Rabu pagi, Bragas baru kali ini bangun sebelum jam 6 pagi. Niat dari semalam memang ia akan lebih dulu untuk membangun remaja yang tengah menginap dirumahnya itu. Namun ternyata tidak sesuai niatnya, malah Nata lebih dulu bangun dari dirinya. Sial, ia tidak bisa bermain-main untuk membangunkan anak itu.
Bragas masih terduduk dengan muka bantalnya. Masih dengan setelan kaos dan kolornya, bahkan dirinya belum mandi sama sekali. Karena memang yang pertama ia ingat setelah bangun, yaitu membangunkan Nata, tapi sayang kenyataannya tidak seperti itu.
Sedangkan Nata sudah hampir siap dengan seragam batik Provinsi nya milik Bragas yang di pinjamkan. Tidak ada semangat sama sekali dari dirinya, memasang dasinya dengan benar, dan merapikan sabuk di pinggang nya. Lalu berjalan santai menghampiri Bragas yang masih diam merenung duduk di pinggiran kasur sana.
"Mandi, " singkat Nata, berdiri di hadapan Bragas saat ini.
Bragas masih diam, menatap kosong ke depan.
Nata mendengus malas, menggoyangkan bahu Bragas beberapa kali, "mau sekolah gak? " ucapnya.
Bragas akhirnya tersadar, malah mendongak kan kepala menatap Nata datar. "Bentar lagi, jam 7 deh, " ucapnya lalu segera naik ke atas kasur sana. Dan mengubur dirinya di dalam selimut kembali, mencoba untuk menyamankan posisinya agar tidur lagi.
Tidak ada reaksi apapun dari Nata, mukanya datar tak tertarik menatap tubuh Bragas yang sudah tertutupi selimut. Nata segera menggendong tasnya, lalu segera beranjak dari sana.
"Gue duluan, " pamitnya, hingga suara pintu kamar terdengar dibuka.
Spontan Bragas duduk dari posisi tidur, segeran turun dan menahan Nata disana.
"Gue mandi, 5 menit tunggu, " ucapnya, lalu segera mendahului Nata untuk keluar dan segera menuju kamarnya di atas.
Nata tak memperdulikan, ia segera turun untuk menuju dapur. Meletakkan tasnya di kursi meja makan sana, lalu segera mencari sesuatu di dalam kulkas sana. Nugget, ia mengambil bungkusan itu yang nampak sudah di sobek. Menyiapkan wajan teflon, memberikan nya sedikit minyak lalu menyalakan kompornya.
Berbarengan dengan selesainya Nata menggoreng nugget. Saat itu juga Bragas datang menghampirinya. Membuat gestur seolah tengah mencium bau sesuatu. Dengan senyuman yang mengembang di wajah lelaki blasteran itu. Cukup tampan, pikir Nata. Argh, ia sebelumnya belum melihat senyuman remaja itu seperti ini. Tidak, Nata tidak akan tertarik sama sekali. Ia harus waspada kali ini kepada siapapun.
"Tau aja gue suka nugget, " Bragas melempar tasnya pelan di atas meja makan sana. Lalu duduk dengan santai di kursi sana.
Nata tak menjawab, hanya mengedikkan bahu tak peduli.
Bragas masih tengah mencari sesuatu, "nasinya gak ada nih? " celetuknya.
"Yaudah si makan nugget aja, gak usah ribet, " jawabnya ketus lalu duduk dan segera memakan potongan nugget nya.
°
°
°
"Makasih, " gumam Nata pelan, dengan tangan yang tengah mengenakan helm ke kepalanya.
Bragas hanya berdeham, dengan senyuman yang tak pernah ia lupakan menatap Nata di hadapannya. Lucu, meskipun waja Nata sedari tadi ketus tidak mendukung, tapi baginya malah terlihat menggemaskan.
Sepanjang jalan, tak ada perbincangan di antara mereka. Diam, seperti dejavu rasanya. Angin pagi menerpa kulit bragas. Ia tidak mengenakan jaket apapun, varsity jacket yang ia bawa tentunya ia kasih kepada orang dibelakangnya. Dengan alasan ia lebih mengkhawatirkan orang itu tentunya. Sempat menolak, tapi apa daya jangan lupakan sifat bebal dan keras Bragas.
Bragas tidak pernah berangkat sepagi ini, pagi baginya itu jam 7 lewat. Itu sudah sangat pagi untuk dirinya. Namun sekarang? Baru saja setengah 7 dirinya sudah berada di setengah jalan menuju sekolah. Tidak apa, demi orang lucu di belakangnya itu ia rela bahkan berangkat subuh hari pun.
Tentu parkiran masih sepi, hanya ada beberapa motor saja. Dipastikan itu milik murid budak organisasi. tebakan Bragas pasti benar. Tanpa bicara apapun, Nata menyodorkan helmnya lalu pergi mendahului Bragas disana. Dengan segera Bragas mengejarnya, mensejajarkan jalan mereka agar sama.
"Makasih lagi, " Nata melepas jaketnya, begitu tepat di depan pintu kelasnya.
Bragas tersenyum menerima jaketnya, dan masih diam menatap sumringah Nata di depannya. "Yaudah sana, " anggap Nata mengusir Bragas kali ini.
Namun Bragas masih diam, "temen gue belom datang, gue sama lo aja ya? "pintanya penuh harap.
"Kelas aja sono!!! " bentak Nata tidak suka.
Nata hanya menatap datar Nata, "oke, " singkatnya.
Namun, bukan, bukan kelas yang di tuju Bragas. Bragas membalikkan tubuhnya berlawanan arah, itu bukan jalan ke kelasnya. Itu jalan keluar dari area sekolah. Nata hanya mendengus pelan, menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Biarkan lah, Nata tidak peduli.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Zero [COMPLETED]
Teen Fictionketua ultras? siapa? dia? pantes sih, begajulan kayak gitu.