(4) Obsesi

517 57 11
                                    

Aku mengurung diri di kamar.

Sedih karena orang yang sudah kuanggap sebagai Ibu kandungku menampar wajahku.

Namun di lain sisi, aku sadar. Aku tidak seharusnya mengatakan hal kejam tersebut.

Sulit untuk mengakuinya, tapi aku pantas di tampar olehnya.

Aku tidak bermaksud mengatakannya namun akhir-akhir ini emosiku tidak stabil karena ulah Yeonjun.

Semua ini salahnya!

Kuharap dia demam sepanjang hidupnya.

▪︎♧

"Lisa, ada apa dengan wajahmu?" Tanya Jennie melihat wajah Lisa yang membengkak dan kemerahan.

Sedikit ragu, Lisa menjawab. "Aku menampar wajahku."

Jennie melotot kaget. "A-apa?"

"Aku menghukum diriku karena telah menampar putriku."

Tangan Jennie terangkat untuk mengelus punggung Lisa. "Astaga.. aku tidak tahu kau begitu menyayanginya." Tutur Jennie tak menyangka.

"Ah bagaimana kondisi Yeonjun?" Tanya Lisa khawatir. "Maafkan Pharita ya, dia tidak biasanya seperti ini." Lanjut Lisa mewakili anaknya untuk meminta maaf.

Jennie tertawa. "Sudahlah, aku tahu anakku pasti berbuat sesuatu sehingga Pharita melakukannya."

×

Yeonjun terbangun dari tidur pulasnya. Sekarang ia sudah merasa baikan dibanding sebelumnya.

Perlahan ia mendudukkan dirinya diatas kasur. Pikirannya langsung melayang pada kejadian tadi siang.

Helaan napas panjang pun keluar dari mulutnya.

"....Memalukan." Gumamnya mengingat dirinya muntah-muntah di ruang makan.

Ekspresi wajahnya mengeras. Hanya satu wajah yang terlintas di pikirannya sekarang. "....Pharita."

Dengan cepat dan tak sabar, Yeonjun keluar dari kamarnya dan berjalan ke kamar Pharita.

Ntah rencana jahat apa yang kali ini ia rencanakan.

▪︎♧

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 5 petang.

Aku masih mengurung diri di kamar. Apa ibu tiriku tidak akan mengunjungiku? Biasanya ia akan datang untuk membujukku. Namun sepertinya kali ini ia benar-benar marah..

Mengamati keluar jendela. Senja langsung menyapa dengan keindahannya.

Dengan perasaan sedih aku berjalan kearah balkon untuk menikmati indahnya senja ini.

Tanpa kusadari, seseorang masuk ke kamarku. Orang yang kuharapkan tidak muncul. Justru orang yang sangat kuhindari sekarang malah muncul.

"Hey bocah." Panggilnya ketika berada di sampingku.

Aku muak mendengarnya memanggilku seperti itu. Aku benci mendengar suaranya.

Tak memedulikannya yang terus menatapku dengan intens, pikiranku justru sibuk dengan hal lain.

"Hey, kau kenapa?" Tanyanya terdengar kebingungan.

Semua ini tidak akan terjadi jika saja Yeonjun tidak pernah hadir di hidupku. Ibu membenciku karenanya.

"Aku membencimu Yeonjun."

Senior Zink [ yeonjun x pharita ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang