28.bapak tua

22 5 0
                                    

"nanti malem anterin gua yah nya"ujar dira memohon

"Kemana?"

"Ke rumah sakit"

"Siapa yang sakit?" Bingung lavanya menatap dira intens

"Ck bukan gua, nenek"cicit dira di akhir

"Nenek sakit apa?"

"Gak tau, papah gak ngebolehin tau, takut" lirihnya sedih, apa pun itu rumah paling nyamannya tetap neneknya

Lavanya mengelus punggung dira, sedikit memberi rasa tenang untuk sang empu "jangan pikirin apa yang belum tentu terjadi dir, nanti ke rumah sakit mau gua apa lo yang jemput?"

"Emang lo punya kendaraan?" Tanya dira polos

"Yee... Ada! Lo jangan ngeremehin gua gitu dong"

"Emang apa?"tanya dira, sebab dari dulu lavanya tak memiliki kendaraan apapun

"Sepeda!" Ucap lavanya bangga

"Lo mau dari apartemen nya ganesh ke rumah gua, terus ke rumah sakit pake sepeda? Geser kayaknya otak lo nya"gereget dira

"Huh... Gak mau sih, capek. Kalau gitu fiks lo yang jemput gua!"ucap lavanya

" Iya, jam 7 yah nya"

"Okee!"

-----

Kini lavanya sudah berada di apartemen sedang menonton kartun si kembar botak, sementara ganesh asik mengambil cemilan untuk mereka makan seraya menonton

"Netflix yah"tawar ganesh yang di angguki lavanya

Mereka sibuk pada filmnya, menonton seraya lavanya yang duduk bersender ke bahu ganesh, sebenarnya bukan mereka berdua yang menikmati film, hanya lavanya yang asik menonton, sementara ganesh menatap kekasihnya tanpa henti, beribu kagum ia taruh

"Cantik, selalu cantik"

"Oh iya nesh!" Ucap lavanya meeubah posisinya menjadi duduk tegak pokusnya terhadap ganesh

"Hm? Kenapa?, Lain kali jangan langsung kayak gitu, takut pala kamu kejentur dagu aku" ucap ganesh lembut tanpa mengalihkan pandangnya dari lavanya

"Maaf"

"Gak ada yang sakit kan?" Tanya ganesh yang di balas gelengan lavanya

"Mau ngomong apa sayang?"tanya ganesh membuat rasa takut yang tadi hinggap di diri lavanya hilang

"Nanti jam 7 aku mau keluar sama dira"

"Mau kemana?"

"Ke rumah sakit, nenek dira sakit" jelas lavanya yang di balas anggukan oleh sang lawan bicaranya

"Sama siapa ke sananya?"

"Nanti dira jemput ke sini"

Ganesh mengangguk mengerti, lalu membawa kepala lavanya, kembali ke posisi awal " nanti kalau ada apa-apa telpon aku"

"Iya, kan ada dira, dira bisa jagain aku tau"

"Tetep aja nya, dira itu perempuan mau kayak mana pun kekuatannya kalah sama laki-laki" ganesh mengelus lembut sorai legam lavanya

"Iyaa sayang" ucap lavanya sebagai penutup pembahasan mereka, setelah itu mereka asyik dengan kegiatan mereka, menonton film dan mengagumi sang terkasih

-----

"Lavanya nenek udah lama sekali gak liat kamu, kamu baik kan?" Ucap nenek saat melihat cucunya dengan sahabatnya, yang juga sudah ia anggap cucu

"Alhamdulillah baik nek, nenek juga harus baik yah"

"Haha... Namanya juga udah tua jadi gini banyak penyakitnya"

"Nenek masih muda!" Sebal dira

"Hahaha, oh iya toh? Lupa bro"canda nenek membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa namun tidak dengan dira, ia orang yang paling takut kehilangan

Lavanya paham akan mood dira, segera ia menggandeng tangan dira untuk keluar ruangan "lavanya sama dira ke mobil dulu yah nek, hp lavanya ketinggalan" pamit lavanya yang di angguki oleh sang nenek

