Keputusanku sudah bulat.
Aku akan ke Korea untuk melanjutkan pendidikanku disana. Yeonjun, tunggu aku disana...
"Ta, lo yakin gak jadi ambil beasiswa di Amerika?" Tanya Ramy tak percaya.
Pharita mengangguk mantap. "Yakin seratus persen."
Ramy mengerti bahwa Pharita ingin di Korea karena Yeonjun. Tapi ini adalah beasiswa yang ia incar sejak 2 tahun yang lalu.
Bukankah sangat disayangkan jika tidak diambil?
"Ram, ntar mau kasih nama anak kamu siapa?" Tanya Pharita berusaha mengganti topik.
Soobin yang sedari tadi sibuk mengetik di laptopnya langsung nimbrung di pembicaraan. "Rencana gua mau kasih nama Suho."
Pharita menatap Soobin sambil terkekeh. Kalau bahas soal anak baru dia terlihat bersemangat.
"Kalau cewek?" Tanya Ramy penasaran.
Soobin mencium pipi Ramy gemas. "Anak kita cowok."
"Tapi dokter bilang belum pasti.." Gumam Ramy yang sebenarnya lebih berharap anaknya perempuan.
Pharita menatap jendela pesawat dengan takjub. Mereka akan sampai di Korea tak berapa lama lagi.
×
"Welcome back to Korea~" Sambut Beomgyu, teman Soobin.
Pharita menatap sekeliling bandara dengan antusias. "Akhirnya aku sampai juga.."
Soobin dan Ramy bergandengan tangan menuju mobil yang sudah disiapkan. Saat di perjalanan, Beomgyu berkali-kali mengeluarkan jokes bapak-bapaknya untuk mencairkan suasana.
Namun alasan utamanya adalah menarik perhatian gadis cantik yang datang bersama temannya.
Ya, Pharita berhasil menarik perhatiannya.
Dalam bahasa Inggris, ia bertanya, "Apa kau sudah pernah ke Korea sebelumnya?"
Pharita menggeleng. "Belum. Ini pertama."
"Kau tahu, kalau kau ingin mencari tempat bagus disini, aku ahlinya." Ucap Beomgyu menaik turunkan alisnya.
Rami mencubit lengan Beomgyu saat sadar bahwa teman kekasihnya tengah menggoda Pharita. "Hentikan, dia sudah punya pacar!"
"Tunangan. Aku sudah bertunangan." Koreksi Pharita tersenyum polos. Tidak sadar bahwa Beomgyu tengah mendekati dirinya.
Soobin terkekeh melihat Beomgyu yang tertawa canggung karena malu.
Sesampainya mereka di kediaman Soobin, Ramy langsung menarik Pharita dan mengajaknya berkeliling.
"Nanti pernikahannya disini," Tunjuk Ramy memperlihatkan aula besar di dalam mansion. Semuanya sudah tertata rapi dengan elegan.
"Woah. Kukira pernikahannya sesederhana mungkin." Celetuk Pharita mengingat ucapan Ramy tempo hari.
"Ngga diizinin Soobin." Balas Ramy yang tak bisa menolak keputusan calon suaminya.
Pharita tertawa kecil mendengarnya. 7 hari lagi sahabatnya akan menikah. Waktu terasa berjalan begitu cepat.
+×+
Selama Seminggu, Pharita membantu Ramy menyempurnakan pesta pernikahannya.
Tak sekali dua kali juga, mereka juga jalan-jalan di sekitar pusat perbelanjaan untuk refreshing.
D-day.
Pernikahan Ramy akhirnya tiba.
Aku mengiring Ramy sampai di pintu, sekarang ayahnya lah yang harus mengiringnya di dalam.
Pintu besar di hadapan kami terbuka, memperlihatkan kemegahan Aula bernuansa merah yang dibalut dengan bunga mawar.
Hal tersebut sontak membuat seluruh tamu terpukau. Termasuk diriku.
Ramy berjalan didampingi ayahnya menuju altar dimana Soobin sudah berdiri disana.
Setelah ayah Ramy memeluknya, Ramy kembali berjalan dan naik keatas altar. "Ekhem." Ramy menepuk pelan punggung Soobin.
Mempersilahkan calon suaminya untuk berbalik badan kearahnya.
Ketika Soobin berbalik menatap calon istrinya, air matanya sontak mengalir.
"Eihh, jangan menangis." Ramy menatap gemas Soobin yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
"You look pretty, baby." Pujinya sambil menghapus air matanya. Ramy tersenyum senang mendengarnya.
Persepsi pernikahan pun di mulai.
Pendeta yang sudah berdiri disana langsung memulai pesan khotbahnya.
".... Love is patient, love is kind."
Setelah pendeta selesai membaca sebait alkitab, sekarang waktunya pelaksanaan sumpah pernikahan.
"Di hadapan Tuhan dan para saksi,"
"Apa kau berjanji mencintai Shin Ramy dalam waktu susah maupun senang, sekaligus mengasihi dan menghargainya sampai maut memisahkan?"Soobin menatap Ramy penuh cinta. "Aku berjanji." Jawabnya.
Pendeta mengulang pertanyaan yang sama pada Ramy, "Aku berjanji." Jawab Ramy dibanjiri air mata.
Setelah mengucapkan sumpah pernikahan, Ramy dan Soobin saling bertukar cincin dan memasangkannya di jari manis mereka.
"Dengan ini, aku mengesahkan kalian sebagai suami dan istri." Lanjut pendeta mengakhiri ritual pernikahan.
Soobin langsung mencium bibir Ramy. Para tamu undangan menyambut dengan tepukan tangan yang meriah.
Aku menangis terharu melihat upacara sakral ini. Luarbiasa.
Tak berapa lama setelah itu, pesta pun berjalan sesuai harapan. Ramy juga melempar buket bunga, namun sayang yang mendapatkannya justru Beomgyu.
Tapi ia memberikannya kepadaku karena katanya dia tidak mau menikah dulu.
×
"Ke Italia?" Aku bertanya dengan ekspresi senang.
Ramy mengangguk cepat. "Iya, besok aku sama Soobin berangkat kesana."
"Irinya~ honeymoon ke Italia." Godaku memeluk Ramy. Aku ikut bahagia mendengarnya.
Ramy yang masih dalam balutan gaun pengantin tidak bisa bergerak kemana-mana dengan nyaman. Akhirnya Soobin meminta agar acara cepat diakhiri.
Salah satunya alasannya mungkin ia menantikan malam pertamanya setelah menikah.
Setelah lama berbincang, Ramy akhirnya pamit dengan seluruh kerabat dekat yang masih di aula. Ia ingin beristirahat.
Aku sendiri memutuskan untuk menikmati sepotong cake dulu baru beristirahat.
"Sayang bentar, aku lagi tunggu teman datang." Sanggah Soobin melirik jam tangannya.
Belum juga semenit, seseorang berjalan masuk dari pintu aula. Ia terlihat terburu-buru sambil menarik dasinya agar terlepas.
Piring berisi cake yang sedang kupegang sontak jatuh saat melihat sosok yang datang.
"Sorry gua telat, baru landing dari Jepang." Ucapnya tersenyum sambil menjabat tangan sahabatnya.
Yeonjun....
Votenya jangan lupa beb <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Zink [ yeonjun x pharita ]
Fiksi Penggemar"Sifat kamu mewakili ras iblis banget ya." Sarkas Pharita tersenyum dengan polos. Pharita sudah lelah dengan semua kegilaan Yeonjun. Satu-satunya manusia yang ia benci malah menjadi seniornya di sekolah. Belum lagi ia harus menikahi manusia menyebal...