29.bulan

15 4 0
                                    

Cahaya bulan selalu jadi penerang di gelapnya malam, dan untuk bromo bulan adalah cahayanya saat gelap tiba

Namun sekarang cahayanya padam, dan ia penyebab padamnya cahaya itu, bagai kehilangan arah sekaligus meminum penyesalan

Setelah kehilangan bulan bromo hanya bisa menulis semua keluhnya di buku, mengabadikan dalam banyak bentuk, puisi, cerita, dan lagu, walau semua karya itu hanya untuk ia simpan sendiri, namun tokoh itu akan terus abadi, di dalam coretan nya

"Bulan, malam ini aku kembali merindu
Merindu akan dekap hangat
Bagaikan gelap malam yang tak berbintang,
Hampa"

"Ingin ku dekap yang jauh, namun aku sadar, yang tak mungkin akan selamanya tak mungkin jika bukan takdir"

------

"Kenapa?" Ucap ganesh malas meladeni papahnya

"Papah di taman apartemen kamu" balas bromo dari sambungan telpon

"Ngapain? Sibuk!" Ketus ganesh setelah itu ia mematikan telponnya sepihak

Lavanya menatap ganesh bingung, kini waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, setelah menjenguk neneknya dira lavanya segera bergegas pulang

"Siapa?" Tanya lavanya mendudukkan bokongnya di sofa seraya menggosok rambutnya yang basah seusai mandi

"Orang aneh"jawab ganesh asal

Lavanya mengerutkan keningnya "yang bener?"

"Bener! Gabut hidupnya, biarin aja gak usah di ladenin" malas ganesh

"Emang siapa sih? Gala?"

"Bukan, papah"

"Emang papah ngomong apa?"

"Gak usah bahas dia lah males" lelah ganesh, sudah muak dengan semua urusan papahnya

"Siapa tau penting" ucap lavanya yang membuat ganesh bimbang, apa ia temui saja pria tua itu?

"Huf... Aku ke bawah bentar yah nya" ucap ganesh setelah mengelus singkat puncak rambut lavanya ia bergegas pergi

----

Saat sampai di taman ganesh melihat punggung tua yang sudah tidak lagi tegap duduk di bangku taman, menatap lekat bulan yang terpancar indah

"Kenapa? Saya gak banyak waktu" to the point ganesh, enggan berlama-lama

" Duduk"

"Males"

Bromo membuang nafas berat "ini tentang mamah kamu" ucapnya membuat ganesh sedikit luluh

"Setalah sekian lama, menurut papah sekarang udah waktunya kamu tau semuanya"

Ganesh enggan menjawab namun ia mendengarkan apa yang papahnya ucapkan dengan seksama

"Mamah mu itu dulu wanita tercantik seangkatan di kampus, bisa di bilang kembang kampus, di antara semua cowok cuman papah yang gak tertarik dengan dia, papah cuman pokus kuliah agar cepat wisuda, entah kenapa wanita bernama bulan sari purna bisa menyukai lelaki kutu buku itu" cerita bromo rasanya rasa rindu itu semakin menggebu di dirinya

"Bertele-tele" ucap ganesh ia yakin jika harus di ceritakan semuanya dari awal mamah dan papahnya merajut kasih mungkin bisa menghabiskan berjam-jam lamanya

"Hahaha, oke setelah wisuda mamah dan papah menikah, di awal pernikahan sampai kamu tumbuh lima bulan di kandungan mamah mu semuanya berjalan dengan baik, sampai ketika wanita itu datang, dia sahabat mamah mu waktu kuliah, tapi nyatanya ia menyimpan banyak rasa iri kepada bulan, dari paras, keluarga, ketenaran, bahkan lelaki"

"Awalnya papah juga gak tau kalau wanita itu musuh dalam selimut mamah mu, sampai ketika papah liat dia masukin racun ke dalam minuman mamah mu yang sedang mengandung kamu, papah cegat dia, kita cekcok segala macem, saat papah mau bilang ke bulan, wanita itu sudah bilang ke mamah kalau papah ingin menuduhnya agar persahabatan mereka hancur. Haha dan begonya papah, papah gak punya bukti apa pun"

"Siapa wanita itu?" Tanya ganesh

"Fera"

"Dia?! Kenapa papah malah nikah sama wanita yang udah ngelukain mamah!" Bentak ganesh

"Papah gak tau harus apa nesh, papah pikir kalau papah turutin semua kemauan fera mamah gak bakal kenapa-kenapa, kalau pun hidup papah gak bahagia papah gak papa, asal mamah mu tetap ada dan bahagia"

"Tapi nyatanya sekarang apa pah?!, Mamah gak ada!, Mamah meninggal bahkan di akhir hidupnya dia harus ngerasa sakit!"

"Wanita uler itu penyebabnya!, Seharusnya kita musnahin dia jauh-jauh dari hidup kita, bukan malah makin dekat!"

" Papah takut dia ngelukain kamu sama seperti ngelukain mamah mu, mangkanya papah gak pernah bisa berkutik"

"Haha... Sakit pah!, tangan yang seharusnya membimbing malah jadi tangan yang paling ngebuat hidup aku menderita"

" Papah egois, berharap semua masalah bisa papah tangani sendiri!, Dan akhirnya apa pah? Semuanya terlanjur rusak, hancur"

"Seharusnya setelah kehilangan mamah, papah bersyukur karna masih ada aku yang bisa jadi penyemangat papah"

" Justru itu, papah gak bisa menerima kamu, kalau kamu dan mamah mu meninggal, sudah pasti papah juga akan menyusul, tapi dengan selamatnya kamu papah gak bisa untuk akhiri semuanya!"

"Papah selalu ngerasa takut, ngerasa bulan masih ada di sini saat liat mata kamu, mata indah itu persis seperti mamah mu"

"Papah mau dekap kamu, mau ngelakuin banyak hal bareng, tapi papah takut saat papah deket kamu, kamu bakal terluka"

" Aku bisa jaga diri sendiri pah!, Ganesh udah gede"

"Iya, kamu udah gede, tumbuh dengan kuat, walau tak di urus dengan hebat"

-----

Tbc
.
.
.
Makasih udah bacaa


GANENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang