yang menyadari kedatangan seseorang hanya menyapa Nata dengan senyuman ramahnya yang manus, dan Nata pun sebaliknya meskipun hatinya rada sedikit panas melihat kemesraan orang yang ia suka dengan gadis disebelahnya itu.

             Rasanya benar-benar seperti menjadi nyamuk. Nata sibuk dengan makanan nya sementara pasangan disampingnya sibuk bermesraan tiada henti, hingga seperti nya lupa akan kehadiran Nata disana. Tapi itu tidak membuat Nata terganggu, persetan dengan dua orang di sampingnya, ia tak peduli yang penting dirinya kenyang dengan makan batagor kesukaan nya.

              Hingga sebuah usapan di paha Nata sukses membuat Nata terdiam kaget. Tangan besar sedikit kasar itu dengan tak sopan nya mengelus paha bagian dalam Nata yang masih terbalut celana bahan seragam.

               Nata dengan polos menoleh menatap Deon tak percaya. Tangan itu masih sibuk mengelus pahanya yang semakin menjelajah kebagian dalam, namun pandangan dan fokusnya orang itu sibuk dengan pacarnya.

              Jujur Nata merasakan gelenyar aneh di perutnya saat tangan besar itu tak berhenti mengelus pahanya. Kupu-kupu seperti bertebaran di dalam perutnya itu. Nata ingin berteriak, tapi mulutnya tak bisa apa-apa selain diam. Tangan nya yang sibuk menyendok batagor saja spontan diam tak berani bergerak. Bahkan jantungnya mulai berdebar, nafasnya sedikit lebih cepat, meskipun masih bisa ia kontrol. Ia tidak akan berbohong, ia suka ini.

               "Ngghhhhh,,, " Nata melenguh pelan. Hanya dirinya dan orang di sampingnya saja yang mungkin bisa mendengar.

              Deon melirik ke arah Nata sekilas, lalu hanya menyungging kan senyumnya, tak lama Deon kembali kepada fokusnya berbincang dengan Diska pacarnya. Namun tangannya tetap berada di paha Nata anteng.

             Tanpa Mereka sadari, seseorang dari kejauhan terus menatap ke arah mereka. Melihat dari kejauhan apa yang tengah mereka lalukan di bawah meja sana.

°

°

°

18.54

               Sekitar 10 orang remaja lelaki meramaikan suasana rumah besar bernuansa modern. Rumah Bragas sudah seperti markas bagi kelompok mereka. Sebua kelompok motor, atau kerennya bisa dibilang geng. Sebuah perkumpulan bernama 'Harshly' , dengan anggota berisi hampir 15 orang termasuk Bragas, Adam, Kala, Faso, dan Moha. Yang mana di dominasi oleh anak-anak kuliahan dan sisanya hanya remaja SMA. Kumpulan anak motor ini tidak seperti yang kebanyakan orang duga, ini hanya sebuah lingkungan tongkrongan anak muda, biar terlihat keren maka dari itu mereka membuat dan memberi nama tongkrongan mereka.

               "Bang Ripa gak bakalan kesini ye? " tanya Opal sambil meminum bir kaleng di tangannya.

               "Iya, dia lagi jadi bucin tolol cuy, " jawab Sabda dengan asap mengepul dari mulut dan hidungnya.

              "Tapi yang lain kesini kan? " Kala bertanya lagi.

              "Katanya, maleman tapi, " jawab Erhan.

             Ziyad menenggak kaleng minumnya, "lain kali minta bapak tiri lu kirimin kura-kura yang banyak dah, biar puas kita, " ucapnya.

             Bragas hanya tersenyum menanggapi teman-teman nya.

             Memang bir itu di dapat gratis, karena semuanya pemberian dari Ayah tiri nya Bragas. Di kirim dari Bali langsung. Craft Beer lokal ini memang tidak sembarang beredar dimana-mana, jadi memang susah di dapatkan dan juga terbilang mahal.

             Adam, Kala, Faso, Ziyad, Moha, dan Opal. Mereka tengah asik bermain uno di ruang tengah. Sedangkan Sabda dan Erhan tengah fokus bermain PS di layar tv besar sana. Kondisi ruang tengah saat ini sudah benar-benar berantakan, cangkang kuaci dan snack di mana-mana. Tapi mereka abai, karena memang kelakuan mereka jika sudah bertemu akan kacau semuanya tidak akan terkondisikan.

             Bragas dan Denar, asik menyesap rokok di meja makan dapur. Saling diam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sebenarnya Ziyad, Denar, dan Opal itu berbeda sekolah dengan Bragas dan yang lain. Namun karena memang ini tongkrongan bebas, tentunya semua bisa bergabung dari manapun.

             "Kata Moha lo lagi suka sama orang, " Denar memecah keheningan di antara mereka.

             Bragas menghembuskan nafas dan membuang asap dari mulutnya.

             "Kayaknya, "

             Denar menatap malas kearah Bragas, "yang serius atuh bro, " ucapnya. Lagi-lagi nampak tidak ada keyakinan dari seorang Bragas.
            Cukup bosan mendengar kisah asmara Bragas yang hanya main-main. Satu tongkrongan tahu, Bragas tidak akan pernah serius dengan hubungan nya, entah apa yang ada di pikiran anak itu, semua tidak ada yang pernah menduga.

              "Ini beda, gue serius, tapi gue ragu aja, " ucapnya santai.

               "Kenapa? Sini bilang sama aa' ahli dalam percintaan, " jawab Denar menepuk-nepuk dadanya menyombongkan diri.

             Bragas berdecak.

             "Dia kayaknya lagi deket sama cowo lain, " Bragas menyesap rokoknya lagi.

              "Sans aja bro, kalo belom pasti mah pepet aja dah, "

               "Gue bilang ini beda. " Brags mematikan rokoknya di asbak.

                Denar menaikan kedua alisnya, "apa bedanya? " ucapnya mulai penasaran.

                "Dia cowo. "

                "Anjing, " Denar terkejut.

                "Yaa gini dah, lu liatin aja dulu tuh anak kayak gimana, kalo udah ada peluang, baru lo maju jangan pantang menyerah, semangat bree! " ucap Denar beranjak dari duduknya dan menepuk-nepuk pundak Bragas lalu pergi meninggalkan Bragas di sana.

°°°

cuyy pa kabs?? gimana harinya?? semoga baik² aja,

anying ini cerita kalo gaje punten² dah anjayy rada lieur kieu da urang teh lah nyieuna

Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang