(23) Kehilangan

239 27 8
                                    

Aku terbangun dari tidur pulasku. Sudah berapa lama aku tertidur..?

Dengan perlahan aku turun dari kasur ... kamar Ibuku. Tunggu. Sejak kapan aku pindah tidur disini?

Seluruh badanku masih terasa nyeri, namun dapat kulihat di beberapa bagian tubuhku telah dioleskan krim.

Apa Yeonjun yang melakukannya? Hehe pengertian sekali dia.

Kakiku berjalan keluar kamar menuju kamar Yeonjun. Aku sangat merindukannya. Dia pasti tengah tertidur di kamarnya.

Huftt! Aku akan ngambek padanya karena tidak berada di sisiku saat aku bangun.

Tanpa mengetuk pintu kamarnya, aku langsung membuka pintu tersebut dan masuk kedalam. Apa ini..? Kamarnya terlihat kosong. Apa karena dia tidak di kamar makanya terasa sangat hampa?

Pharita berlari kecil mencari Lisa. "Mom, Yeonjun kemana ya?" Tanyanya bingung. Ini sudah jam 5 sore tapi setiap pelayan yang ditanyakan keberadaan Yeonjun hanya menggeleng tidak tahu.

Lisa terdiam. Tidak menjawab mau pun bereaksi terhadap pertanyaan Pharita.

"Mom? Gak tau ya?" Pharita yang tak sabar langsung kembali ke kamar Yeonjun dan menunggu kekasihnya itu pulang.

I miss you.... Gumamnya memeluk guling di kasur Yeonjun sambil berbaring.

Tok tok.

Pharita langsung bangun. "Yeonjun?" Semangatnya melihat kearah pintu. Senyumnya memudar ketika sadar bahwa itu bukan Yeonjun.

"Nona. Maaf mengganggu waktumu. Nyonya menyuruhmu untuk makan." Ucap salah seorang pelayan.

Pharita belum makan sejak ia bangun sore tadi.

"Aku mau makan bareng Yeonjun. Bentar lagi dia pulang." Ucap Pharita yakin sembari kembali berbaring.

Selagi menunggu Yeonjun yang belum pulang, ia terus berbaring di kasur kekasihnya tersebut. Tanpa sadar, matanya kembali terpejam dan tertidur.

×

"Drtt... drttt...." Benda pipih dari dalam laci bergetar.

Pharita mau tak mau bangun dari tidurnya dan mencari ponsel yang ada di laci Yeonjun untuk melihatnya.

"Eh ini kan hp Yeonjun..." Ucapnya mengernyit aneh. Kenapa Yeonjun tidak membawa hpnya?

Pantas saja saat Pharita menghubunginya tadi tidak dijawab.

Pharita menatap layar kunci hp tersebut. Pipinya sontak merona melihat wallpaper yang dipasang Yeonjun.

 Pipinya sontak merona melihat wallpaper yang dipasang Yeonjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak jadi memarahinya saat dia pulang nanti.

Pharita semakin tak sabar menunggu Yeonjun kembali. Ia memeluk erat guling yang masih meninggalkan aroma tubuh Yeonjun.

Tangannya tergerak untuk memeluk bantal juga. Wangi Yeonjun membekas di seluruh kasur ini.

"Hm?" Pharita mengernyit saat tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu di bawah bantal. "Apa ini?" Herannya saat mendapati secari kertas yang dilipat kecil.

Tanpa pikir panjang, Pharita langsung membuka lipatan kertas tersebut. Senyuman yang tercetak di wajah Pharita perlahan luntur saat membacanya.

Tubuhnya mulai bergetar hebat saat air matanya jatuh.

+×+

Hi babe. Pas kamu baca surat ini artinya aku udah gak Indonesia. Maaf aku gak sempat ucapin selamat tinggal langsung ke kamu.

Maafin aku yang harus pergi setelah melakukan hal yang gak semestinya kita lakuin. Tapi kamu harus tau, last night was the best night in my life.

Aku harus kembali ke Korea untuk buktiin ke kamu kalau aku pantas jadi suami kamu kelak.

Janji sama aku kalau kamu gak akan nangisin perpisahan sementara ini. And promise me untuk jangan minum-minum sendiri. Okay cantik?

I will always miss you, princess.

Much Love from your boyfriend♡

×

"Mommy tega sama aku! Y-yeonjun pergi pasti karena mommy, kan?" Pharita terisak-isak sambil memegang surat pemberian Yeonjun.

Lisa menatap putrinya sedih. Ini semua ia lakukan demi kebaikan keduanya.

Perlahan Lisa memeluk putrinya yang sudah dikuasai oleh tangisan. Pharita menangis sengungukan dalam pelukan ibunya. Tak sanggup menerima fakta bahwa Yeonjun telah pergi.

+×+

"Lo yakin nggapapa?" Ramy menatap khawatir sahabatnya tersebut.

Setelah mendengar kabar bahwa sepupunya kembali ke Korea, Ramy langsung datang ke rumah Pharita.

Dengan senyuman yang dipaksakannya, Pharita mengangguk. "Aku gapapa ih."

Ramy semakin cemas melihat wajah Pharita yang sembab dan pucat. "Gue nginep aja deh."

"Gausah beb... lagian aku pengen sendiri." Tolak Pharita halus. Tak lupa senyum di wajahnya yang membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

Dengan terpaksa, Ramy pulang meninggalkan Pharita yang tidak ingin ditemani.

×

Setiap malam, suara tangisan terdengar timbul-tenggelam dalam kesedihan yang paling memilukan.

Lisa hanya bisa berharap kesedihan Pharita cepat berlalu. Ia semakin tak tega mendengar suara tangisan dari balik kamar putri kesayangannya.

Pharita tidak bisa menyembunyikan kepedihannya. Setiap hari di depan semua orang, ia bertingkah seakan semuanya baik-baik saja.

Nyatanya setiap malam ia selalu merindukan sosok Yeonjun.

Setiap pulang sekolah, ia akan termenung di kamarnya sambil menatap kearah jendela, berharap kekasihnya muncul di taman seperti biasanya.

Namun itu semua hanya lah harapan belaka. Yeonjun tidak pernah kembali. Bahkan kabar darinya juga tidak ada sama sekali.

Seakan-akan Yeonjun tidak pernah hadir di hidupnya.

Vote and komennya jangan lupa <3

Senior Zink [ yeonjun x pharita ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang