(3) Balas dendam

515 55 4
                                    

Sinar matahari menyelip masuk melewati jendela kamar gadis cantik tersebut. Dengan perlahan, Pharita membuka matanya sambil menguap ngantuk.

Saat tengah mengerjapkan matanya, Pharita mendapati pantulan dirinya di kaca menjadi aneh.

Dengan cepat ia bangun dan menuju cermin besar kamarnya.

Pernapasannya menjadi kacau karena kaget dengan pantulan dirinya.

"YEONJUN BRENGSEK!!!" Teriaknya kesal karena wajahnya dicoret dengan tinta hitam. Lebih parahnya, Yeonjun menggambar kucing yang sedang makan tai.

Dengan susah payah Pharita mencoba menghilangkan bekas coretan tersebut. Berkali-kali ia membersihkan wajahnya dengan pembersih makeup miliknya.

Tak henti-hentinya juga ia mengumpati Yeonjun.

×

"Yeonjun mana?" Tanya Pharita setelah sampai di ruang tamu.

Lisa dan Jennie yang tengah berbincang hanya menggeleng tidak tahu sambil menggoda Pharita yang terlihat mencari Yeonjun.

Pharita berkeliling rumah mencari sosok Yeonjun sampai salah seorang pelayan memberi tahu bahwa Yeonjun sedang di area kolam renang.

Sesampainya di area kolam renang, Pharita berteriak memanggil Yeonjun.

Yeonjun yang tengah berenang spontan berhenti dan keluar dari kolam.

+×+

"Calm down." Ucap Yeonjun terkekeh sambil membaluti tubuhnya yang basah dengan handuk.

Aku memalingkan wajahku. Malas melihatnya yang bertelanjang dada.

"Kamu kira gampang bersihin bekas tinta spidol??!" Kesalku mengepalkan tangan.

Yeonjun memiringkan kepalanya sambil menatapku. "Ngomong sama tembok?" Tanyanya karena melihatku menatap kearah samping.

Dengan cepat aku menoleh balik kearahnya. "Jangan bercanda ya!!" Ketusku menunjuk wajahnya.

Mataku bertemu dengan manik matanya yang tajam. Tanpa sadar aku menelan ludahku dengan kasar.

"Liat," Suruh Yeonjun menunjuk lengannya yang terpampang bekas gigitanku. "Mau dibalas gigit kayak gini aja?" Tanyanya serius.

Aku menggeleng cepat.

"Good. Now be a good girl and listen to what I'll say." Ucapnya tersenyum puas.

Cih.

Yeonjun memegang bahuku kemudian menatapku tajam. "Ready?" Tanyanya yang membuatku mengernyit bingung.

"Apa?"- "KYAAA!!" Tubuhku tiba-tiba didorong ke kolam renang.

Aku terjatuh kedalam kolam renang sepenuhnya. Dengan cepat aku berenang ketepian untuk mengambil napas karena kaget dengan tindakan Yeonjun.

Kulihat dia tertawa puas melihatku yang basah kuyup. "....Iblis." Umpatku.

×

Setelah mandi ulang, aku mendatangi aunty Jen. Bukan untuk mengadukan Yeonjun, melainkan untuk mengetahui kelemahan iblis itu.

"Makanan yang Yeonjun gak suka?" Tanya aunty Jen ulang. Sepertinya ia tak menyangka dengan pertanyaan yang baru saja keluar dari mulutku.

Aku mengangguk antusias. "Iya tante. Ada gak makanan yang Yeonjun gak suka atau gak boleh makan gitu?"

Aunty Jen terlihat berpikir sebentar. "Daging kambing mungkin." Jawab aunty Jen sambil tertawa. "Terakhir kali aunty kasih makan daging kambing, dia muntah seharian." Lanjut aunty Jen mengingat kejadian tersebut.

Senyumku melebar. "Okay, thanks aunt."

Aku langsung berlari kearah dapur dan berbincang dengan chef dirumah.

×

Sekarang kami semua di ruang makan bersiap untuk menyantap makanan yang disiapkan oleh chef terbaik rumahku.

Aku melirik pelayan yang sudah kuberi intruksi untuk memberi Yeonjun lauk khusus yang chef siapkan untuknya.

Yeonjun tak menyadari rencana jahat untuk membuatnya memakan daging kambing.

Ia melahap daging tersebut seperti biasa.

Selagi yang lain sibuk makan, aku mulai membuka topik sambil memperhatikan Yeonjun.

"Eh kayanya ini bukan piringku deh..?" Heranku berpura-pura.

Ibu tiriku melirikku bingung. "Kenapa sayang?"

"Tadi Pharita minta dibuatin steak dari daging kambing, tapi kok ini bukan ya." Jawabku tersenyum jahil kearah Yeonjun.

Yeonjun menatapku kemudian menatap piringnya. Alisnya bertaut seakan tau apa yang kurencanakan.

"Blerghh-" Yeonjun benar-benar muntah saat itu juga. Ewh..

Lagi dan lagi aku menatap jijik kearahnya. Tak menyangka ia benar-benar akan muntah.

Jennie menatap Pharita seraya terkekeh dengan kejahilan gadis tersebut.

+×+

Badan Yeonjun menjadi panas setelah muntah akibat memakan daging kambing.

Beberapa kali ia menatapku tajam namun tubuhnya terlalu lemas untuk membalasku.

Aku menjulurkan lidahku seakan mengejeknya. Mampus.

Puas dengan pembalasanku, aku berjalan menyusuri taman bunga rumahku. Sesekali kutatap jendela kamar Yeonjun sambil tertawa.

Rasakan haha.

Tak berapa lama setelah itu, seseorang muncul dari belakangku.

"Nona, nyonya memanggilmu ke ruang keluarga." Ucap Cerry, sang kepala pelayan.

Seperti biasa aku mengikutinya sampai di ruangan.

"Ada apa mom?" Tanyaku tak mengerti mengapa ibu tiriku terlihat serius.

"Aku dengar dari Dr. Ivan, luka di tangan Yeonjun adalah bekas gigitan. Yeonjun tak mempermasalahkan ulah gigitanmu, jadi mommy diam saja."

"Namun hari ini mommy dengar dari Cerry, kau sengaja membuatnya makan daging kambing."

Bibirku terkatup rapat karena rupanya ibu tiriku sudah tahu semua ulahku.

Lisa berdiri kemudian mendekatiku yang tengah berdiri. "Aku tidak bisa menamparmu, jadi sebagai hukuman, aku akan mengurangi uang jajanmu." Ucap Lisa dingin.

Aku menatapnya tajam. "Kau tidak punya hak untuk itu. Kau bahkan bukan istri sah ayahku, berani sekali ingin mengurangi uang jajan yang ayahku berikan."

"Di rumah ini, aku yang mengatur segalanya. Aku adalah Ibumu sekarang." Jawab Lisa tegas.

Sekali lagi aku tertawa meremehkannya. "Benarkah begitu? Seorang pelacur berani menggantikan posisi Ibuku?-"

"-PLAKK!!"

Aku memegang pipiku yang mulai terasa perih akan tamparan tersebut. Kutatap Ibu tiriku ini dengan tatapan tak percaya.

Seumur hidup, belum ada yang pernah menamparku. Bahkan ayahku pun tidak.

Tangan Lisa bergetar, tak percaya juga dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"P-pharita maafkan Mommy-"

"Cukup." Potongku. "Cukup sampai sini saja." Ucapku langsung berlari pergi ke kamar.

Lisa terduduk lemas dan merasa bersalah dengan tindakannya. Berkali-kali ia mengumpat dan menyesali hal tersebut.

Votenya jangan lupa <3

Senior Zink [ yeonjun x pharita ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang