Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Sekarang saatnya pulang sekolah.
"Ram, kita duluan aja berdua biar cowok kita nyusul." Ajak Pharita saat keluar kelas.
Ramy mengangguk setuju. Akhirnya mereka berdua langsung memesan gocar menuju mall.
×
Gramedia, pukul 15.50
"Gue ke bagian sana dulu ya beb, mau cari buku sejarah."
Pharita mengangguk. "Oke, ntar kalau udah, aku di bagian novel yang disitu." Ucapnya menunjuk rak di bagian ujung.
Selagi Pharita asik membaca buku novel yang ia sukai (namun tak akan ia beli), dirinya di datangi oleh pelayan gramedia.
"Mba, cari buku apa?" Tanya pelayan laki-laki tersebut ingin membantu. Tak lupa senyuman manis yang ia tunjukkan.
"Belum tau haha.." Pharita tertawa canggung karena dirinya memang tidak ada niat membeli.
"Ini ada yang best seller, dari penulis Tere Liye. Ada juga yang baru diterbitkan," Pelayan tersebut mulai menawarkan buku-buku novel di sekitarnya.
Pharita hanya ber-oh ria mendengarnya.
Kapan orang ini pergi...? Aku mau baca novel tadi lagi..! Sungut Pharita dalam hati.
"Udah tawarinnya?" Sanggah laki-laki berwajah tampan dari belakang pelayan yang sibuk menawarkan buku pada gadisnya.
"Babe!" Riang Pharita saat melihat tunangannya sudah sampai.
Pelayan tersebut langsung kikuk. Kaget melihat Pharita yang langsung memeluk laki-laki yang sudah pasti adalah pacarnya.
"Masih disini? Mau gua peluk juga?" Tanya Yeonjun menatap tajam pelayan tersebut.
Dengan cepat pelayan tersebut berhambus pergi meninggalkan pasangan tersebut.
"Galak amat pak." Goda Pharita mencubit pipi Yeonjun.
"Kamu baru ditinggal bentar langsung ada yang godain." Kesal Yeonjun yang membuat Pharita mengernyit.
"Setidaknya gak kayak kamu yang gak ditinggal pun ada yang godain." Balas Pharita kesal mengingat kejadian di lapangan.
Yeonjun memeluk erat tubuh gadisnya. "Tapi aku gak tergoda." Gumamnya sambil membenamkan kepala di ceruk leher Pharita.
"Soobin mana babe?" Tanya Pharita sambil mengelus rambut Yeonjun.
"Katanya tadi mau cari Ramy."
×
Ramy masih fokus dalam pencarian buku sejarah yang daritadi belum ada yang cocok dengan keinginannya.
"Ini mau ga?" Tanya Soobin memberikan buku sejarah edisi Erlang.
"Nah ini dia!" Girang Ramy saat melihat buku sejarah tersebut. "EH KAK." Kagetnya saat baru sadar kehadiran Soobin.
Soobin menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. "Gua mau cari buku juga," Ucapnya tak ingin dikira ia kesini karena Ramy. (padahal memang iya)
"Buku apa? Biar aku bantu cari."
"Buku..." Soobin memutar matanya mencari buku apa yang akan ia cari. Matanya langsung tertuju pada rak di tengah. "Buku kamus–- bahasa Jerman."
Ramy tersenyum kemudian menarik pelan ujung jaket varsity yang Soobin kenakan. "Ayo kak, aku tau kamus di bagian mana."
Soobin melirik tangan Ramy yang bahkan tidak bersentuhan dengan tangannya. Hanya menyentuh ujung jaketnya. Matanya menyipit. Ntah kenapa ia tidak suka dengan hal tersebut.
"Kakak ngerti bahasa Jerman?" Tanya Ramy basa-basi.
"....dikit." Jawab Soobin sambil melihat gadisnya yang sibuk memilih kamus.
"Wihh." Takjub Ramy. "Nah kamus ini nih–-
Ucapan Ramy terpotong saat melihat sosok yang ia kenali. "Bang Ajun!" Panggilnya langsung berlari kearah laki-laki yang bernama Ajun tersebut.
"Eh dek Ramy." Laki-laki tersebut reflek memeluk gadis yang sudah lama tak ia temui tersebut. "Kamu apakabar dek?"
"Ekhem." Deham Soobin berjalan kearah mereka.
"Oh kenalin bang, ini temen ade. Kak Soobin." Ucap Ramy memperkenalkan. Soobin menghembuskan nafasnya dengan kesal.
Maksudnya apa kenalin gua ke cowok lain sebagai temen? Batinnya berusaha sabar.
Ajun tersenyum. "Gua Arjuna. Tetangga Ramy."
Soobin mengangguk malas. Matanya terus menajam kearah Ramy seakan memberi kode untuk melepas tangannya yang mengait lengan Ajun.
"Ngomong-ngomong dek, abang aja yang anter kamu pulang. Kan kita udah lama gak ngobrol." Harap Ajun.
"Gak bisa." Sela Soobin langsung menarik gadisnya. "Ramy ada janji sama gua."
Ramy tertawa canggung. "Lain kali aja ya bang."
"Gak ada lain kali." Sanggah Soobin menatap tajam Ramy seakan mengatakan, Lu berani ketemuan sama cowok lain?
Butuh waktu beberapa detik sampai Ajun mengerti bahwa Ramy dan Soobin memiliki hubungan yang lebih dari sebatas teman.
Ajun terkekeh kemudian pamit ingin ke kasir. Ramy menatap kepergian Ajun dengan sedih.
"Biasa aja mukanya." Tekan Soobin tak suka. "Kayaknya gua harus perjelas sesuatu sama lu."
Ramy menatap Soobin bingung. Namun degupan jantungnya sudah menggila sejak tadi. "Perjelas apa?"
"Lu pacar gua. Lupa? Mulai sekarang, gua gak mau liat lu kontak fisik sama cowok lain. Kalau lu mau pergi jalan, kabarin gua dulu." Ucap Soobin penuh intimidasi.
"Kamu cemburu?"
Pertanyaan Ramy berhasil membuat Soobin terkesiap. Baru sadar dia menjadi marah karena cemburu.
Tanpa menjawab Soobin langsung membenamkan wajahnya di pundak Ramy. Sejak kapan dirinya menjadi kekanakan begini?
"Kak, lucu tau."
"Apanya?" Tanya Soobin masih dalam posisi menyembunyikan wajahnya.
"Etdah ditinggal bentar langsung bucin abis." Lontar Yeonjun yang sedang berjalan melewati pasangan tersebut.
Pharita tertawa gemas. "Ramy, yuk ke kasir. Udah kan?"
×
Selagi pacar mereka masing-masing sedang mengantri di kasir, Yeonjun dan Soobin duduk di bangku luar.
"Bin, kayaknya gua gak bisa tenang kalau cewek gua pergi kemana-mana sendiri." Curhat Yeonjun takut Pharita digodain oranglain.
Soobin mengangguk setuju. "Sama. Rencana gua mau pasang aplikasi tracker di hp cewek gua. Biar tau dia kemana aja."
Bukannya tak setuju, Yeonjun justru mengatakan bahwa itu adalah rencana yang bagus.
Vote and komennya jangan lupa <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Zink [ yeonjun x pharita ]
Фанфик"Sifat kamu mewakili ras iblis banget ya." Sarkas Pharita tersenyum dengan polos. Pharita sudah lelah dengan semua kegilaan Yeonjun. Satu-satunya manusia yang ia benci malah menjadi seniornya di sekolah. Belum lagi ia harus menikahi manusia menyebal...