42. kembali pulang [END]

61 6 0
                                    

Tembok-tembok bercat putih itu menemani setiap labgkah ketiga peria tegap itu

Jujur ia gusar, untuk apa mereka ke sini?
Dirinya di timpa gelisah, banyak pikiran buruk tentang tempat ini

"Den Ganesh silahkan masuk" Ucap salah satu pria itu

Saat pintu ruangan itu terbuka, tubuh Ganesh membeku, seolah waktu berhenti untuk seperkian detik, otaknya tak dapat mencerna hal yang baru saja ia lihat

"Hai, anak papah gimana tadi acara kelulusan nya? " Tanya bromo menatap tulus sang putra

"Sini" Ucapnya kembali

Langkah Ganesh terasa berat, rasanya ia ingin memukul dirinya sendiri, berharap ini semua mimpi

Bromo, papahnya yang ia lihat baik-baik saja, sehat-sehat saja, ternyata menyimpan semuanya sendiri, lukanya, sakitnya

"Pah" Lirih Ganesh berjalan mendekat ke brankar bromo

Papahnya yang sering ia ajak berantam, dengan gagah berdiri, kini terbaring tak berdaya dengan infus dan selang oksigen, dan masih banyak alat yang Ganesh sendiri tidak tau apa namanya

"Maaf"

"Maaf untuk kali ini harus maaf lagi yah bisa papah ucapkan"

"Maaf gak bisa wujudin permintaan kamu, padahal itu terakhir, terakhir buat kamu, juga buat papah"

"Maaf yah papah gak bisa liat kamu naik podium, maaf papah gak pernah ada di samping kamu, maaf papah ingkar"

"Pah"

"Nesh"

"Maaf papah telat, telat menyadari kalau hal berharga pantas di pertahankan dan di perjuangkan"

"Sini, lebih dekat lagi" Lirih bromo

Ganesh menggenggam erat jari jemari bromo "papah bangga, sangat bangga"

"Nesh papah minta maaf"

"Sutt... Gak pah, anesh udah maafin semuanya, anesh juga minta maaf pah"

"Maaf gak pernah tau gimana kondisi papah, tapi anesh selalu ngehakimin papah"

"Pah, sembuh yah, kita pulang, buat kenangan yang indah, yang udah-udah biar aja berlalu"

"Papah mau pulang" Lirih bromo

"Iya kita pulang" Bisik Ganesh

"Jaga lavanya yah nesh, jangan jadi lelaki yang gagal kayak papah, jangan banyak gengsi. Lavanya juga anak papah"

"Iya pah"

"Papah mau di makamin di sebelah makam mamah mu yah nesh"

Ku di liang yang satu

Ku di sebelah mu

"Sutt.. Pah, jangan ngomong gitu" Bisik Ganesh, dadanya sesak, air mata tak berhenti keluar dari pelupuk matanya

"Nanti papah ceritain ke mamah mu, bulan anak mu hebat, bahkan lebih hebat dari papahnya, hebat dan akan selalu hebat"

"Pah jangan dulu pergi, kita belum penjarain tante Vera, Ganesh gak bakal bisa sendiri"

"Papah udah tenang, semua masalah bakal selesai, biar semua luka kamu hilang yah nesh, karna papah salah satu luka kamu"

"Kalau papah pergi, papah akan selalu jadi luka, ayo bertahan sebentar lagi pah, Ganesh mau di sayang sebentar lagi aja"tangis Ganesh tak karuan

Tangan pria setengah baya itu mengelus sorai legam Ganesh yang masih menangis tak karuan

" Nesh sakit"lirih bromo

Ganesh mengangkat kepalanya, menatap khawatir sang papah "mana yang sakit pah? Anesh panggil dokter dulu"

"Ini" Ucap bromo memegang dadanya

"Sakit banget nesh, liat kamu nangisin papah segitunya, papah gak berhak untuk kamu tangisin, jangan sedih, papah sakit"

"Jangan sakit, anesh sedih" Ucap Ganesh di sela isaknya

"Boleh papah peluk? "

Tanpa pikir panjang Ganesh memeluk tubuh papahnya, tidak erat namun hangatnya sampai, bolehkah hangatnya lebih lama?

"Pah, anesh ikhlas, pulang pah, kejar, kejer bahagia papah" Bisik Ganesh masih dalam dekapan bromo

Pelukan itu terlepas, sepasang orang tua dan anak itu tak dapat membendung air mata mereka

Btomo kembali mengusap rambut Ganesh sampai pipi lelaki itu "maaf, dan makasih "

Setelah itu suara monitor terdengan nyaring di tengah heningnya ruangan, tangis dan bunyi monitor saling beradu

"Pah selamat beristirahat, titip salam ke mamah" Bisik Ganesh, lalu menatap wajah sang ayah yang sudah tak lagi ada, mengusap wajah itu, sebab besok wajah itu tak lagi bisa ia tatap, tak bisa lagi ia sentuh, bukan hanya wajah, semua raganya

------

END

Selamat kehilangan Ganesh maharga
Dan, selamat berpulang papah
Selamat merasakan kehilangan
Dan selamat istirahat

Nyatanya hal yang sering orang lain lupakan adalah waktu,
Sering sekali kita berharap waktu cepat berlalu, padahal sejatinya, banyak waktu yang kita buang sia-sia, dan setelah itu berharap waktu kembali terputar, miris

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GANENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang