19. marah

31 7 0
                                    

Kini setelah mereka berbincang hangat nan romantis itu, mereka berjalan santai mengitari taman, sesekali lavanya membeli jajanan yang ia pengen

"Maaf mas, mas ganteng banget"ucap ibu-ibu sedikit tidak tau malu

Ganesh hanya tersenyum ramah

"Ini adeknya yah mas?"

Ganesh menatap lavanya, terselip niat jail di hatinya, biar lah, sekali-kali " iya bu"

"Shh" ganesh berdesis saat di rasa pinggangnya linu akibat cubitan lavanya

"Wah, anak saya juga di rumah ada yang masih jomblo loh mas, mau saya kenalin gak mas? Masa ganteng-ganteng belum punya pacar"

"Hm... Bo--"ucap gamesh terhenti

"Papah, kok papah gitu? Kasian mamah di rumah"ucap lavanya yang sudah kesal

"Loh? Eh adek ini anaknya apa gimana?"

."iya bu saya anaknya yang pertama, papah saya udah umur 44 tapi emang keliatan masih belasan, kadang kita di kira PACARAN" ucap lavanya menekan kata 'pacaran'

"Maaf yah bu, saya sama papah saya duluan yah" lavanya menarik ganesh menjauh dari si ibu, setelah cukup jauh tautan tangan itu terlepas

" Kenapa di lepas?"

Hening. Lavanya enggan menjawab

"Enak aja di bilang adek, mampus lo di kira om-om"

"Hahaha... Cemburu yah?" Ganesh mengacak-acak surai rambut lavanya

"Jangan sentuh-sentuh!"

"Kamu lucu" kini tangan mereka kembali tergenggam " aku paling suka liat kamu marah-marah, gemesin"

"Pulang yuk PAH" ucap lavanya yang masih kesal

" Ayok mah, kasian anak kita sendirian di rumah"

"Ganesh!! Tau ah, aku pulang sendiri bye" lavanya berjalan meninggalkan ganesh

Tanpa sadar gadis itu menubruk bahu seseorang " sorry, gak sengaja"ucapnya tak enak

Lelaki itu berbalik badan " eh gak papa, santai aja"

"Lo sendiri aja di sini?" Tanya nya lagi

"Iya, ini mau pulang"

"Oh kenalin gua hartop"

"Lavanya"

"Tinggal di mana, mau sekalian gua anter?"

" Eh gak usah, deket kok"tolak lavanya

"Gak pa-" kalimat hartop terputus

"Sayang yuk pulang, kamu lagi hamil, pasti capek" ganesh mengelus perut lavanya

" Hah? Hehe... Hartop aku pulang dulu yah, maaf sekali lagi" pamit lavanya, rasanya ia sudah ingin menangis

" Eh iya, hati-hati" hartop menatap bingung sepasang kekasih yang perlahan menghilang

----

Sesampainya di rumah, lavanya mendiami ganesh, membuat lelaki itu uring-uringan sendiri

" Nya maaf yah"

" Abisnya itu cowok ganjen banget, mana segala mau nganter pulang, sok baik"

" Aku juga yang di ibu-ibu tadi itu cuman mau jail, mau ngetes kamu, kamu cemburu apa gak"

Lavanya terus mendiami ganesh, ia sibuk memasak makanan untuk mereka berdua

Sementara ganesh sibuk merengek, mengikuti langkah lavanya

" Nya?"

" Sayang?"

" Nya maafin"

"Lavanya"

" Berisik! Kamu bisa diem gak sih!"

Ganesh terdiam di tempat, nyalinya ciut, segera ia duduk di meja makan

setelah semua selesai lavanya bergegas memakan masakannya

"Nya, maafin yah" cicitnya

"Kamu tau salah kamu apa?"

"Tau"

"Kalau kamu tau renungin, kedepannya jangan ulangin lagi, aku gak butuh maaf, kalau buat di ulang"

"Iya"

"Ngerti gak?"

"Iya sayang"

"Huft makan"

Setelah itu mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing

----

Setelah selesai makan, lavanya membereskan bekas makan mereka berdua

"Biar aku aja yang nyuci" ucap ganesh

"Tumben?"

" Permintaan maaf"

Lavanya hanya menurut membiarkan lelaki itu berkutik dengan piring kotor, menatap punggung tegap itu dari belakang

Perlahan ia memeluk badan tegak itu dari belakang, rasanya nyaman, rasanya ia punya senderan, rasa lelah, kesal tadi hilang seketika

"Nesh makasih"

GANENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang