Pharita menatap Yeonjun dengan kasihan. Tak tega melihatnya terus menangis. "Jun... aku udah mafin kamu..." Ucapnya tersenyum tulus.
Yeonjun menggeleng pelan seperti anak kecil. "Bagaimana mungkin kau memaafkanku setelah semua yang kulakukan padamu?" Gumamnya tak percaya.
"Aku ngga mungkin balas pelukan kamu kalau belum maafin kamu." Balas Pharita mengusap pelan punggung Yeonjun berkali-kali untuk menenangkan bayi besar tersebut.
Isakan Yeonjun perlahan mereda. Ia mulai menatap gadis dalam pelukannya dengan ragu-ragu.
"Hm?" Pharita menatap balik wajah Yeonjun yang sudah memerah akibat terlalu banyak menangis. "Kamu maafin aku juga, kan?"
Tanpa menjawab, Yeonjun kembali membenamkan kepalanya di bahu Pharita. Ia kembali menganggukkan kepalanya seperti anak kecil yang malu-malu.
Sejak kapan dia bisa membuat orang gemas seperti ini? Pharita membatin heran dengan pipi yang merona.
Hujan turun dengan deras. Membuat malam yang indah tersebut semakin gelap. Suara hujan mulai mengiringi mereka.
Tak ada satu pun dari mereka yang membuka suara lagi. Hanya diam dalam pelukan tersebut. Menikmati kenyamanan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
--"Tut.... tut..." Suara getaran hp di meja langsung memecah keheningan.
Yeonjun melirik ponselnya yang berada diatas meja belajar. Matanya menyiratkan kekesalan.
"Sebentar," Ketusnya mulai melepas pelukan.
Pharita mengangguk cepat dan mengamati Yeonjun yang sibuk mengutak-ngatik ponselnya dengan... emosi (?)
Yeonjun melempar hpnya ke sofa di sebelah kasur dengan asal.
Matanya kini tertuju pada gadis dengan gaun tidur berwarna hijau muda tersebut.
Pharita menatap Yeonjun dengan gugup. Tidak tahu harus mengatakan atau melakukan apa.
"Udah jam sebelas..." Ucap Yeonjun memberitahu.
"Ah... i-iya. Aku bobo dulu--
"Kemana?" Tanya Yeonjun menghalangi Pharita yang berjalan kearah pintu.
Pharita menelan ludahnya dengan kasar. "K-ke kamar?" Jawabnya gugup dan bingung kenapa Yeonjun menanyakan hal yang pasti.
"Udah jam segini. Tidur disini aja." Saran Yeonjun yang lebih terdengar seperti perintah.
Pharita membatin histeris. "Kan kita satu rumah!! Apa salahnya aku kembali ke kamar jam segini?!"
"Kau tidak mau?" Tanyanya menatap Pharita dalam. Tak lupa ekspresi sedih yang ia tunjukkan. "Please..." Mohonnya.
Pharita menggigit bibirnya. Sulit menolak permintaan Yeonjun jika dia menatapnya seperti itu. "Baiklah." Ucap Pharita akhirnya. Hanya tidur, kan?
Yeonjun tersenyum lebar. Detik selanjutnya ia mengangkat Pharita dan membawanya ke kasur.
Terlalu kaget dengan tindakan Yeonjun, Pharita spontan membeku dengan degupan jantung yang menggila.
"Tidurlah dengan nyenyak." Ucap Yeonjun sambil membaringkan Pharita diatas kasur.
Pharita melirik Yeonjun yang tengah menyelimutinya. "Kamu bobo dimana?"
Alis Yeonjun terangkat sebelah. "Apa maksudmu?" Sudah jelas ia akan tidur di kasur ini juga.
Wajah Pharita memanas memikirkan Yeonjun yang akan tidur di sebelahnya.
"Sebentar," Yeonjun menutup gorden dan mematikan semua lampu. Menyisakan secercah cahaya dari balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Zink [ yeonjun x pharita ]
Fiksi Penggemar"Sifat kamu mewakili ras iblis banget ya." Sarkas Pharita tersenyum dengan polos. Pharita sudah lelah dengan semua kegilaan Yeonjun. Satu-satunya manusia yang ia benci malah menjadi seniornya di sekolah. Belum lagi ia harus menikahi manusia menyebal...