Nyatanya itu hanya bohong semata, lavanya menarik dira hingga ke taman

"Ngapain nya?" Tanya dira bingung saat mereka malah duduk di bangku taman, bukan ke parkiran

"Biar pikiran lo lebih fresh"

"gua tau lo takut, tapi apa gak sia-sia hidup lo kalau cuman ngabisin waktu untuk mikirin ketakutan?, Setiap orang punya masanya, seharusnya lo manfaatin waktu sebaik mungkin, biar di akhir cerita lo gak pernah menyesal nantinya"

Dira terdiam, merenungi semua kata-kata yang keluar dari mulut sahabatnya, benar, seharusnya ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin, bukan malah sibuk mementingkan rasa takutnya, walau rasa takut itu masih ada namun sebisa mungkin ia menyingkirkan rasa itu

"Temuin nenek sana gih" ucap lavanya

"Lo gak?"

"Bentar mau di sini dulu" ucap lavanya yang di setujui dira

"Gua duluan yah, lo jangan lama-lama " pamit dira

Setelah kepergian dira, lavanya sibuk menatap bulan di langit, menikmati angin yang bertiup membuat ia ingin tertidur

"Hei"suara barinton itu membuat lavanya yang tadinya sudah menutup mata kembali membuka matanya dengan berat hati

"Bapak manggil saya?"bingung lavanya

"Iya, saya boleh duduk di sini?"

"Oh, boleh pak, silahkan duduk saja" lavanya menatap pria tua yang menggunakan baju rumah sakit, pria itu berjalan di bantu dengan tongkat mini

"Kamu ngapain di sini?" Tanya pria itu

"Jengukin nenek sahabat saya pak"

Pria itu mengangguk " umur berapa?"

"17 pak"

"Bapak di sini sendiri?" Tanya lavanya menatap ke sekeliling namun sepi, tak ada siapapun

"Iya, anak saya lagi di rumah"

"Jadi yang jaga bapak siapa?"

"Saya udah biasa sendiri"

"Sepi yah pak" lirih lavanya, turut merasakan kehampaan yang mungkin pria tua itu rasakan

"Munafik saya bilang enggak"

"Anak bapak kenapa gak jagain bapak, kan bapak lagi sakit"

"Saya yang buat anak saya jauh, agar terbiasa"

"Terbiasa apa pak?, Maaf pak tapi menurut saya cara bapak salah, berharap menjauh adalah jalan tebaik, nyatanya menjauh hanya menyakiti dua hati, hati bapak dan juga anak bapak, sama aja kayak sudah biasa sendiri, tapi tak menutup kemungkinan kalau kita masih sering merasa kesepian. Kalau saya, saya lebih baik kehilangan dengan beribu kenangan indah, dari pada harus kehilangan tanpa ada kenangan, sakitnya dua kali lipat, sakit karna kehilangan juga sedih karna tak punya hal indah yang bisa saya ingat, saya kehilangan juga dengan penyesalan"ucap lavanya yang tanpa sadar menyuarakan isi hatinya

Pria itu tersenyum "kamu benar, seharusnya saya jadi lebih baik untuk anak saya sendiri"lirihnya

"Jangan mencoba melindungi bunga mawar pak, karna mawar sudah bisa melindungi dirinya sendiri"

"Kamu baik, pantas dia sangat cinta sama kamu"

Kening lavanya mengerut "dia? Dia siapa?" Tanyanya

Pria itu tersenyum, mengelus sebentar puncak kepala lavanya lalu meninggalkan lavanya yang masih bingung di bangku taman

"Gua punya pengagum rahasia kah?"bingung lavanya, lalu dia mengedikkan bahu nya acuh, sudahlah yang berlalu biar lah berlalu, juga ia malas untuk menerka-nerka biarlah jadi misteri untuk kedepannya

-----

Tbc
.
.
.
Jangan buang waktu kamu lagi yah!
Yang ada sudah seharusnya di jaga
Dan yang hilang sudah sepatutnya di lepas

GANENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang