Dua rasa {12}

11.2K 1K 24
                                    

             Nata memasuki salah satu bilik toilet sekolah khusus lelaki tentunya. Menyamankan posisinya dan mulai mengeluarkan cairan dari dalam tubuh nya. Sedikit bergidik merasakan sensasinya.

              "Kurangin lah bro, " terdengar suara dari samping bilik toilet sebelah. Nata sedikit mengerutkan dahinya bingung lalu ia segera memasukkan 'alatnya' dan merapikan celananya cepat.

              "Gak bisa bro, " ternyata tidak hanya satu orang, dan suaranya sedikit familiar di telinga Nata. Dengan rasa penasarannya, ia sedikit mendekat kan telinga ke bilik yang menghubungkan nya dengan sumber suara tersebut.

              "Ini udah di diskon bro, ya kan, Gas?"

              "Mun arek bawa kalo kaga ya gak usah, ku aing ek ka baturkeun , " Nata familiar dengan suara ini.

* kalo mau bawa kalo kaga ya gak usah, sama gua mau dikasih ke yang lain

             "Oke aing ambil, nih duitnya, makasih bro btw, "
 
             Dan apa yang mereka lakukan? Terdengar seperti tengah bertransaksi, tapi kenapa harus di toilet. Wah, dugaan Nata tidak beres, pasti ini berhubungan dengan barang-barang terlarang, duganya. Sangat tidak wajar bertransaksi di toilet. Nata harus melabraknya.

             Baru saja Nata keluar dari bilik toilet nya, dengan ambisi akan melabrak bilik sebelah. Namun berbarengan dengan Nata yang keluar dari bilik sebelah juga nampak seorang yang keluar di ikuti dua orang di belakang nya juga. Sempat mereka bertatapan untuk beberapa detik, membuat heran diantara keduanya.

            Nata dengan tegas mendekati lelaki itu. Menatapnya tajam, namun yang di tatap, hanya memasang muka datar tak peduli.

           "Duluan ya bro, " ucap Moha meninggalkan temannya itu, disusul oleh satu orang yang keluar dari sana dan pergi begitu saja.

           Kini hanya ada mereka berdua disana. Jujur Nata rada sedikit ngeri, padahal mukanya sudah di pasang setegas mungkin. Tapi melihat respon orang di hadapannya seperti itu, Nata jadi sedikit meringis.

           "Cuci tangan dulu, " ucapnya lalu dengan santai menarik tangan Nata ke dekat wastafel sana dan mencuci tangan Nata perlahan.

           "Gue bisa sendiri! " kesal Nata dam menepis tangan Bragas.

            Bragas hanya tersenyum simpul melihat nya.

            "Lo jualan apa?! " Nata langsung saja mengintrogasi Bragas, tanpa basa-basi.

            "Apa? " tentu nya Bragas bingung.

            "Lo bandar ya? Ngaku lo cepet!! " Bragas menatap tajam ke arah Bragas, mata nya membulat, justru malah terkesan lucu di mata Bragas, tidak ada sangar-sangarnya.

            Dan Bragas paham atas tuduhan Nata padanya.

            "Bukan, " Bragas memegang kedua bahu Nata.

            "Terus tadi? " alis Nata menukik tajam.

             Bragas mengangguk paham, oh ternyata itu yang di maksud anak ini, "cuma liquid pods doang, " jawab Bragas santai.

             "Bener?! "

             "Iya, Taa, " yakin Bragas dengan lembut dan mengembang senyuman nya. Lalu dengan lancang merapikan poni rambut Nata yang menghalangi pandangan Nata dan pergi setelahnya, meninggalkan Nata yang diam banyak tanya di pikirannya.

°

°

°

             "Mau beli apa? " Deon melirik ke arah Nata yang sejak tadi hanya diam saja. Mereka baru saja sampai sekitar 10 menit yang lalu.

             Nata menggeleng pelan.

             Pasar malam baru di buka sejak dua hari kebelakang. Nata tak sengaja bercerita kepada Deon jika dirinya ingin pergi ke pasar malam saat rapat tadi siang.
            Dan beruntungnya Deon mengajak nya untuk pergi bersama. Jujur Nata senang, tapi hanya agak sedikit aneh saja mendapatinya.

            Mereka kembali berjalan menelusuri jalan sana. Sambil Nata melihat-lihat barang dagangan yang di jajakan masing-masing disana. Jujur Nata agak sedikit kalap, banyak barang bagus dan ia ingin beli. Tapi dengan sekuat tenaga ia harus menahan rasa itu, ingat dia masih harus berhemat.

             "Mau beli makan gak? Lo gak laper? "

              Nata diam, seperti tengah berfikir.

              "Bakso goreng mau? " tawar Deon segera.

              Nata mengangguk pelan, jujur situasi nya terasa benar-benar canggung. Ia bingung harus bereaksi dan berbuat harusnya seperti apa

           "Mang, bakso gorengnya satu, " Deon menoleh ke arah Nata di sampingnya yang masih diam, tak berbicara sedikit pun. Tentunya Deon merasa aneh juga, kenapa Nata yang biasanya rame sekarang jadi pendiam, ada apa?

             Sambil menunggu tukang bakso goreng menyiapkan pesanan mereka. Deon sebentar membuka handphone nya, sedikit mengabaikan Nata di sampingnya. Nata yang menyadarinya hanya mendengus kesal, tahu jika Deon pasti tengah mengabari pacarnya.

             Tiba-tiba seseorang lelaki berperawakan seperti seumur mahasiswa berdiri tepat berada di samping Nata. Sedikit kaget dengan kehadiran orang itu, membuat Nata perlahan mendekati Deon dengan sedikit gelisah. Itu membuat Nata sedikit tidak nyaman.

             "Halo dek? " sapanya setelah orang itu memesan bakso goreng juga.

              Nata mendelik, menaikan kedua alisnya bingung.

               "Sendiri disini? "

               Nata menggeleng kan kepalanya cepat. Badannya semakin mendekati Deon. Tentunya, Deon yang menyadari pergerakan itu, segera ia menyimpan handphone nya dan segera menoleh ke arah Nata.

              "Kenapa? " Deon menatap bingung Nata yang semakin merapatkan tubuhnya.

              "Disamping, " cicit Nata.

               Deon melirik sekilas kesamping Nata. Menemukan seorang lelaki yang menatap ambigu ke arah Nata. Ia paham, segera Deon menggeser Nata untuk berada di samping kiri Deon, mengubah posisinya. Dengan santai merangkul pinggang ramping Nata dan perlahan mengusapnya.

               "Gak papa, " tenang Deon.

°°°

cuyy lah gak tau gue ngetik apaan, ya semoga lu pada suka² aja dah.


 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 

Less Than Zero [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang