Di belakang kediaman Kim, ada halaman besar yang sengaja dibangun khusus oleh kepala keluarga Kim.
Halaman yang dibangun atas permintaan nyonya rumah- yang sudah lama pergi. Halaman ini sebelumnya adalah tempat pasangan suami istri tersebut menghabiskan waktu.
Pohon besar disana menjadi saksi betapa besar cinta kedua pasangan tersebut.
Sampai detik ini.
Terlihat seorang pria dalam balutan jas hitam berdiri disana- tepat di depan pohon besar tersebut. Sudah dua jam dia berdiri disana dengan pandangan kosong kearah pohon tersebut.
Wanita paruh baya yang sedari tadi memperhatikan pria tersebut menjadi sedih. Sudah menjadi rutinitas bagi putranya untuk berdiam diri disana.
Tak tega melihat putranya terus-menerus seperti itu, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri anak semata wayangnya tersebut.
"Yeonjun... udah lima tahun semenjak dia pergi..." Ucap Jennie sambil mengelus punggung Yeonjun.
Yeonjun diam untuk beberapa detik sampai ia merespon, "Lima tahun, dua bulan, dua hari."
Jennie tahu. Tidak lewat sehari pun bagi Yeonjun untuk berhenti menghitung hari semenjak istrinya meninggal.
"Sudah waktunya kau merelakan kepergiannya, Jun."
Yeonjun menoleh cepat kearah Ibunya dengan mata berkaca- kaca. "Aku tidak akan bisa melupakannya.." Tekannya tak terima disuruh mengikhlaskan orang yang paling dicintainya.
Sekali lagi, Jennie mengerti penderitaan anaknya. Kehilangan pasangan- orang yang paling dikasihi adalah salah satu siksaan yang sangat menyakitkan.
"Mami bukan menyuruhmu melupakan Pharita ... tapi merelakan kepergiannya."
"Jika aku tahu cara merelakannya, mungkin sudah kulakukan sejak awal dia meninggalkanku!" Bentak Yeonjun marah. Suaranya menyiratkan rasa sedih yang begitu dalam.
Jennie memeluk putranya yang mulai menangis. "Pharita akan sedih jika dia melihatmu seperti ini.."
"....Seharusnya dia tidak pergi jika tidak mau melihatku seperti ini." Lirih Yeonjun mengeratkan pelukan pada Ibunya.
"Kau boleh terus menangis dan merindukannya setiap hari, tapi jangan lupakan tanggung jawabmu terhadap si kembar."
Yeonjun jarang menemui kedua putranya. Bukan karena dia sibuk atau tak mau. Namun karena setiap ia melihat wajah kedua putranya, ia semakin sedih karena istrinya lebih memilih mati dibanding menggugurkan kandungannya.
1 tahun pasca meninggalnya Pharita, ia menemukan sebuah hasil tes pemeriksaan kandungan milik mendiang istrinya.
Resiko kehamilan sangat tinggi, satu-satunya cara adalah menggugurkan bayi yang di dalam perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Zink [ yeonjun x pharita ]
Fanfic"Sifat kamu mewakili ras iblis banget ya." Sarkas Pharita tersenyum dengan polos. Pharita sudah lelah dengan semua kegilaan Yeonjun. Satu-satunya manusia yang ia benci malah menjadi seniornya di sekolah. Belum lagi ia harus menikahi manusia menyebal...