Iya, sejak tadi siang Nata tidak pulang ke rumahnya. Anak itu langsung di bawa oleh Bragas ke rumah besar milik Bragas. Dan seharian Nata ada disana, bermain hingga puas bersama Atra dan Riri juga hingga kedua bocah itu tertidur saat ini. Jam sudah menunjukan pukul 5 sore hampir setengah 6 menuju malam. Nata sudah ijin jika ia akan pulang malam. Karena memang rumahnya juga tengah sepi. Ayah dan Bundanya tengah di rumah sang neneknya yang sedang sakit. Dan kakak-kakak nya, dipastikan tidak ada di rumah.
Duduk lesehan di teras depan rumah besar itu. Sejuk, seperti biasa Bandung memberi cuaca hangat dingin yang enak untuk di rasakan. Tembok pagar yang lumayan di tumbuhi tanaman rambat, nampak indah. Halaman penuh bunga-bunga penghias, menambah kesan asri, apalagi nampak masing-masing daunnya yang basah baru Bragas siram tadi. Jangan lupakan kebiasaan Bragas menyirami tanaman setelah ia menghabiskan masa skors nya di rumah. Dan menyirami tanaman itu sudah menjadi kebiasaan Bragas sejak itu juga sampai sekarang.
Nata yang memeluk lipatan kedua kakinya sedikit menempel di dada. Menatap langit yang sudah oranye, entah ke berapa kali merasakan hal seperti ini bersama Bragas di sampingnya, rasanya selalu dejavu. Sunyi, keduanya saling diam beberapa saat. Bragas duduk bersila yang sibuk dengan rokoknya dan Nata yang masih anteng menatap langit sana.
"Lo kenapa gak karate lagi? Dari BKC kan? " Nata menoleh menatap Bragas yang terus saja menghisap rokok.
Bragas hanya mengangguk.
"Matiin rokoknya sekali-kali, kasian paru-paru lo!! " Nata merebut rokok yang masih di apit dua jari Bragas, mematikan nya di asbak.
Bragas hanya terkekeh dengan tingkah sarkas sang pacar, menghembuskan sisa-sisa asap tembakaunya.
"SMP gue sering ikut tanding, se-kabupaten sampe nasional, menang, medali-medali yang di ruang tengah itu hasilnya, " sombong Bragas yang mendapat tatapan mendelik dari Nata."Sampe akhirnya nenek gue meninggal pas gue di luar kota buat kejuaraan, gue pulang, dan berhenti buat ikut tanding sampe sekarang, " lanjutnya tersenyum ikut mendongakkan kepalanya menatap langit seperti Nata.
"Nenek lo pasti bangga sama lo, "
"Mana ada bangga sama orang langganan BK kayak gini, "
"Itukan sekarang, maksudnya lo yang dulu, "
"Eh tapi pasti dia bangga juga lah sekarang, "
Nata menatap Bragas menaikan sebelah alisnya.
"Cucunya bisa dapetin ketum MPK, haha, " cengir Bragas, yang mana langsung mendapat pukulan di tengkuk belakang kepala Bragas.
"Becanda, " kekeh Bragas.
Hanya tatapan ketus yang Bragas dapatkan dari Nata.
"Lo kenapa suka sama gue? " celetuk Nata beberapa detik kemudian, kembali fokus dengan menatap langit mereka masing-masing.
"Gak ada alasan, "
"Masa iya? " tiba-tiba Nata membulatkan matanya menatap Bragas lekat.
"Cinta gak ada alasan, sayang, " Bragas mencoba tersenyum hangat membalas tatapan Nata.
"Cinta tuh harus ada alasan!! Masa iya lo suka sama gue karena gak ada alasan, aneh, terus suka sama apanya coba, gak ngotak lo mah ah, " ketus Nata membuang muka dari Bragas, malas kesekian kali ketika ia berbicara dengan orang disampingnya.
"Sebelumnya gue gak tahu siapa lo, paling selewat, lo kan babu sekolah yang sibuk sana sini kan? " jeda Bragas.
"BUKAN BABU. " tekan Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Zero [COMPLETED]
Teen Fictionketua ultras? siapa? dia? pantes sih, begajulan kayak gitu.